Chapter 32 - Duluan

Mulai dari awal
                                    

Rania menyuap bibimbap nya semangat, membuat Rian menggeleng heran.

"Udah laper banget? Kenapa nggak bilang daritadi sih?" tanya Rian.

"NGAaKk BbilANG DariTadi?! Mas Rian minta di pukul?" protes Rania dengan mulut penuh makanan.

"Saya bener-bener nggak nyangka Rania, kamu orang yang akan saya nikahin," jawab Rian heran.

Sepanjang Rian berhubungan dengan wanita, ia tidak pernah dekat dengan satu wanita pun yang punya sifat mirip dengan Rania.

Rian P.O.V.

Rania itu, benar-benar nggak bisa ditebak.

Rania mandiri, dia akan mencoba melakukan apapun untuk gak merepotkan orang lain, itu alasannya kenapa saya kagum sama dia.

Dia nggak bisa diam, jauh sekali dari sifat wanita idaman saya, dia menyuarakan apapun yang ia rasakan, dia juga berisik dan kadang membuat saya merasa malu karena suka jadi pusat perhatian.

Dia cantik, banget. Saya akui itu. Momen dimana saya ngeliat muka dia yang basah karena air wudhu bener-bener nggak bisa dihilangkan dari pikiran saya, bikin saya terus-menerus mikir bagaimana saya akan selalu ngeliat hal itu setiap bangun solat.

Saya suka waktu ngeliat gimana dia dekat sama keluarganya dan keluarga saya, saya suka sama pikirannya untuk ngasih waktu saya sendiri saat hal-hal lagi gak berjalan baik.

Intinya, jatuh sama seorang Rania diluar kendali saya.

***

Rania dan Rian saat ini sedang berada di Central Park setelah menaiki subway dari Times Square dengan waktu perjalanan 15 menit.

Rania membeli dua buah eskrim untuk dirinya sendiri, dan juga Rian yang dibelakang membawa plastik berisi snack kentang kesukaan Rania dan juga beberapa minuman untuk dinikmati di Central Park.

"Mas Rian, Rania boleh foto mas Rian nggak?" tanya Rania sopan.

"Boleh Rania, kamu kaya fans saya tau nggak sih?" tanya Rian sambil membuka minumannya.

"Yaudah, mas Rian senyum, nih kaya gini" pinta Rania sambil menunjukkan senyum lebarnya yang menampakkan giginya yang bersih dan rata.

"Nggak bisa, saya nggak suka senyum kalo di foto," jawab Rian.

"Ye, dasar mas Rian galak!" jawab Rania.

Rania memotret Rian dengan polaroid miliknya yang tadi dirinya beli di Times Square.

"Sini, foto sama saya," ajak Rian yang membuat Rania tersipu-sipu.

"Nggak usah, mas Rian aja," jawab Rania.

"Excuse me, can you take a photo of me and my wife?" ucap Rian terbata-bata pada seorang perempuan muda.

'MY WIFE PALAMU, NIKAH AJA BELUM! UDAH NGAKU-NGAKU LAGI KAMU' protes Rania.

"Yes, i can,"

Rania habis memukul lengan Rian yang tanpa aba-aba tiba-tiba memeluknya saat berfoto, Rania benar-benar menutupi pipinya yang bersemu merah dengan memukuli lengan Rian beruntun.

"Aw, aw, sakit Rania," keluh Rian.

"Thankyou for helping," ucap Rania begitu polaroid miliknya dikembalikan, meninggalkan Rian yang masih membujuknya yang marah karena gerakan tiba-tiba dari Rian.

Rian lagi-lagi menggenggam tangan Rania sesaat pulang mencari taksi dan baru sadar bahwa tangan milik gadis itu benar-benar kecil dibandingkan dengan tangan Rian.

Rian lagi-lagi menggenggam tangan Rania sesaat pulang mencari taksi dan baru sadar bahwa tangan milik gadis itu benar-benar kecil dibandingkan dengan tangan Rian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tangan kamu kaya ceker ayam Rania kalau digenggam tangan saya," ucap Rian yang membuat Rania tersadar dan tertawa geli.

"Ceker?! Astaga masa ceker sih mas?" ucap Rania yang tak habis pikir dengan ucapan Rian yang membandingkan jarinya dengan tangan Rian.

"Lagian kamu kurus banget, padahal kerjanya masak-masak," jawab Rian.

"Shout out to my metabolism dong mas, Rania kan emang nggak bisa gemuk," ucap Rania.

"Bisa sih, kalo kebanyakan makan mi, tapi kan nggak sehat,"

"Bagus deh," Rian mengelus rambutnya pelan.



𝑬𝒌𝒔𝒕𝒓𝒐𝒗𝒆𝒓𝒕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang