●BAGIAN 1

92 2 0
                                    

"Hari ini penerus utama kim group,kim taehyung dan putra satu satunya park group,park jimin akan melangsungkan pernikahan. Seperti yang telah diketahui, kim taehyung dan park jimin sudah saling mengenal sejak.."

Park jimin mematikan televisi dikamarnya,lalu membuang remote itu ke lantai hingga hancur. Pemuda 25 tahun itu menatap layar tv itu dengan mata memerah karna telah menangis semalaman. Kemarahan juga dapat terlihat dari bagaimana dia menatap benda mati itu hingga ia melempar sembarangan benda benda didekatnya. Berita paling buruk yang pernah ia dengar seumur hidupnya akan terjadi dalam beberapa jam dan dia tidak bisa menolak itu. Ya, dia tidak ingin menikah dengan kim taehyung, bukan karena dia membenci taehyung,bagaimanapun mereka adalah teman sejak kecil. Jimin hanya membenci keadaan dimana dia tidak bisa menolak apa yang tidak dia inginkan.

Park jimin mencintai laki laki lain.

Pintu kamarnya diketuk pelan sebanyak tiga kali

"Tuan muda,sudah waktunya anda siap-siap"

Jimin tidak menjawab,malah memeluk lututnya dan kembali menangis. Suara pelayannya terdengar lagi,memberitahu hal yang sama. Sampai setelah beberapa menit pelayan itu pergi. Jimin lalu turun dari tempat tidurnya, mengangkat kasur besar yang sangat berat itu untuk mengambil ponsel flip yang telah dia sembunyikan sejak satu minggu yang lalu. Menghapus air matanya,jimin menekan tombol satu yang langsung menghubungkannya dengan satu satunya orang yang ada dalam kontak ponsel itu. Dia menunggu beberapa saat sampai panggilannya dijawab.

"Hallo?"

Suara lembut disebrang sana langsung membuat jimin ingin menangis kembali, tetapi karena pemilik suara itu jugalah dia tidak ingin terdengar cengeng sekarang. Jimin menghela nafas,hendak berbicara tetapi dia mendahuluinya.

"Jimin?"

Jimin yang tadi mencoba menahan tangisnya langsung terisak saat itu juga. Dia menangis karena suaranya dikenal meskipun dia belum bicara apapum dan mereka tidak bertemu sejak 1 minggu yg lalu.

"Jimin?kamu baik baik saja?aku khawatir"

"Jungkook.." jimin tidak bisa melanjutkan kata katanya karena menangis semakin kencang.

"Ini aku, tenanglah"

Jimin kemudian menahan isakannya agar bisa berbicara dengan baik.

"Aku tidak mau menikah dengannya"

"Jimin dengarkan aku, bukan hanya kamu,tapi aku juga tidak ingin melihatmu menikah dengan orang lain. Aku sudah mencoba bicara denganmu,kita melakukannya bersama, lalu aku sadar meskipun aku sangat mencintaimu, aku tidak bisa membahagiakanmu hanya dengan cinta. Aku adalah orang yang tidak mungkin bisa naik ke atas, dan kamu tidak mungkin turun ke tempat dimana aku berada. Jika aku memaksamu turun, apakah itu adil untukmu?"

"Kamu tidak perlu naik, aku yang akam turun jungkook"

"Lalu membiarkanmu hidup sepertiku? Jika kita punya cara selain membuatmu keluar dari keluargamu,aku akan melakukannya. Apapun."

"Aku tidak mencintainya....aku tidak mencintainya..." jimin mulai menangis lagi.

Ada jeda cukup lama setelah itu.
Park jimin yang tidak tahu apalagi yang bisa dia lakukan selain menangis dan jeon jungkook yang jauh lebih frustasi darinya,keduanya tidak memiliki jalan keluar yang baik.

Terdengar ketukan pintu kamar jimin lagi,jimin kaget karena suara ibunyalah yang memanggilnya.

"Jimin? Sudah waktunya kau siap siap. Kita tidak bisa membuat keluarga kim menunggu"

"Jimin...aku mencintaimu,berbahagialah"

Jungkook memutuskan panggilan setelah mengatakan kalimat itu.

Jimin membuka pintu kamar hanya untuk melihat senyum tegas ibunya yang bisa membuat siapapun menciut karena itu.

<><><>

Jungkook memijat keningnya begitu memutuskan panggilan dari jimin.
Dia bersandar pada kursi kerja yang bahkan tidak bisa menyangga kepalanya.

Satu minggu yang lalu jeon jungkook pertama kalinya bertemu ibu jimin. Dia sangat ingat bagaimana dirinya diperlalkukan tidak adil. Jungkook yang hanya bekerja sebagai designer disalah satu perusahaan iklan swasta, bagaimana mungkin bisa menikahi putra tunggal park group. Mustahil.

Bahkan ibu jimin mengatakan meskipun jimin bisa berbaur dengan orang2 seperti jungkook,tetapi jimin tidak pernah hidup sepertinya. Jimin tidak akan pernah bisa hidup seperti orang biasa. Jimin terlahir sebagai tuan muda.

"Jimin memiliki masa depan yang sangat penting. Kau tidak bisa egois mencintainya dan membuatnya terpaksa turun dari atas sana"

Itu adalah kalimat terakhir yang diucapkan ibu jimin sebelum dia menarik jimin dari cafe kecil yang sesak itu.

"Jungkook jangan melamun" tegur salah satu teman jungkook. Dia melihat jam kecil dimejanya menujukan pukul 8 pagi.

"Hari ini manager tidak datang, kita bisa lebih santai"ujar temannya lagi.

Jungkook menoleh "kenapa?"

"Katanya dia dapat undangan ke pernikahan kim taehyung dan park jimin"

Jeon jungkook terlihat berfikir sebentar lalu berbicara.
"Calon suaminya park jimin? Aku tidak pernah mendengar nama itu sebelumnya"

"Saat dia hendak  keluar negeri,namanya sempat ramai dibicarakan. Kenapa kau bisa tidak tahu?padahal kau tinggal disini"

"Aku baru pindah ke seoul 3 tahun yang lalu"jungkook membela diri. Temannya itu lalu tertawa karena lupa.

"Maaf,aku lupa"ujarnya cengengesan.

"Kau pernah melihat orangnya?"tanya jungkook

Mingyu , salah satu teman jungkook menggeleng " katanya dia tidak suka wajahnya muncul di tv, tapi karena hari ini pernikahannya,seharusnya foto2nya akan muncul diberita".

Jungkook melanjutkan pekerjaannya dengan pikiran penuh dengan pernikahan jimin. Hingga tepat pukul 10, adalah waktu dimana pernikahan jimin seharusnya sudah mulai. Jungkook bahkan tidak berani melihat tv yg menempel di dinding kantor. Mingyu yang sejak tadi fokus bekerja akhirnya mengalihkan perhatiannya pada tv. Jungkook tidak berani melihat tv,tangannya mengepal, mencoba menahan emosi.dia menghela nafas berat. Sampai suara orang2 didalam ruangan terdengar ribut.

"Hei,apa yang terjadi?"

"Hah? Apa yang pemuda itu lakukan?"

"Kenapa dia tiba tiba berlari keluar?".

Tbc

kita kalah|| [taekookmin]Where stories live. Discover now