Jaemin jadi panik sendiri ketika mendengar isakan lolos dari mulut Renjun. Sungguh, Jaemin sama sekali tidak pernah berada di situasi ini. Ia tak biasa mendengar curhatan orang, ia juga tak bisa menghibur seseorang. Ini baru yang pertama baginya.

" Ren. Jangan nangis." Ujar Jaemin.

Bukannya berhenti, tangisan Renjun semakin menjadi.

" Aku lebay banget ya Jae, urusan sepele kayak gini ampe nangis segala. Tapi ntah kenapa aku ngga tahan pengen nangis." Ujar Renjun di sela tangisannya. Jaemin semakin bingung harus bagaimana.

" Jangan nangis. Junghwan sekarang udah ketemu kebahagiaannya." Ujar Jaemin mengatakan apa saja yang ada di otaknya sekarang.

Tapi kata-kata Jaemin sama sekali nggak bikin suasana hati Renjun tenang. Tangisannya masih terdengar.

" Aku nggak suka aja kalau Junghwan nantinya lebih suka nyariin Junkyu daripada nyariin aku." Ujarnya lagi.

Jaemin menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia ikut bingung mesti gimana. Memang Junghwan itu terlihat cukup bucin ke Renjun.

Akhirnya dengan mengikuti instingnya, Jaemin meraih pundak Renjun dan membawa pemuda mungil itu ke dalam dekapannya.

" Sshh. Tenanglah. Itu nggak akan terjadi. Junghwan sayang banget sama kamu." Bisik Jaemin ketika Renjun tidak menolak untuk di peluk. Bahkan pemuda itu balas memeluknya, membuat Jaemin merasa gelisah tanpa sebab. Tapi di biarkannya pemuda mungil itu tetap menangis di pelukannya dalam waktu yang cukup lama.



Tak jauh dari Jaemin dan Renjun yang tengah berpelukan, di sebuah kursi taman, di taman yang sama, namun lebih terlindungi oleh pepohonan, Junghwan mendengar dengan khidmat cerita Junkyu tentang kehidupan kelam Jaemin.

Tak jauh dari Jaemin dan Renjun yang tengah berpelukan, di sebuah kursi taman, di taman yang sama, namun lebih terlindungi oleh pepohonan, Junghwan mendengar dengan khidmat cerita Junkyu tentang kehidupan kelam Jaemin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

" Kokoh!"

Renjun segera berbalik dan mendapati Junghwan yang kini tengah berjalan cepat ke arahnya.

" Ada apa Ju?" Tanya Renjun.

Junghwan segera duduk di hadapan Renjun.

" Apa?" Tanya Renjun lagi ketika Junghwan malah diam saja.

" Juan pengen cerita tentang bang Jaemin." Ujarnya. Renjun mengangguk.

" Cerita aja. Biasanya juga cerita." Ujar Renjun yang berusaha menyembunyikan antusiasmenya. Semenjak kejadian di taman kompleks tadi siang, fikiran Renjun tentang Junghwan teralihkan. Sekarang fikiran Renjun telah di penuhi dengan orang yang namanya Jaemin.

 Sekarang fikiran Renjun telah di penuhi dengan orang yang namanya Jaemin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Renjun terus saja menatap kedatangan Jaemin. Di mulai dari pintu kelas hingga pemuda itu duduk di kursi di sebelahnya.

" Pagi Ren." Sapa Jaemin sembari tersenyum sekilas. Renjun membalas salam Jaemin pelan lalu baru mengalihkan pandangannya.

Renjun sangat ingin menanyakan, apakah pagi ini Jaemin masih terbangun dengan cara menyakitkan itu. Apakah rasanya sangat sakit sehingga seseorang harus memijat kepalanya dan mamanya harus memeluknya selama 10 menit. Renjun sangat ingin menanyakan itu.

Hening di antara keduanya, Jaemin yang duduk diam di tempatnya dan Renjun yang sibuk bertanya-tanya sambil sesekali melirik wajah tenang Jaemin.


" Jaem tolong dong satu nomor ini."

Tiba-tiba Jihoon datang sembari membawa buku tulisnya ke depan Jaemin. Pemuda itu tanpa bertanya-tanya langsung menatap buku tulis Jihoon yang sudah terkembang di atas mejanya.

Renjun sempat melirik isi buku Jihoon. Sepertinya Jihoon lagi pengen tanya masalah PR fisikanya. Dan Renjun juga tau kalau Jaemin itu pinter banget masalah fisika.

" Gue dah kerjain yang lain. Tinggal yang ini doang yang gue ngga ngerti." Ujar Jihoon sembari menunjuk sebuah nomor soal dengan bolpoinnya.

Tanpa basa basi Jaemin langsung mengajarkan Jihoon, dan pemuda itu juga menyimak dengan sungguh-sungguh sembari menulis di bukunya.

Beberapa kali Jihoon salah berhitung di karnakan tidak terlalu paham dengan rumusnya dan Jaemin dengan sabar menjabarkan ulang rumus yang tadi sudah di ajarkannya itu.

2 menit kemudian Jihoon sudah mendapatkan jawabannya dan tersenyum dengan puas sembari mengucapkan terimakasih kepada Jaemin.

Jihoon yang hendak kembali ke mejanya di barisan ketiga melirik Renjun yang tengah menatapnya.


" Udah bikin pr Njun?" Tanya Jihoon.

Renjun mengangguk.


" Udah Hoon."

Jihoon menyeringai.


" Salah banget kalau gue nanya pr ke elo kayaknya. Lo kan calon kandidat juara baru kelas ini." Ujar Jihoon sembari berlalu dari sana.



Tbc..

R A I N | jaemren, Hwankyu ✔Where stories live. Discover now