01. NONA YANG DIKAGUM

362 54 235
                                    

boleh jadi ada peluang yang terlalu samar, keberadaannya terpencil ditutup gelap memijar. dan semesta sudah pasti tahu, siapa yang pantas mengejar.

semarak menyambut pagi oleh himpunan merpati, dengan rentangan sayap kokohnya yang mendayu di kaki cakrawala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


semarak menyambut pagi oleh himpunan merpati, dengan rentangan sayap kokohnya yang mendayu di kaki cakrawala. menari di bawah senandung surya yang masih terlihat ragu menapak bumi surabaya.

masih terlalu dini untuk sekadar bangun dari mimpi, pun si gadis memilih bangkit selepas mengumpulkan jutaan niat untuk lari pagi.

beberapa waktu lalu ia punya motto, rebahan lebih nikmat. tapi sekarang berubah jadi, nurut kata mama biar dikasih uang jajan tambahan.

"tumben lari, biasanya habis sholat subuh tidur lagi?"

tubuh mungil terlonjak lalu langkahnya dipaksa berhenti, memutar netra guna memerhati rupa taruna yang menyapanya tadi. sejenak mengatur napasnya beberapa kali.

"erlang, ngagetin aja!!"

taruna bersemat asma erlang itu terkekeh, "maaf...maaf." ia menjeda, "mau ke lapangan, kan? sini, bareng aja." katanya, dagunya menunjuk petak tersisa di balik awak.

"eh, emangnya boleh?"

"boleh," angguk si pemuda. ah tentu saja, mana bisa menolak si gadis pujaan dalam lengang. malahan dia sangat senang kalau sampai jadi bergoncengan.

tak lantas mengiyakan, hulu gadis yang surainya terikat itu celingak-celinguk. masih terlalu dekat dari rumah, bisa bahaya kalau sang mama tahu lalu ubah uang sakunya malah terkeruk.

"tenang aja, mama kamu tadi udah masuk kok. cepetan naik. nanti abis lari aku jajanin deh."

"emang bawa duit?"

"engga. bawa mesin atm! ya bawa dong, naaaa."

gadis september segera melompat naik lepas memutus kekehan, lantas sepeda yang erlang kayuh bergerak melewati jalanan kompleks sepi, remang. menikmati pula tak ingin menyiakan oksigen yang masih sangat bersih dan segar saat dihirup penciuman.

kalau boleh digambarkan, ada sukma yang terantuk perasaan. katanya tak baik kalau bahagianya kelewatan, tapi untuk hari ini semoga diijinkan. soalnya si taruna sudah gemas betulan.

riang sekali rupanya, sampai tak penat selalu mengulas kurva. dari sejak si gadis beranjak sampai sekarang bisa berada di satu sepeda. duduk sebelah bangku saja sudah senam kardia, apalagi yang satu ini semesta.









































































"erlang, jangan ngebut-ngebut. takut jatuh." pekik gadis warsa dua ribu, dirasa si taruna mengayuh sepedanya terlalu menggebu-gebu.

aduh, dia tidak tahu saja kalau pemuda satu itu sudah jatuh lebih dulu.

Sedia PeluangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang