Tanpa menoleh Jaemin menjawab.





" Mungkin."





" Sudah? Itu saja? Kamu ga pengen kasih tau umur, hobi, kesukaan, cita-cita?" Tanya sang guru di depan sana. Renjun, si anak baru itu menoleh ke belakang sembari tersenyum canggung.




" Harus begitu pak?" Tanya si anak baru dengan takut-takut. Sang guru hanya tertawa pelan.




" Terserah saja-- Hey kalian? Kalian gamau tanya-tanya apa kek gitu?" Tanya sang guru kini ke anggota kelasnya.




" Nomor hapenya pak?"





" Udah punya pacar belum?"





" Turunan China ya?"





" Orang Korea ya?"





" Kok mukanya ganteng cantik? Blasteran surga ya?"





" Skinkernya apa?"





" Nyanyi dong!"





Sang guru berdecak sebal.




" Kelas unggul kok malu-maluin." Ketus si bapak membuat seluruh siswanya tertawa kecuali beberapa orang.




"  Ya maaf pak. Kan bapak yang nyuruh tanya." Ujar si Han yang tadi ikut-ikutan minta si anak baru buat nyanyi. Karna suara dia juga bagus, mana tau si anak baru mau di ajakin collab. Collab nyawer ke kompleks tetangga.




" Lah iya. Tapi ga bisa pertanyaannya sedikit berbobot ?"




" Yaudah pak. Ini saya mau nanya dengan pertanyaan yang berkualitas." Eric mengangkat tangannya tinggi-tinggi.




" Ya sudah apa?" Balas sang guru.





" Mau nggak jadi pacar saya?"





Pertanyaan Eric sontak membuat seisi kelas menyorakinya. Bahkan Han dan Baejin sudah melempari Eric dengan apa saja yang ada di depannya. Gemas sekali melihat kelakuan bule mampang itu.




Tak! Tak! Tak!





" Eric kamu saya suruh lari keliling lapangan ya!" Ancam si guru setelah menenangkan seisi kelas dengan penggaris besinya.




" Eh maaf pak. Canda doang pak." Eric kicep dan langsung kembali duduk di bangkunya.




" Pak. Saya mau nanya." Kali ini Seungmin yang mengangkat tangan.




Sang guru memicing, menatap Seungmin dengan tatapan menyelidik. Sang guru waswas, jika ia mengizinkan, takutnya pertanyaan error lagi yang keluar. Tapi seketika ia tersenyum, bukankah selama ini Seungmin termasuk murid yang normal?





" Baiklah. Bapak percaya kamu Seungmin. Jangan malu-maluin kelas unggulan lagi ya nak. Sedih bapak liat wali kelas kalian."




Seungmin mengangguk pelan sebelum membuka suara.




" Kamu yang kemarin baru pindah ke perumahan Hazete itu kan?" Tanya Seungmin membuat sang guru bernafas lega. Si anak baru mengangguk.





" Berarti kamu anak Om Tao ya? Kami ikut bantu-bantu disana. Om Tao bilang kalau dia punya anak yang bakalan sekolah disini juga. Tapi kamu sama adikmu nyusulnya malem." Ujar Seungmin. Renjun, si anak baru mengangguk. Ia juga sudah dengar cerita dari kedua orangtuanya bahwa tetangga baru mereka baik-baik semua.






" Iya. Makasi banyak karna udah bantuin keluargaku." Ujar Renjun. Seungmin tersenyum hendak menjawab, tapi Han mendahuluinya.





" Santai aja." Ujar Han yang di hadiahi pelototan Seungmin.




" Kamu ga pegel Renjun?" Tanya sang guru kepada Renjun yang sedari tadi kakinya sudah bergerak-gerak gelisah.





Ya menurut ngana gimana pak? Tangis Renjun di dalam hatinya.



" Yaudah. Untuk sementara kamu duduk dulu di sebelah anak kasep yang mukanya ga ada ekspresi itu. Besok pihak sekolah bakalan nyediain meja ama kursi baru buat kamu." Sang guru menunjuk meja Jaemin dan Haechan.





" Yang mana pak?" Tanya Renjun berusaha melihat arah telunjuk sang guru.





" Jaemin Giovani Bharata?" Panggil sang guru.




" Saya pak." Jawab Jaemin dengan suara beratnya.




" Nah kamu duduk di sebelah dia. Yang suaranya macam om-om itu." Ujar sang guru kepada Renjun. Renjun menyembunyikan senyumannya menanggapi candaan sang guru.




" Baik pak. Terimakasih pak."



" Yaudah sana duduk."



Tbc..


Tbc

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.
R A I N | jaemren, Hwankyu ✔Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon