P.26 - Forever in your side

Start from the beginning
                                    

Aku kembali menoleh ke belakang dan melihat Zayn dengan matanya sedikit terbuka, ia tersenyum kepadaku. Rambutnya yang berantakan membuat wajahnya sedikit tertutup, Zayn menggunakan kaos berlengan pendek sehingga menampakkan bagian lengannya yang penuh dengan tattoo.

"Apa kau tak mendengarku?" Zayn berkata lagi.

Mau tak mau aku kembali, dan duduk di tepi kasurku menunggu Zayn mengatakan sesuatu.

"Apa yang ingin kau lakukan di hari yang masih sangat pagi ini?" tanya Zayn.

Uh? Sangat pagi? Aku melirik jam yang berada di samping tempat tidurku. 03:23 am tertera disana. Tumben sekali aku bangun pagi-pagi seperti ini?

"Uhm, aku hanya—uhm hanya ingin pipis! Ya, ingin pipis." ucapku gugup. Ah! kenapa mesti gugup di depan Zayn? Aku mengakhiri perkataanku dengan senyuman atau mungkin bisa dikatakan cengiran yang gagal karna Zayn tertawa. Ini sedikit tidak lucu teman.

"You can't lie, Dyl." kata Zayn kemudian terkekeh.

"Oh! shut up, Zaynie." kataku dengan kesal. Aku melipat kedua tanganku, menandakan kesal. Apa aku tadi mengatakan Zaynie? Entahlah aku hanya menyukai kalimat itu.

Apa itu hanya perasaanku saja?

Zayn berdehem sebentar, kemudian ia tak tertawa lagi. Ia membaringkan tubuhnya ke arahku. Dan menepuk sisi yang kosong disampingnya.

"Apa?" ucapku tanpa bersuara.

"Sleep. Again. Beside. Me." kata Zayn. Aku mendengarnya dengan jelas. Apa? Apa Zayn menyuruhku tidur di sampingnya? Apa maksudnya? Apa maksudnya? Aku tak mengerti! Aku tak bisa berpikir dengan sempurna sekar—

Zayn menarik tanganku dan membawaku tepat di sampingnya. lengannya dengan cepat melingkar lagi di perutku. Ia membenamkan wajahnya di sampingku. Oh, rasanya aku tak bisa menghirup udara segar jika terus seperti ini. God! Help me.

"Kau istirahatlah dulu, jangan banyak berpikir. Atau kepalamu nanti akan sakit lagi." kata Zayn, kemudian mulai memejamkan matanya.

Darimana Zayn tahu jika kepalaku sakit?

"Just sleep, green eyes." kata Zayn menyelipkan beberapa helai rambutku. Rasanya seperti disengat ribuan listrik ketika tangan Zayn menyentuh kulitku. Aku hanya diam. Aku berperasaan jika Zayn sudah tertidur sekarang, karna Zayn tak bergeming ketika kusentil jarinya. Aku menoleh ke wajahnya. Wajah kami sangat dekat sekarang, mungkin dengan satu gerakan cepat. Bibirku sudah langsung mendarat di bibir sexy milik Zayn. Oh? apa yang baru saja kupikirkan? Otakku benar-benar tak bisa bekerja dengan sempurna jika masih dengan posisi seperti ini.

Zayn tiba-tiba membuka matanya. Aku terkejut, ia tersenyum. "Diam-diam kau memperhatikanku, eh?" tanya Zayn sambil menyentil hidungku.

"Ouh!"

Aku membelakangi Zayn sekarang. Aku sungguh malu jika Zayn tahu mukaku sudah merah padam seperti ini. Walaupun penerangan di kamarku hanya sebatas lampu tidur. Tapi aku tahu Zayn pasti masih bisa melihat mukaku yang sekarang ini.

------

Dyland dan Zayn berangkat ke Universitas bersama-sama. Dan Zayn sungguh senang sekarang. Ia bisa menggandeng Dyland tanpa canggung lagi. Dyland yang sepertinya sudah terbiasa dengan tatapan orang yang melihatnya dengan Zayn hanya acuh.

"Nanti sore aku akan menjemputmu, belajarlah dengan baik dan benar, green eyes." kata Zayn sambil mengecup kening Dyland sekilas kemudian pergi, berjalan menuju kelasnya. Dyland menatap punggung Zayn sampai benar-benar menghilang. Barulah Dyland masuk ke kelasnya, jam terakhir hari ini adalah kelas musik. Dyland masuk dengan senyumnya yang tak memudar sedikitpun.

try ⌐z.jm°Where stories live. Discover now