[special chapter] On The Wedding Day

Start from the beginning
                                    

"Kalau Mbak Ayu itu reinkarnasinya siapa, Lan?" Ia kembali bertanya kepadaku.

Dahiku mengernyit, aku tidak tahu tentang hal tersebut karena Mbak Ayu tidak menceritakannya. "I don't know, Mbak Ayu gak pernah cerita ke aku tentang itu. Mereka bertemu di zaman Majapahit karena Mbak Ayu time travel ke tahun 1357 waktu di Candi Bajang Ratu. Ah, merinding aku kalau ingat ceritanya, Mas."

"Time travel seperti kamu, Lan?"

"Iya, begitu deh," jawabku sambil menatapnya.

Seketika wajah tunanganku berubah menjadi serius. "Kira-kira aku reinkarnasinya siapa, ya?"

Aku hanya tersenyum mendengar pertanyaan yang dilontarkannya sembari mengecek pesan yang masuk di ponselku. Sebuah pesan dari pamanku berhasil membuatku berteriak."Mas! Agak cepat dikit bawa mobilnya, sudah mulai ramai nih."

"Siap, Sayangku. Mobil dengan kecepatan tinggi siap melaju." Kecepatan mobil bertambah menjadi 70 km/jam, tunanganku itu mengemudikan mobilnya dengan lihai. Sewaktu kuliah dulu ia sering mengikuti balap mobil liar di malam hari. Aku sering memarahinya, tetapi ia tetap saja pergi balapan.

Jalanan yang tak terlalu macet membuat kami dapat tiba tepat waktu di Gedung Krida Budaya. Tunanganku memarkirkan mobilnya, kemudian kami pun turun dari mobil dan merapikan pakaian yang kami kenakan sebelum berjalan ke tempat resepsi digelar. Ada banyak sekali tamu yang hadir dalam acara ini mengingat betapa luasnya relasi yang dimiliki oleh Mbak Ayu dan Mas Dwi. Bisa kutebak pasti teman-teman Mbak Ayu dari Prancis dan rekan kerja Mas Dwi pun ikut hadir dalam acara ini. Aku menyapa saudara-saudaraku yang lain, sedangkan tunanganku hanya mengekor karena ia belum begitu mengenal saudara-saudaraku yang ada di Malang.

Tangan tunanganku menggandeng tanganku. Aku sangat suka tiap kali ia menggandengku. Kaki kami melangkah mendekati kedua pengantin yang berada di panggung utama. Mbak Ayu terlihat sangat cantik dengan baju adat yang membalut tubuhnya! Mas Dwi juga terlihat tampan dan gagah. Pernikahan mereka bertemakan Majapahit karena katanya Mbak Ayu ingin seakan-akan pernikahan ini adalah pernikahannya dengan Hayam Wuruk di zaman Majapahit. "Mbak Ayu, Mas Dwi, hoping you two have a beautiful life and an endless love story! Congrats on your wedding day!"

"Thank you, Lana! Terima kasih banyak ya kalian sudah mau datang ke sini, padahal aku tahu kamu dan tunanganmu lagi sibuk banget di Jakarta," balas Mbak Ayu sembari memelukku, "oh iya, jangan lupa dicicip ya makanannya."

"Wah, kalau itu sih pasti dicicip, Mbak." Kami tertawa, lalu aku dan tunanganku turun dari panggung utama dan mendekat ke arah prasmanan yang telah disediakan. Hidangan-hidangan tersebut terlihat sungguh menggoda. Selain hidangan utama, ada juga beberapa camilan lawas yang disuguhkan. Kami mengantre untuk mengambil hidangan tersebut. Daging semur dan kerupuk udang adalah menu yang aku incar tiap kali datang ke pesta atau acara besar.

Kini giliranku untuk mengambil hidangan yang disajikan, aku mengambil nasi secukupnya dan beberapa daging semur, tak lupa siraman kuah sop, serta kerupuk udang yang begitu lezat. Tunanganku tak begitu menyukai daging, oleh karena itu ia memilih untuk mengambil sop dan nasi saja. Aku dan tunanganku mengedarkan pandangan, berusaha mencari tempat duduk yang sekiranya dapat kami duduki.

"Tuh, di sana kosong," ucapku seraya menunjuk beberapa tempat duduk yang tak jauh dari panggung utama.

Daging semur dan kuah sop adalah perpaduan paling nikmat yang pernah kucoba. Dengan khidmat aku menyantapnya, tetapi kekhidmatan itu terganggu karena tunanganku tiba-tiba saja mengambil kerupuk udangku tanpa izin.

"Mas Gerald!" ucapku dengan wajah kesal sembari mencubit perutnya.

"HAHAHA ampun, Sayang. Aku cuma minta satu doang kok, gak lebih. Nih lihat, cuma satu," balasnya sambil menunjukkan kerupuk udang yang diambilnya.

Tanah Airku [SUMPAH PEMUDA]Where stories live. Discover now