Gun dan Cinta itu Musuh Bebuyutan

Start from the beginning
                                    

"Go to the HELL, Atthaphan. Manusia pengecut sombong yang mendapatkan semuanya dengan embel embel jabatan rektor ayah tersayangnya."

"Joss..." Desis Gun membuat Alice dan New saling bertatap bingung.
####

"Minggir minggir minggir." Teriak New pada puluhan manusia yang berumpun di depan ruang evaluasi berusaha membuka jalan untuk Gun dan Alice yang ada di belakangnya.

"Semua panitia yang tidak berkepentingan silahkan kembali ke ruangan." Suara Gun bergema membuat mereka bergidik ngeri dan memilih untuk membuyarkan kerumunan.

Begitu mereka bertiga tiba di ujung barisan...

"Off?" Pekik New dan Alice bersamaan.

Pria jangkung itu sedang berusaha menghilangkan tulisan sialan di dinding dengan kapi di tangannya. Rambutnya sudah kacau berbalut serbuk cat berwarna merah dan putih, begitu juga dengan baju ungunya.

"Tolong kamu dan Alice kembali ke ruangan trus bawa mereka semua" New mengangguk lalu dengan cekatan melayangkan tatapan membunuh pada panitia yang masih bersikeras untuk menonton drama di depan mereka ini.

"Kamu ngapain di sini, Off?" Tanya Gun setelah keadaan sudah tenang.

"Ngga keliatan ya kalau aku lagi ngilangin tulisan sialan ini."

"Maksudku kamu ngapain ngilangin tulisan ini? Kamu hari ini ada pertandingan renang. Band juga. Kenapa waktunya ngga dipakai buat latihan?"

"Udah bisa, Gun. Ngga perlu latihan lagi." Off tidak mengindahkan Gun, sekarang dia justru menginjak anak tangga untuk menghilangkan tulisan yang tidak bisa dia gapai tadi.

"Kalau gitu balik ke ruangan sekarang, Off." Perintah Gun

"Nggak!" Off menghentikan pergerakan tangannya menunggu apa yang akan Gun katakan.

"Off..."

"Aku udah ngga peduli lagi Gun. Kamu mau pake nada seserem apapun buat ngancem aku, aku udah ngga peduli. Kamu mau dorong aku sejauh apapun aku bakal tetep balik. Aku ngga akan pergi Gun. Kalau kamu ngga mau lihat aku, kamu boleh pergi. Tapi kalau kamu ngga mau pergi, please jangan dorong aku ngejauh. Aku ngga bisa. Aku juga ngga mau." Off kembali bekerja tanpa sekalipun melirik ke arah Gun.

Dia keceplosan. Jujur dia takut Gun memilih untuk pergi meninggalkannya karena jika sampai itu terjadi, Off tidak tahu lagi pecahan hati yang semalam belum sembuh hari ini akan bertambah separah apa.

Off tidak tahu pria mungil itu sedari tadi menggenggam tangannya erat erat berusaha menahan emosinya. Bukan pada Off, tapi pada sisa tulisan yang masih tercetak di sana.

Gun menghela nafasnya dalam dalam lalu mulai mengambil kapi lain yang terletak tidak jauh dari sana dan mulai bekerja dalam diam. Off tersenyum puas.

"Makasih udah ngga pergi."

Lalu tetap hening.

Tidak apa. Setidaknya Gun tidak memilih untuk pergi.

"Gun..." Panggil Off begitu pekerjaan mereka hampir selesai.

"Hmm..." Jawabnya singkat.

"Menurutmu apa ini ulah Joss?"

"Aku ngga tahu. Jangan bilang ini sama siapapun sebelum ada bukti."

"Tapi aku yakin ini pasti ulahnya."

"Aku juga." Jawabnya singkat sambil mulai menyapu serpihan serbuk yang terjatuh di atas terpal.

"Ya kan? Kamu juga pasti mikir Joss kan?" Off memekik kegirangan melompat cepat mendekat ke arah Gun.

"Stop, Off. Kamu bikin serbuknya terbang kemana mana lagi nih." Kesal Gun.

My Every "First" With YouWhere stories live. Discover now