Chapter 01

6K 474 73
                                    

"Jaga istrimu baik-baik, Namjoon."

Tuan Kim menepuk pundak Namjoon, lalu beralih pada Seokjin yang berdiri diam di depan pintu. Beliau hanya melempar senyum bersahaja pada anak menantunya tersebut sebelum bergegas masuk ke dalam mobil.

Giliran nyonya Kim yang mendekati Seokjin dan memeluknya erat. "Eomma pergi, Sayang. Jaga rumah baik-baik, ya?"

Seokjin mengangguk, dagunya beristirahat di atas pundak wanita paruh baya tersebut. Sudut bibir Seokjin sedikit terangkat membentuk satu senyum sendu. Seokjin ingin mengatakan bahwa dia tidak ingin ditinggal, dia bisa ikut nyonya Kim ke Eropa seperti dulu. Namun, hanya isak tangis tak bersuara yang keluar dari mulutnya. Seokjin memeluk nyonya Kim dengan erat, seolah dia memang tidak ingin ditinggal pergi.

Perasaan Seokjin campur aduk saat BMW hitam yang membawa sepasang suami-istri itu keluar dari pekarangan rumah dan menghilang dari pandangan. Menatap ke samping, dia sudah tidak menemukan Namjoon di sana. Seokjin menutup mulutnya dengan telapak tangan, demi menutupi tangisnya yang kembali pecah meski tak bersuara.

• • •

Selama ini, rumah besar itu selalu riuh dengan canda tawa, celoteh riang antara nyonya dan tuan Kim sering terdengar di setiap pagi dan petang. Sesekali ditimpali suara berat Namjoon yang mendadak merasa jengkel, yang membuatnya terpaksa keluar dari ruang baca. Terganggu dengan suara riuh rendah di ruang tengah, karena orang tuanya cukup suka menggoda Seokjin, terlebih dengan kunjungan Park Jimin dan Hoseok, rumah itu tak ubah seperti tribun sepak bola. Padahal orang yang digoda sama sekali tak menunjukkan respon berlebihan, kecuali dengan senyum yang terkadang memamerkan deretan giginya, yang sesekali diiringi isyarat menggunakan tangannya agar mereka berhenti menggoda.

Seminggu setelah kepergian mereka ke Eropa, rumah itu persis kuburan, sepi dan mencekam seolah tak berpenghuni. Pernikahan yang terjadi antara Namjoon dan Seokjin satu minggu lalu merupakan sebuah bencana besar yang tak terprediksi. Seokjin tak bisa mengharapkan apapun, juga tak mampu untuk menyuarakan sepatah kata pun.

Langkah gontai Seokjin membawanya ke dalam rumah, selesai memindahkan beberapa pot bunga mawar untuk dia tanam langsung di taman belakang. Seokjin tak terlalu memperhatikan langkahnya, sibuk melalang buana pada hal-hal yang telah mengubah jalan hidupnya beberapa hari terakhir, netranya sibuk meneliti beberapa goresan kecil dari duri mawar yang tidak sengaja menusuk telapak tangan dan jemarinya. Rasanya perih, entah racun apa yang terdapat dalam duri mawar tersebut, kontras dengan bunganya yang indah ketika kuncup dan bermekaran.

"Jimin, harusnya kau tidak membiarkanku menderita seperti ini. Kau tahu? Aku tidak sanggup melihatmu tertidur seperti ini. Bangunlah, Sayang ... kumohon."

Suara Namjoon samar-samar terdengar memohon setengah merintih. Seokjin seketika menghentikan langkahnya dan dia mendongak. Lantas tersadar bahwa dia telah melewati ruang tamu dan tangga menuju ke lantai atas. Seokjin kini berdiri mematung di dekat tangga, menatap ke arah sudut rumah, terdapat sebuah ruangan di sana dengan pintu yang separuh terbuka.

Seokjin dapat merasakan kakinya yang gemetar, terpaku di tempat, kala pandangannya kini menatap lurus ke depan dan melihat sebuah pemandangan yang membuat Seokjin melupakan sakit di jemari tangannya, berganti nyeri yang menusuk tepat di ulu hatinya.

"Jimin, Sayang .... "

Suara berat itu terdengar begitu lirih, dan sosok tubuh tinggi tegap yang duduk di samping ranjang itu membungkuk perlahan, membubuhkan satu kecupan di dahi seseorang yang terbaring diam di atas ranjang. Seokjin melihat, saat Namjoon beralih mengecup kedua belah kelopak mata yang setia tertutup tersebut, rasa nyeri yang berawal menusuk hati kini menjalar melumpuhkannya. Seokjin meremat dadanya.

Broken Angel || NamJin || EndWhere stories live. Discover now