The Wild Swan : Vié Antares III

Start from the beginning
                                    

"Terima kasih, kau bisa pergi." ucapnya selepas Lami selesai dengan pekerjaannya. Sedangkan Veronica tetap bergeming di tempatnya berdiri, memperhatikan Ares yang tersenyum kecil dan tidak mengacuhkan keberadaannya.

"Yakin tidak salah kamar --Ibu?" Agak aneh melihat Veronica mendatanginya di malam pernikahan, ia kira mereka masih mengadakan pesta di bawah. Ares berusaha mengendalikan diri untuk tidak terlalu berprasangka buruk. Setidaknya ia percaya pada ayahnya, lagi pula Ares juga tidak berniat membencinya.

Veronica tersenyum sekilas, berjalan mendekati rak buku besar di hadapannya. Berdecak kagum dengan interior kamar sang pangeran yang dibuat semewah mungkin dengan nuansa hijau tua yang mendominasi. "Aku hanya ingin menyapa putraku, tidakkah kita perlu membangun hubungan yang baik?"

"Ya ... tentu saja." tidak ingin menghilangkan rasa sopannya, tapi teh kamomil Lami lebih enak daripada ocehan kosong sang ibu tiri.

"Kurasa kita mempunyai selera yang sama." Wanita itu menempati kursi kosong yang membelakangi jendela. Menjadikannya pusat perhatian si pangeran.

"Maksudnya?"

"Buku-buku itu. Memangnya berapa umurmu? Bacaanmu tua sekali. Aku pernah membaca beberapa karya penulis dari Negeri Selatan, seperti yang ada disini."

"Benarkah?" Berbanding terbalik dengan ucapannya, penuturan Veronica semakin membuatnya curiga. Apalagi kenyataan bahwa tidak ada gadis desa yang mempelajari buku-buku kuno khususnya yang ditulis dengan bahasa asing. Veronica jelas bukan berasal dari desa, dia bukanlah orang biasa.

"Omong-omong, bagaimana pendapatmu?"

"Apanya?"

"Ah, aku kecewa dengan pelayanmu. Gadis itu tidak memberitahumu kalau aku yang membuat kue keringnya. Akan kupecat dia nanti."

"Aku mengantuk." Ares bangkit dari duduknya, "Ibu juga harus kembali, Ayah akan mencarimu. Dan satu lagi, tidak ada yang berhak memecat pelayanku selain diriku sendiri. Lebih dari seorang pesuruh, Lami sudah menjadi temanku sejak kecil. Mereka semua lebih lama mengenalku daripada Ibu."

"Baiklah, kau harus istirahat. Aku akan pergi. Selamat malam ... angsa kecil."

Untuk beberapa alasan yang tidak bisa dijabarkan secara rinci, Ares tidak menyukai Veronica. Selain kesan pertama yang kurang baik, kedatangan wanita yang mengambil peran sebagai ibu barunya seakan terlalu cepat dan menciptakan kejanggalan di tengah duka keluarga kerajaan yang baru saja berduka. Entah apa yang ada dalam benak Sang Raja, tetapi Ares ingin menentangnya untuk yang satu ini. Namun semua percuma jika Raja tidak melibatkan pendapat maupun suara putranya dalam meminang wanita pilihannya. Ares benar-benar tidak memiliki kuasa. Lagi pun, Ares tidak ingin kekuasaan seperti yang ayahnya miliki. Jika bukan karena ialah satu satunya pewaris tahta, mungkin Ares lebih memilih menghabiskan sisa hidupnya untuk seni, hal yang selama ini selalu ditentang ayahnya.

Malam bergulir begitu cepat ketika ia menyadari waktu hampir menginjak tengah malam, namun ia tak kunjung menemukan posisi berbaring yang nyaman. Udara terlalu panas, padahal sudah memasuki pertengahan musim gugur. Lantas ia membiarkan jendelanya terbuka setidaknya untuk malam ini.

...

Keesokan harinya, yang ia dengar bukanlah suara pelayan yang biasa membangunkannya, melainkan teriakan yang disusul suara panik lainnya yang menyuarakan hal sama,

The Wild Swan✓Where stories live. Discover now