Dia telah memilih satu tempat di lantai untuk berkonsentrasi, dan dia tidak mengalihkan pandangan darinya.

Aroma yang masuk melalui celah jendela, tampaknya membangunkan ketiga teman Aletta.

Mereka mendekat, dan ikut mengintip keadaan diluar.

Sebenarnya tidak ada apa-apa.

Hanya beberapa pria bertopeng yang sedang melakukan patroli.

Seketika Winwin terdiam, mencoba bangun dan sadar dari tidur tak nyenyaknya.

Tunggu dulu...

bagaimana jika mereka ketahuan bersembunyi disini?

Winwin menyadarkan ketiga temannya dari lamunan akan aroma makanan yang sudah memenuhi ruangan.

"Hey, jangan mengintip melalui celah itu," bisik Winwin.

"Kenapa?" tanya Yukhei.

"Kita kan sedang berada diruang bawah tanah," tutur Dejun.

"Ruang bawah tanah? Jika kita berada diruang bawah tanah, kenapa kita bisa mengintip dunia luar?" tanya Yukhei.

"Ah, gudang maksud Dejun. Kita sedang didalam gudang. Jadi, jika mereka sampai memeriksa ruangan ini dan menemukan kita kan bisa gawat!" seru Winwin

Yukhei terdiam.

Lalu mereka memutuskan untuk bersandar dan saling meratapi satu sama lain.

Miris.

"Ah, bau apa ini!?" jerit Yukhei.

"Ini bau mayat itu," ucap Dejun.

Winwin melihat Aletta sekilas, lalu mendekapnya.

"Jangan takut..." lirih Winwin.

"Iya, aku tidak takut lagi."

"Kamu hebat," bisik Winwin.

Aletta tersenyum miris.

"Aku merindukan Madam," kata Aletta.

Mereka tiba-tiba teringat pada Madam yang selama ini sering mendidik mereka sejak taman kanak-kanak. Dan pernah mengajak mereka berempat untuk diangkat menjadi anaknya.

Sebahagia itukah mereka dulu?

Aletta beralih menatap cacat di lantai, tempat di mana lekukan mengubah cahaya lampu, menciptakan bayangan oval yang sangat kecil, bertanya-tanya kapan cobaan itu akan berakhir, bertanya-tanya mengapa dia harus pindah sekolah.

Mengapa dia tidak bisa mengisi buku catatan dengan banyak hal yang dikatakan Madam Westfall, hal-hal yang dapat dia ingat di sini, dan tidak dapat dia ingat ketika dia berada di biliknya dengan pena di atas buku catatan. Sepertinya Aletta sedang merindukan Madam yang hampir menjadi ibu angkatnya itu.

Kadang-kadang Aletta lupa di mana dia berada, mendapati dirinya di kamar Madam Westfall, menyaksikan yang kuno berjuang untuk tetap hidup, memaksa menarik napas keluar-masuk, menolak untuk mengakui kematian.

Aletta tak sendiri. Ada ketiga lelaki, teman masa kecilnya itu juga menyaksikan dial dan tabung dan botol cairan yang tidak dapat dipahami dengan level yang lebih rendah. Mengamati jarum yang menghilang menjadi daging, tabung yang menghilang di bawah seprai, yang tampaknya menggeliat sesekali dengan kehidupan rahasia, mendengarkan suara bergumam, erangan, kata-kata yang tidak berarti.

Madam telah tiada.

Seharusnya kepedihan itu tak muncul lagi kali ini.

Dimana tiga kali para pembunuh dan teroris bangkit melawan anak-anak dan berkali-kali membunuh mereka sampai tidak ada yang tersisa sama sekali karena penularan jiwa pembunuh telah menyebar dan semuanya terinfeksi dan membawa kehancuran.

Pembunuhan? Penyakit? Teroris, menyebarkannya di kalangan anak muda?

Apa kini dunia telah kiamat?

Bahkan orangtua Aletta sendiri tak pernah mempedulikannya, sehingga berakhir pada hari ini.


















Aletta masih setia menyender pada bahu Winwin.

Kemudian kembali tertidur,

berharap jika esok, baik-baik saja.

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.
Perfect Innocent || WinwinOnde histórias criam vida. Descubra agora