Chapter 18 : The Choosen One

Start from the beginning
                                    

"ini adalah hadiahku yang kedua. Kuas ini secara pribadi aku pesan kepada pengrajin paling hebat di Joseon dan aku telah melarangnya membuatkan kuas seperti ini lagi untuk orang lain. Kuas ini aku hadiahkan kepadamu sebagai lambang sebuah harapan" ucap Raja sembari menatap Sooji dengan serius.

"Jeonha. . hamba masih bodoh, hamba tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Yang Mulia" ungkap Sooji sembari menunduk semakin dalam.

"kau adalah otak dari dari era reformasiku, mulai sekarang aku mengatas namakan posisiku akan melakukan apapun untuk melindungimu. Untuk itu, aku mengharapkan hal-hal besar lainnya darimu untuk membantuku memperbaiki Negeri ini ke arah yang lebih baik" ungkapan Raja membuat Sooji terdiam seribu bahasa.

Perlahan Sooji mengangkat tatapannya yang tadinya tertuju ke lantai untuk menuju ke arah dada Raja. Raja menatap gadis ini dengan serius, Kasim Hong terbelalak saat melihat wajah gadis itu secara langsung. Sooji bahkan tak sadar akan sikap bodohnya barusan.

"Jeonha . . hamba hanya melakukan tanggung jawab hamba. Namun, hamba hanyalah seorang gadis muda, bagaimana mungkin hamba mampu membantu Jeonha, sang penguasa dari seluruh tanah yang ada di Negeri ini" ungkap Sooji.

"ada satu cara" ujar Raja menatap Sooji. Sooji masih bingung sembari mendengarkan ungkapan Raja dengan seksama.

"jadilah Putri Mahkota untuk Putra Mahkota" ungkap Raja secara gamblang.

Sooji tak kuasa menangguk keterkejutan dihatinya. Ia membeku ditempatnya berdiri, tak ada satu patah katapun yang mampu ia lontarkan akibat rasa shock-nya. Tiba-tiba saja Sooji menyadari kebodohannya. Sooji langsung bersujud dihadapan Raja dengan tatapan penuh ketakutan.

"Yang Mulia! Hamba percaya, hal seperti ini tidak pantas untuk dibicarakan secara tertutup seperti ini" ungkap Sooji menunduk takut.

Ungkapan gadis itu seakan menyadarkan Raja bahwa penilaiannya terhadap gadis itu tidak meleset sedikitpun. Raja tersenyum pelan dengan tatapan mata penuh keyakinan.

"bangunlah" ujar Raja. Sooji menurut dan bangkit dari sujudnya.

"2 peti ini adalah hadiah terakhir dariku" ujar Raja.

"Jeonha, apa yang telah Yang Mulia berikan kepada hamba sudah melampaui dari kata cukup. Hamba tidak bisa menerima lebih banyak lagi" ungkap Sooji dengan penuh keteguhan dalam hatinya.

"2 peti ini hanyalah sebuah peti kosong karna hadiah sebenarnya telah aku perintahkan untuk dilaksanakan" ungkap Raja sembari menatap Sooji.

"maaf Jeonha, tapi . . hamba bodoh hingga tak memahami maksud ucapan Yang Mulia" ungkap Sooji masih betah dalam tunduknya.

"aku telah menurunkan perintah untuk membangun jembatan di ujung kota Hanyang agar para petani yang ingin bertani pada saat banjir tetap bisa pergi bertani tanpa harus melewati sungai lumpur terlebih dahulu. Selain itu aku juga membangun kanal-kanal dibagian kering serta sumur untuk setiap daerah agar tidak ada lagi kekeringan. Aku juga akan membuka biro baru untuk memberdayakan Sumber Daya Manusia kita untuk meminimalisir rakyat yang kelaparan karna tidak memiliki pekerjaan" jelas Raja.

"Jeonha . . ini . . " Sooji menatap lambang naga di jubah kebesara Raja dengan tatapan tak percaya dimata indahnya.

"bukankah ini yang kau harapkan? Meski aku tidak bisa memberi makan semua orang dan menghancurkan rantai kemiskinan di Negaraku. Setidaknya, aku akan melakukan yang terbaik untuk menciptakan Joseon yang makmur untuk kehidupan anak dan cucu mereka kelak" ungkap Raja dengan yakin sembari menatap Sooji.

"belas kasih Yang Mulia Jeonha sungguh tak terhingga!!" ungkap Sooji tersenyum sembari bersujud untuk memberi hormat pada Raja.

"kau bahkan terlihat lebih bahagia saat ini dibandingkan saat kau menerima hadiah untuk dirimu sendiri" lirih Raja dengan senyum takjubnya melihat reaksi gadis muda ini.

