34. Comfort Zone (Final)

Mulai dari awal
                                    

Lucas mencoba mengendalikan keadaan. Lucas tadi sempat dimintai tolong Jessse untuk menjaga Javas pun menengahi. "Daripada lu kepikiran macem-macem sini belajar Biologi bareng gue," kata Lucas. Pria itu memutarkan rangkaian video melahirkan dari Youtube untuk Javas. Javas yang berubah menjadi penurut menyaksikan hal itu dengn serius.

"Gila ya bayi keluarnya dari sana bisa mengembang kayak adonan," komentar Javas takjub.

Theo mengangguk-angguk takjub sebab Javas ketularan bodoh.

Satu jam kemudian, dokter dan perawat yang menangani Nara keluar dari ruang operasi. Javas yang tadinya dengan serius menonton video itu langsung menghampiri mereka. Nafasnya berat, dia begitu penasaran sekaligus takut. Hebatnya perut terasa mual dan diaduk-aduk.

Mereka menginformasikan jika kondisi Nara baik-baik saja, bayi perempuan sesuai prediksi. Jesse masih di dalam menemani Nara yang sebentar lagi akan dipindahkan ke ruang inap. Javas langsung memeluk dokter itu tanpa sadar. Dia terlalu senang sampai melihat kembang api yang meletup di sekitarnya.

“Woy gue jadi papi! HAHAHAHA.” Javas tertawa lega.

Sementara, Theo dan Lucas menepuk-nepuk bahu Javas, ikut bangga.

“Akhirnya setan dari segala setan yang rajin bikin anak perawan sakit hati tobat juga.” Theo nyengir senang.

-

Nara masih belum sadar. Javas menunggunya di samping ranjang dengan tangan menggenggam jari-jari Nara. Javas tahu Nara perlu istirahat, tapi melihat Nara menutup mata seperti ini dan bahkan tidak menyambutnya seperti biasa membuat hati Javas mencelos.

Javas belum melihat bayi mereka. Sengaja begitu agar dia bisa membagi kebahagiaan yang membuncah bersama Nara. Javas tentu bahagia akan hadirnya Starlee sebagai penyempurnaan dari keluarga kecilnya. Starlee bayi perempuan dengan kulit seputih susu, bibir merah, dan pipi bulat―itu yang dikatakan Theo kepada Javas setelah mengintip Starlee di ruang perawatan bayi.

“Dad, Mom, dan Nenek Eli bakal sampai di sini satu jam lagi,” kabar Jesse yang baru masuk ruangan. “Istirahat sana, biar gantian kakak yang jaga Nara,” lanjutnya.

Javas menggeleng.

“Makan mau?” tanya Jesse lagi.

Javas menggeleng.

Jesse menghela nafas panjang. “Nara sudah gak apa-apa, Jav. Kamu butuh tenaga untuk menjaga Nara dan Star nanti.”

Javas melihat kakaknya dengan pandangan kesal. “Masih berani ceramah ke aku setelah merebut hak suami buat mendampingi istrinya di ruang operasi.” Javas berkata judes.

“Astaga Javas,” Jesse hampir tersedak dengan salivanya sendiri.

Sedari tadi Javas memang ngambek karena Jesse yang mengantar Nara ke ruang operasi. Ayolah, kalau mereka menunggu Javas datang justru nyawa Nara serta Starlee yang terancam. Plus Nara juga yang memohon biar Javas jangan dikabari dulu sebab Nara masih berharap kejutan ulang tahunnya untuk Javas berhasil.

“Lupakan, aku bukan anak kecil. Aku harus bisa memaafkan,” Javas manyun.

“Javas Chatura Mavendra justru ekspresi dan omongan kamu sekarang mirip balita,” kritik Jesse sembari menyerahkan roti dan air mineral ke arah adiknya. “Makan, aku gak mau ngurusin kamu kalau sampe pingsan,” sambungnya.

“Aku ini bukan manusia lemah―“

“―Turutin kata Kak Jesse, Chatu,” suara serak Nara membuat Javas langsung diam. Atensinya beralih penuh kepada sang istri.

“Sayang, mana yang sakit?” Javas langsung bersuara lantang saking senangnya melihat Nara yang membuka mata.

“Telingaku yang sakit soalnya dengar kamu cerewet banget,” gumam Nara, dia meringis.

[Selesai] Perfectly Imperfect Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang