[extra+] Is It Real?

Start from the beginning
                                    

"Hei, jiwa yang tersesat! Siapa namamu?" tanya makhluk tersebut.

"Anda bicara dengan saya?" Ahmad membalikkan pertanyaan kepada mahkluk tersebut.

Seketika tawa makhluk itu meledak. Ahmad kembali menelan ludahnya dan bertanya, "Ada yang lucu?"

"Sudah lepas dari raga, tapi masih gak tahu diri. Ini di Batavia, tahun 1924," balas makhluk tersebut yang membuat Ahmad kebingungan. Melihat Ahmad yang tak kunjung sadar dengan statusnya sekarang, makhluk tersebut pun menjelaskan pada Ahmad bahwa dirinya tengah menjadi lost soul dan harus segera mengisi raga yang kosong. Awalnya Ahmad menampiknya, tetapi setelah dipikir-pikir, di sisi lain ia tak berani mengambil resiko jika nanti jiwanya benar-benar tidak dapat kembali masuk ke dalam raga aslinya.

Ahmad setuju dengan ucapan dari makhluk tersebut. Oleh karena itu, ia mengikuti makhluk tersebut berjalan menuju pinggir sawah. Di sana ia melihat dua raga yang tengah terbaring. "Mereka ... kenapa?"

"Yang perempuan pendarahan, sedangkan yang laki-laki kesulitan bernapas," terang makhluk tersebut, "masuki saja raganya dan jalani kehidup barumu sebagai salah satu dari mereka."

Dalam batin Ahmad terjadi gejolak. Haruskah ia memasuki raga orang tersebut? Untuk memantapkan jawabannya, Ahmad meminta makhluk tersebut untuk menceritakan tentang kematian dari sang pemilik raga dan makhluk itu dengan lantang menceritakannya. Beberapa lost soul dan makhluk dimensi lain pun ikut menyimak, rupanya mereka juga ingin memasuki raga tersebut. Merasa tak punya pilihan lain, Ahmad pun setuju dan memasuki raga dari anak laki-laki bernama Dodot.

Menjalani hidup sebagai Dodot sesungguhnya adalah sebuah tantangan tersendiri bagi Ahmad, tetapi ia juga menikmatinya karena menurutnya dengan menjadi sosok Dodot ia dapat mengulang kembali kenangan masa kecilnya. Ahmad berusaha sebisa mungkin untuk mengenal lebih dalam mengenai latar belakang Dodot. Ia tahu bahwa sosok Dodot semasa hidupnya adalah seorang introvert, berbeda dengan dirinya yang merupakan seorang extrovert. Ia harus membiasakan diri dengan orang yang memanggilnya "Dodot", tetapi ada satu orang yang memanggilnya "Ahmad", yakni Bu Surnani, Ahmad baru mengetahui fakta bahwa Bu Surnani mampu membaca pikiran setelah beberapa bulan ia bersandiwara menjadi Dodot.

Ahmad berhasil memperluas relasinya selama empat tahun menjalani hidup sebagai Dodot. Ia berkenalan dengan banyak orang seperti sekumpulan centeng dan lainnya. Profesi aslinya sebagai guru bahasa Belanda ternyata sangat membantunya, ia tak memiliki kendala dalam berkomunikasi dengan masyarakat di masa tersebut menggunakan bahasa Belanda.

Hari itu seperti biasa ia diminta oleh Nyak Siti–ibu kandung Dodot untuk merapikan rumah, tetapi di waktu yang bersamaan rasa malasnya tengah memuncak. Ahmad memilih untuk kabur dari rumah. Namun, baru saja ia berjalan beberapa langkah dari rumah, atensinya tertuju pada seorang perempuan manis yang menarik perhatiannya.

Perempuan itu temannya Andin, kan?

Sorot matanya meneliti pakaian yang dipakai oleh perempuan itu. Baju tidur dengan merek yang cukup terkenal di abad 21 itu membuat Ahmad sangat yakin bahwa perempuan tersebut juga mengalami hal yang sama dengannya. Ahmad pun memberanikan diri untuk menyapa, "Bujug buneng! Baru tinggal di sini yak?"

Perempuan itu membuka mulutnya. "Hah?"

"Nama lo siapa?" tanya Ahmad kepadanya.

"Namaku Lana, kamu?" balas perempuan tersebut dengan lembut seraya menatap Ahmad keheranan.

Alright, she is Lana.

Tanah Airku [SUMPAH PEMUDA]Where stories live. Discover now