"hamba bahagia karna hamba merasa bersyukur telah memiliki Raja seperti Yang Mulia Jeonha yang memahami kesulitan rakyatnya dan memberi kesempatan bagi rakyatnya untuk berjuang sekali lagi" ungkap Sooji tersenyum lebar sembari menatap Raja.

Raja terdiam, mendengar ungkapan gadis itu seperti tabu baginya. Tanpa sadar seulas senyum tergambar diwajah tampannya.

"tidak pernah ada seorang pun yang memujiku seperti ini sebelumnya" ungkap Raja dengan seulas senyum dan tatapan sendu dimatanya.

"Jeonha, tak perduli seperti apa orang menilai Jeonha, hamba disini telah melihat kemurahan hati Jeonha dan hamba bisa merasakan kehangatan didalamnya! Mulai sekarang dan selamanya, hamba berjanji akan selalu menjadi hamba yang setia hanya kepada Yang Mulia Jeonha." Ungkap Sooji dengan senyum yakin dan kepala yang tertunduk dalam hingga menggambarkan penghormatan tertinggi pada sosok Raja.

Raja tersenyum menyadari senyuman bahagia gadis itu. Hatinya merasa tenang hanya karna rasa syukur yang diungkapkan gadis itu. Kasim Hong melirik Rajanya dengan alis berkerut, Rajanya tidak pernah tersenyum seperti ini sebelumnya.

Kasim Hong perlahan melirik Sooji, ia merasa tak asing dengan gadis ini. Suaranya, perawakannya, ia seperti pernah melihat gadis ini di suatu tempat. Namun ia tidak bisa mengingat dimana karna ia belum bisa melihat wajah gadis itu secara jelas.

Ya, sepanjang pertemuan antara Raja dan Sooji, gadis itu tak berani mengangkat wajahnya lebih tinggi dari kepalanya sendiri. Gadis ini terlihat begitu familiar, mungkin jika kasim Hong berhasil menatap wajahnya pasti ia akan mengingat dimana ia pernah bertemu gadis ini.

"jika kau berani berjanji setia didepanku, apa itu artinya kau akan berjuang di putaran ketiga dan membantuku memperbaiki Negeriku?" tanya Raja menatap Sooji dengan tatapan seriusnya.

"Ye Jeonha! Hamba . . akan melakukan apapun untuk membantu Yang Mulia Jeonha!" ungkap Sooji dengan senyum tulusnya untuk Raja.

0.0

Sooji melangkah keluar dari aula utama. Dari jauh, Lee Geum memperhatikan hal itu. Tidak sendiri, Som juga mengikuti Lee Geum. Lee Geum mengikuti arah langkah Sooji dari belakang.

Sooji berjalan dengan senyum sumrigah diwajah cantiknya. Tiba-tiba saja tangannya ditarik oleh seseorang. Tidak hanya itu, tangan Mina juga ikut ditarik kuat oleh seseorang yang tak lain adalah Som.

"sssst" ujar Som sebelum Mina berteriak. Mina terkejut menemukan pria yang tak ia kenal membekapnya erat.

"siapa kau?" teriak Mina. Som segera membungkam Mina semakin erat.

"mmabfkabdak" Mina mencoba bicara tetapi akibat tangan Som, suaranya tak terdengar jelas.

"aku akan melepaskanmu asal kau berjanji tidak akan berteriak dan bersedia mengikutiku!" ungkap Som. Mina mengerjap beberapa kali kemudian mengangguk patuh. Ia tak punya pilihan saat ini.

Di lain tempat, Sooji tak panik sama sekali seakan tahu siapa yang menariknya pergi. Lee Geum berhenti melangkah saat ia berhasil membawa Sooji ke taman disamping Istana Timur tempat tinggalnya.

"apa kau benar-benar pria sejati? Kenapa kau selalu menggunakan cara yang sangat tidak sopan untuk mengajakku bicara?" keluh Sooji sembari menatap Lee Geum.

Lee Geum berbalik dan menatap Sooji tanpa mengatakan sepatah katapun. Sooji membalas tatapan Lee Geum untuknya tak kalah intense seakan mereka sedang berada dalam lomba tatap.

"meski aku bukan pria sejati, bukankah kau tetap akan menjadi istriku?" timpal Lee Geum dengan wajah arogannya untuk Sooji.

"kau bicara asal! Siapa yang mau menjadi istrimu!" tegas Sooji menatap Lee Geum kesal kemudian menarik tangannya dari Lee Geum.

"...." tanpa sepatah katapun, Lee Geum mengadahkan tangannya pada Sooji.

Sooji melirik tangan Lee Geum yang ia tadahkan padanya. Perlahan Sooji menatap Lee Geum dengan tatapan datarnya. Apa yang diinginkan pria ini? perlahan senyum kecil terukir diwajah Sooji, ia meletakkan tangannya ditangan Lee Geum.



To be continue . . . 

Frost Flower in the PalaceWhere stories live. Discover now