O1.

18.8K 2.5K 202
                                    

untuk terus ngelanjutin book ini, aku masih harus banyak melakukan research agar tidak melakukan kesalahan yang fatal, jd maaf ya klo aku bikin kesalahan kalian bisa ingetin aku di kolom komentar.
──

Harry duduk di balkon kamarnya. Tatapannya tak pernah lepas dari sebuah benda di genggamannya. Behind The Ear, alat bantu dengar paling bagus yang pernah Harry miliki selama dua belas tahun menjadi seorang tuli. Ayah baptisnya yang memberikannya sebagai hadiah pertemuan setelah dua belas tahun berpisah.

Satu minggu yang lalu seorang pria asing datang ke rumah keluarga Dursley dan memperkenalkan diri sebagai Sirius Balck, sahabat kedua orang tua Harry sekaligus ayah baptis Harry. Tanpa menunggu persetujuan Paman Vernon dan Bibi Petunia, Sirius membawa Harry untuk tinggal bersamanya di sebuah rumah yang besar dan mewah. Sirius memberinya banyak baju baru berukuran pas dengan tubuhnya dan membuang baju-baju lusuh kebesaran bekas sepupunya, Dudley yang selalu Harry pakai. Sirius mengizinkannya untuk pergi makan kapan saja dengan porsi yang bahkan jauh lebih banyak dari porsi makan Dudley.

Dan siang tadi Sirius mengatakan bahwa esok, Harry sudah bisa melanjutkan tahun keempatnya di Hogwarts, sebuah sekolah bergengsi dan terkenal di Inggris. Entah harus berapa banyak Harry berterima kasih pada Sirius nanti, ia bahkan terlalu malu untuk menunjukkan wajah di depan ayah baptisnya tersebut karena merasa dirinya hanya merepotkan.

Harry menoleh dengan cepat ketika ia merasakan getaran suara kecil dari belakangnya dan menemukan Sirius dengan cengirannya bersiap ingin mengejutkan Harry. Yang lebih muda hanya tertawa tanpa suara lalu memasang alat bantu dengarnya.

"Sudah saatnya makan malam, Harry." Ucap Sirius membuat Harry menatap jam dinding bulat yang ada di kamarnya lalu mengangguk.

"Omong-omong...soal Hogwarts, kau benar-benar ingin pergi ke sekolah umum? Aku bisa menyekolahkanmu di sekolah khusus berapapun biayanya dan kau tidak perlu khawatir soal itu." Yang lebih tua menghela dan melanjutkan ucapannya, "Kau tahu, aku khawatir jika kau pergi ke sekolah umum, mereka yang merasa dirinya sempurna tidak akan mau menerima perbedaan."

Harry terkekeh masih tanpa suara menganggap hal yang Sirius khawatirkan benar-benar konyol. Ia menghabiskan tahun pertama sampai ketiganya di St. Brutus's dan dirundung sudah termasuk rutinitasnya. Bahkan di sana semua orang menjadi ringan tangan dan selalu memukul atau menendang Harry tanpa alasan. Mungkin karena mereka membenci Harry yang pengecut dan tidak bisa mendengar.

Ia menyambar buku catatannya yang sebelumnya tergeletak di kasur dan menuliskan sesuatu lalu menunjukkannya pada Sirius.

Aku merasa diriku masih sanggup untuk pergi ke sekolah umum. Kau bisa memindahkanku jika mendapati nilaiku terus merosot turun karena aku akan membuktikan bahwa aku bisa mengikuti pelajaran sekalipun aku tidak bisa mendengar.

Harry menunjukkan tulisannya dan membiarkan Sirius membacanya, setelah dirasa Sirius sudah selesai, Harry membalik halaman bukunnya dan menulis lagi.

Hogwarts adalah sekolah bergengsi dan aku yakin tidak semua muridnya berpemikiran kolot bahwa menjadi berbeda adalah sebuah kesalahan yang tidak bisa diampuni dan mereka yang berbeda harus disisihkan.

Si surai berantakan menujukkan tulisan berantakannya lagi disertai cengiran di bibir tipisnya.

"Kau percaya aku bisa menjaga diri kan, Sirius? " Ucap Harry dengan susah payah mengingat ia jarang bersuara dan memilih berbicara lewat bahasa tubuh dan buku catatannya.

"Tentu saja aku percaya, kau anak yang hebat, Harry." Ucap Sirius lalu memeluk Harry dan mengajaknya segera turun untuk makan malam.

tbc

Hai? Gimana menurut kalian? Mungkin kalau banyak yang tertarik, book ini aku lanjut.

listen | drarry. Where stories live. Discover now