Beberapa hari kemudian...






Tepat jam 1 malam, Jaemin berhasil melewati gerbang tinggi itu tanpa kesulitan apapun.



Jaemin mengendap-endap menuju post satpam yang berada di dekat gerbang rumah besar milik sang walikota. Semenjak 2 hari yang lalu ia terus mengintai keadaan rumah besar milik sang walikota yang telah membunuh ayah kandungnya itu melalui cctv yang berhasil di retasnya. Selama 2 hari itu pula Jaemin mengatur strategi penyusupan dan menghitung jumlah penjaga yang di tempatkan di rumah pribadi milik sang walikota. Banyak penjaga yang di tempatkan di rumah pribadi sang walikota di karnakan proses transaksi ilegal yang sudah sangat lama di jalankan sang walikota berpusat di rumah pribadinya ini. Sang walikota sendiri tinggal di rumah dinasnya beserta anak dan istrinya.

Seperti yang selama ini ia amati, ada 2 orang security yang berada di postnya saat ini. Kedua security itu terlihat tengah bermain kartu dengan secangkir kopi di depan masing-masing dari mereka.

Jaemin membuka ponselnya dan mematikan sambungan cctv yang berada di dekat pintu masuk post penjagaan itu. Setelah memastikan cctv itu mati, Jaemin bergerak dengan cepat memasuki pos penjagaan itu dengan pisau terhunus.

" Hey! Siapa kau?!'

Ternyata salah satu security itu menyadari kedatangannya dan segera bangkit dan meraih pistol yang berada di pinggangnya. Tapi gerakan Jaemin lebih cepat, security yang menodongkan pistolnya itu kini sudah termakan tendangan Jaemin sehingga tubuh gempalnya menabrak dinding yang ada di sebelahnya.

Security temannya juga sudah bersiap dengan sebuah pentungan hendak menghantam kepala Jaemin. Tapi pisau Jaemin telah membungkamnya terlebih dahulu.

Darah pertama telah tertumpah.

Si security yang berbadan gempal segera bangkit dan menyerang Jaemin. Jaemin melawan sang security sejurus dua jurus. Korban kedua kembali jatuh dengan pisau Jaemin melubangi perutnya di 3 tempat.

Setelah memberesi post penjagaan, Jaemin segera keluar dari sana dan berlari di dalam kegelapan menuju ke arah samping rumah besar sembari mematikan cctv yang mengarah ke halaman depan yang ia lalui melalui ponselnya.

Jaemin harus bergerak cepat. Jika tidak, seorang penjaga yang bertugas di ruangan cctv akan mengetahui kejanggalan yang sedang terjadi di rumah kediaman majikannya itu.

Jaemin mengetahui dengan pasti jika di sebelah garasi mobil adalah ruangan tempat dimana ruangan cctv itu berada. Sebelum bergerak bebas masuk ke dalam rumah itu, hal pertama yang harus Jaemin lakukan adalah membunuh semua orang yang ada di dalam sana, terutama yang berjaga di ruangan cctv untuk mencegah si penjaga untuk meminta bala bantuan lebih banyak untuk melindungi rumah sang walikota. Jaemin sendiri sangat yakin jika mereka tidak akan bisa menghubungi polisi untuk meminta bantuan di karnakan rumah pribadi sang walikota ini adalah rumah yang ia rahasiakan dari publik.

Sebelum membuka pintu ruangan cctv yang ia tau tidak akan pernah terkunci itu, Jaemin menyarungkan pisau dan mencabut pistolnya. Dengan cepat Jaemin memasang peredam tembakan.

Setelah memperhatikan sekitar, Jaemin berusaha mendengarkan suara-suara yang di balik pintu. Jaemin bisa mendengar suara seseorang yang merasa keheranan atas insiden cctv yang mati secara bertahap itu.

Saat Jaemin masih berusaha mencuri dengar, terdengar derapan langkah dari orang yang berada di dalam ruangan yang berencana hendak mengecek keadaan setelah kedua security yang ia hubungi melalui earpiece tidak menjawab panggilannya.


Jaemin bersiap dengan pistolnya di balik pintu, dan saat pintu terbuka menampilkan seorang penjaga berpakaian casual, tanpa banyak berfikir Jaemin langsung menembak orang itu tepat di kepalanya.

Tanpa suara, tanpa teriakan, penjaga itu roboh di hadapan Jaemin dengan kening berlubang.

Jaemin mendengus, ia ingat orang ini. Salah satu anjingnya walikota yang ikut terlibat dalam penculikan dan pembunuhan ayahnya.

