" Kami siap om." Junghwan memecah keheningan di antara mereka. Ia bahkan berdiri dan mulai memeluk Renjun yang telah kembali duduk di sebuah meja yang di atasnya ada laptop yang menyala menampilkan drive yang berisi sebuah video. Junghwan juga memerintahkan Junkyu untuk lebih mendekat ke arahnya.

Tanpa berkata-kata Xiumin mengklik video itu.


Tanpa berkata-kata Xiumin mengklik video itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


" Saya Jaemin Giovani Bharata. Saya adalah anak dari Jaehyun Bharata yang 5tahun yang lalu telah meninggal karna di bunuh dan dianiaya oleh seseorang. Namun seseorang itu telah lolos dari segala tuduhan bahkan setelah 2 tahun, ia bahkan terpilih kembali menjadi seorang walikota. Hakim telah menjatuhkan hukuman ke orang yang salah, orang itu telah di bayar oleh sang walikota agar mau di kambing hitamkan agar dia terbebas dari segala tuduhan. Tentu saja ucapan saya ini tidak hanya sekedar bualan tanpa bukti. Saya punya bukti. Dan ini buktinya."

Jaemin mengangkat sejumlah map berkas dan menaruhnya kembali.


" Papa saya di bunuh dan aniaya di depan mata kepala saya sendiri. Saya juga ikut di siksa bersama papa, tapi Tuhan sepertinya tidak berkendak untuk saya menyusul papa. Kami berdua di buang ke tempat sampah karna menyangka kami berdua telah meninggal. Saya juga sudah memberikan kesaksian berulang kali jika saya melihat secara langsung bagaimana ayah saya di bunuh. Tapi kesaksian saya tidak di indahkan, malah hasil sidang di manipulasi."

Jaemin berhenti sejenak, lalu kembali mengambil nafas.

" Saya sangat benci dengan semua fakta itu. Jauh di dalam lubuk hati saya, saya sangat dendam. Setiap malam selama 5 tahun saya di hantui bayangan bagaimana orang-orang itu telah membunuh papa dan menyiksa saya. Saya menempa diri saya selama 5 tahun, mempersiapkan diri saya untuk pembalasan dendam atas kematian papa. Dan sekarang dendam saya telah terbalas."

Jaemin tersenyum lebar. Senyuman yang sangat mengerikan.

" Saya yang bertanggung jawab atas meninggalnya Hakim ketua yang kemarin ini di kabarkan meninggal dikarnakan penyakit jantung. Sifat tamaknya menggadaikan keadilan demi uang membuat saya sangat muak. Dan saya juga yang bertanggung jawab atas kematian walikota beserta 11 orang penjaganya. Saya yang membunuh mereka semua di karnakan ketidak becusan hukum dan keadilan di negri ini. Jika kalian tidak bisa menghukum mereka, biar saya sendiri yang akan menghukum mereka dengan tangan saya sendiri. Saya sedih karna harus menjadi seorang pembunuh demi tegaknya keadilan yang saya ingin dapatkan sedari dulu."

Kini senyuman itu telah menghilang di wajah Jaemin. Jaemin tercenung cukup lama sebelum melanjutkan ucapannya. Kali ini tatapannya menyendu.

" Mama. Kalau mama udah liat video ini, berarti mas udah nggak ada lagi di dunia ini. Maaf. Maafin mas yang selama ini udah bohongin mama. Maafin mas juga yang selama ini telah merepotkan mama. Mas nggak tau apa setelah tau semuanya mama jadi benci mas atau enggak. Tapi Mas minta maaf karna nggak bisa menjadi anak yang mama harapkan. Maafin mas ma. Mas cinta mama, sayang sama mama."

Jaemin memegangi dadanya yang terasa begitu sesak.

" Papa, Abang, adek. Mas sangat beruntung memiliki kalian. Tapi rasa dendam mas jauh lebih besar. Maafin mas yang udah bikin kalian kecewa. Maafin mas karna belum bisa membalas semua kebaikan kalian. Mas bahagia bersama kalian. Kalian menjaga dan merawat mas dengan baik selama 5tahun ini. Kalian tidak membedakan kasih sayang kalian ke mas---"

Ucapan Jaemin kembali tersendat, tapi ia tetap memaksakan sebuah senyuman. Senyuman yang sangat tulus kali ini.

" --Mas cinta kalian."

Jaemin kembali terdiam. Ia terpekur untuk beberapa saat sebelum kembali melanjutkan ucapannya.

" Dan untuk semua orang yang mengenal saya, saya tidak bisa menyebutkan nama kalian satu persatu. Tapi terimakasih karna telah mengukir kenangan indah selama hidup saya. Terimakasih untuk segalanya. Dan maaf untuk kesalahan saya. Saya pamit."

Jaemin terlihat hendak mematikan videonya. Tapi gerakan tangannya terhenti. Ia kembali mundur dan kembali ke posisi duduknya.

Jaemin terlihat berusaha merangkai kata-kata yang tepat untuk sisa videonya.




" Dan untuk Renjun---"

Jaemin terlihat menghela nafas berat.

"---Maaf, jika saya terlahir bukan sebagai Jaemin Giovani Bharata, mungkin dengan senang hati saya akan mengejar kamu dan bahagia bersamamu. Tapi saya adalah Jaemin Bharata. Saya hanya mempunyai satu tujuan dalam hidup saya. Saya berharap, di kehidupan kita selanjutnya, saya bisa terlahir kembali sebagai orang yang bisa bersama kamu selamanya."


" Hiduplah dengan bahagia."

Jaemin kembali tersenyum tulus.

" Junghwan. Kalau kamu liat video ini, tolong jaga Renjun. Kamu harus adil membagi waktumu saat bersama Renjun dan juga Junkyu, karna Renjun cemburu banget sama Junkyu. Kamu harus berjanji untuk menjaga mereka berdua."

Setelah mengucapkan itu, Jaemin menatap kamera cukup lama sebelum beranjak dan mengakhiri videonya.

Setelah mengucapkan itu, Jaemin menatap kamera cukup lama sebelum beranjak dan mengakhiri videonya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tubuh Renjun bergetar hebat. Kini tubuhnya telah sepenuhnya di pelukan Junghwan yang memeluk erat tubuhnya semenjak pertama kali melihat Jaemin yang pakaiannya penuh dengan cipratan darah yang terlihat belum kering sepenuhnya dan juga wajahnya yang terlihat lebam dan lecet di beberapa bagian.

Dan setelah video itu berakhir. Renjun mengalihkan atensinya sepenuhnya ke arah Xiumin yang duduk di salah satu kursi di depan mereka.

" S-sekarang Jaemin dimana?" Tanya Renjun. Wajahnya pucat pasi. Di sebelahnya, Junkyu sudah terlebih dahulu menangis.

" Om. Jaemin masih hidup kan?" Desak Renjun, ketika Xiumin tak kunjung memberikan jawaban. Airmatanya sudah merebak siap di tumpahkan kapan saja.

Xiumin menatap pemuda itu dalam sebelum menggeleng.

" Jaemin kami temukan bunuh diri dengan menembak kepalanya sendiri."

End.

Sorry nggak ngefeel:)

R A I N | jaemren, Hwankyu ✔Where stories live. Discover now