13: Punch

907 121 30
                                    

Hey hey hey, siapa yang udah ga sabar??

Jangan lupa voment nya!!😘❤️

Selamat membaca!!

🐶🐶🐶



Aku sedang duduk di sofa dengan kepala mendongak keatas menatap langit-langit. Sudah seminggu sejak kejadian kami—aku dan Jeno—tau kalau ternyata aku hamil. Tanganku memegang perut yang suda berisi calon anakku selanjutnya.

Kehamilanku ini bener-bener di waktu yang ga tepat. Aku tentu masih mencintai Jeno karena dia suamiku, tapi rasa cintaku tak terasa sama seperti dulu. Entah rasanya seperti suka sama seseorang tapi tak terbalaskan.

Juno? Dia lagi mendengarkan Jeno membaca buku yang dibelikan Jaehyun. Hmm kalau dipikir-pikir ini sudah lewat sebulan. Beberapa hari lagi juga Juno ulang tahun. Artinya waktunya ga lama lagi.

Sepertinya aku mencium bau-bau Jeno menyesali perbuatannya dan aku makin jatuh kedalam hubungan ini. Yahh seperti suami pada umumnya, dia terlihat senang dengan istrinya yang hamil.

Dan juga, dia tidak malu memberi tahukan kehamilanku ke orangtuanya. Huft, setelah apa yang dia lakukan padaku selama ini? Bisa-bisa nya dia senang atas kehamilanku tanpa dosa.

Aku melihat Jeno dan Juno sesekali tertawa, Jeno terlihat sangat senang dan tenang saat berbicara dengan Juno, begitu juga sebaliknya.

Kapan lagi aku melihat adegan seperti ini? Adegan yang sudah lama aku tidak lihat.

Dan mual itu datang lagi. Aku menutup mulutku dengan satu tangan lalu berlari kecil kearah kamar mandi dalam. Jeno yang melihatku seperti itu dengan cepat mengikuti ku. Padahal tidak perlu, pasti Juno jadi curiga.

Ahh, kami emang ga bilang Juno. Kami mau fokus sama Juno dulu, masalah bayi ini biar aku yang urus sendiri.

Semacam dejavu, lagi-lagi Jeno membantuku memegang rambutku lalu memijit leherku pelan.

"Mual banget ya? Tunggu bentar aku ambilin air minum" sial Lee Jeno, bisa-bisa nya dia bilang begitu. Gaada salahnya sih, dia berniat baik. Tapi kalimat itu adalah kalimat yang biasanya ia ucapkan sewaktu aku hamil Juno dulu.

Aku duduk dengan lemas disebelah kloset kamar mandi. Aku menundukkan kepalaku "huekkk huekkk" lagi-lagi rasa mual itu datang dan aku harus kembali mengeluarkan isi perutku.

Jeno sudah datang dengan segelas air, gelasnya ia taruh di wastafel. Lalu tangannya membopongku ke posisi jongkok "jangan duduk di lantai, ga baik. Bisa masuk angin" katanya.

Tuh kan, benar firasatku. Bau-bau penyesalan dari seorang lee Jeno. Tidak mungkin kan dia tiba-tiba baik gini.

"Minum dulu, sapa tau enakan" sarannya. Mau ga mau aku mengikutinya, gelas yang ia bawa tadi kuambil dan kuminum airnya.

Untungnya, setelah minum aku merasa enakan "makasih" kataku.

"Balik duduk lagi gih, kalo cape tiduran Ra. Atau aku anter pulang mau? Kamu tidur di rumah"

"Engga, aku mau di sini sama Juno. Bentar lagi juga ulang tahunnya, aku mau habisin waktu di sini sebelum dia pergi" balasku.

"Oke kalo gitu"

"Juno, om doyoung dateng" aku emndengar suara Kakakku dari luar kamar mandi. "Loh kok sendirian?" Tanya Kak Doyoung.

Aku dan Jeno sama-sama langsung keluar dari kamar mandi. Masa bodoh sama apa yang dipikirin Kak Doyoung.

"Habis ngapain?" Tanya Kakak. Matanya dengan teliti meng-scan kami berdua.

"Anu, tadi Sora mual lagi" jawab Jeno sedikit gugup.

[2] Blooming | Lee Jeno Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