Jaemin meraih kerah mayat si penjaga dan menariknya untuk kembali masuk ke dalam ruangan cctv itu.

Jaemin segera mengotak atik panel-panel di depan monitor cctv dan menghapus semua rekaman hari ini dan mematikan seluruh cctv yang aktif. Sebelum Jaemin mematikan cctv, ia melihat 2 orang penjaga yang baru saja keluar dari kamarnya dan berlari menuju ke ruangan cctv. Sepertinya penjaga ruangan cctv ini sempat memberikan sinyal bahaya kepada kedua rekannya sebelum keluar dari ruangan cctv.

Setelah mematikan seluruh cctv, Jaemin keluar dari ruangan itu untuk menyongsong dua penjaga yang menuju ke arahnya itu.

Jaemin berlarian di koridor yang remang-remang. Matanya menatap awas setiap tempat yang ia lalui, berusaha mengingat-ingat dimana 2 penjaga itu akan muncul.

Saat Jaemin masih mengingat-ingat seluruh ruangan di rumah besar itu, sebuah tembakan terdengar nyaring.

" Sial!" Geram Jaemin. Jaemin dengan refleknya yang luarbiasa itu kini segera tiarap. Sebuah peluru berhasil memecahkan kaca sebuah lukisan di dinding.

Suara gaduh mulai terdengar, bahkan seluruh lampu kini telah menyala. Ruangan terbuka tempat persinggahan Jaemin kini telah di ketahui.

Dorr!

Tembakan kembali terdengar. Jaemin segera menyingkir di balik sebuah pilar.

Jaemin memperhatikan gerak-gerik seseorang yang berusaha menembaknya itu. Orang itu juga tengah bersembunyi di balik pilar, berusaha mencari keberadaan Jaemin.

Jaemin menggertakkan gerahammnya lalu dengan gerakan cepat Jaemin menembak seluruh lampu yang ada disana sehingga keadaan menjadi gelap gulita.

Saat lampu terakhir pecah, Jaemin juga sudah berada di tempat persembunyiannya yang baru. Tempatnya kali ini memudahkannya untuk membidik sasarannya. Berterimakasihlah kepada matanya yang telah terbiasa dengan kegelapan.

Tembakan tanpa suara dari Jaemin berhasil merobohkan si penembak itu. Tapi itu masih belum berakhir. Dari sebuah lorong, terdengar suara langkah yang begitu banyak menuju ke arahnya.

Jaemin segera berlari dan bersembunyi di balik sebuah guci antik China.

" Ada penyusup! Segera cari dan habisi!" Seruan seseorang terdengar begitu dekat sekarang. Dan sepersekian detik berikutnya, 4 orang penjaga berpakaian hitam-hitam kini telah muncul di ruangan gelap itu.

Tanpa membuang-buang waktu lagi, Jaemin mencabut pisaunya dan melompat ke arah salah satu penjaga yang terdekat dengan persembunyiannya. Pisau pembunuhnya kembali bekerja.

" Dia disini!"

Teriakan dari salah satu penjaga itu mengantarkan Jaemin pada sebuah pertarungan jarak dekat. Pisaunya menyabet kesana kemari menorehkan luka di setiap orang yang di sentuhnya. Tendangannya juga bersarang di setiap anggota tubuh ketiga penjaga itu tanpa ampun.

Setelah bertarung selama 5 menit, ketiga penjaga itu jatuh bergelimpangan di tengah ruangan.

Jaemin tidak sempat memeriksa luka yang di dapatnya, ia langsung menuju ke sebuah ruangan yang ia yakini sebagai tempat tersimpannya dokumen yang ia butuhkan. Dokumen yang akan menjelaskan kepada semua orang bahwa sang walikotalah dalang di balik terbunuhnya ayah kandungnya.

Di hari sebelumnya, Jaemin juga telah berhasil membunuh hakim ketua yang memimpin sidang kasus dirinya dan ayahnya. Hakim yang telah memutuskan jika oranglainlah yang telah membunuh ayahnya dan menyiksa dirinya dan bukannya sang walikota yang telah menjabat selama dua periode itu.

Jaemin tau dengan pasti jikalau hakim itu telah menerima suap dari sang walikota untuk menjadikan oranglain sebagai terdakwa dari pembunuhan ayahnya. Jaemin juga sudah mendapatkan bukti yang menyatakan bahwa sang hakim ketua telah menerima suap dari kasus pembunuhan sang ayah.


" Akan ku pastikan kalian semua mati di tanganku." Gumam Jaemin sebelum mencapai ruangan kerja sang walikota.


Tbc..

R A I N | jaemren, Hwankyu ✔Where stories live. Discover now