"emangnya kenapa? kamu malu dianter sama kakak?"

"eh bukan gitu maksud aku kak. minhee cuma pengen mandiri aja, gak mau nyusahin orang lain. lagian kantor kakak sama sekolah minhee juga beda arah, kasian nanti kakak capek kalau nganter minhee terus."

"yaudah, kalau gitu ayo beli mobil sekarang."

Seungwoo hendak berdiri sebelum minhee menahan pergelangan tangannya.

"kok beli mobil? buat apa?"

"katanya kamu mau berangkat ke sekolah sendiri, makanya kakak beliin mobil buat kamu."

"ih gak perlu kak. minhee bisa berangkat naik bus kok, nanti pulangnya biar aku chat supir pribadi kakak buat jemput aku. gimana? boleh ya?" kata minhee berbohong.

Seungwoo berpikir sebentar. Sebenarnya ia ingin menentang permintaan minhee, namun ia tidak tega saat melihat raut wajah minhee yang mulai memelas.

"yaudah terserah kamu." Seungwoo mengusak surai minhee penuh sayang.

---

Felix melirik renjun yang sedari tadi murung sambil menatap layar handphonenya yang jelas-jelas tidak ada notifikasi apapun. Sudah 15 menit berlalu sejak kedatangan renjun ke rumah felix, namun renjun sama sekali belum mau berbicara kepadanya.

Ia sendiri beberapa kali membujuk renjun agar bercerita, namun renjun tetap diam layaknya patung yang biasanya terpajang di museum.

"kalau ada apa-apa itu cerita, bukannya diem kayak gini." Felix bermonolog, tubuhnya dihempaskan ke ranjang sembari menatap langit-langit kamarnya yang didominasi oleh warna biru tua tersebut.

Renjun masih belum bersuara, namun ia ikut menghempaskan tubuhnya disamping felix. Tatapannya kosong, bikin felix jadi merinding karena di sebelah rumah felix itu ada rumah kosong.

"njun, ngomong dong. jangan diem gitu, gue takut."

"jeno.... dia nyakitin gue lagi fel."

Renjun akhirnya berbicara, felix lega. ia tak menjawab apapun, menunggu renjun untuk menyelesaikan kalimat yang akan diucapkannya.

"barusan dia ngajakin gue ketemu di taman deket rumah, gue pikir dia mau nembak gue.... nyatanya dia malah cerita kalau udah jadian sama kak jaemin. hati gue sakit fel, sakit banget."

Felix tercengang saat mendengar penuturan renjun, karena ia tau betul bahwa renjun dan jeno adalah sahabat dekat -bahkan dimata orang lain, jeno terlihat seperti memiliki hubungan lebih dengan renjun saking posesifnya.

Renjun pikir perasaannya yang selama ini ia pendam akan terbalas karena kemarin malam, jeno mencium bibirnya bahkan mencetak beberapa hickey di leher dan bahu renjun saat ia bermain ke apartemen jeno. Apakah wajar seorang sahabat melakukan hal itu? Oh tentu tidak.

Dikira setelah melakukan hal tersebut, jeno akan meminta renjun untuk menjadi pacarnya -namun ia salah. Yang didengarnya malah jeno yang saat ini sudah menjadi milik orang lain. Ya, dia milik jaemin sekarang, kakak kandung dari temannya sendiri. Dari awal pertemuan keduanya, jaemin sudah menarik perhatian jeno saat keduanya tak sengaja bertemu di rumah minhee ketika belajar kelompok.

Renjun sendiri tidak bisa menyalahkan siapapun, hatinya terlalu lemah sampai bisa jatuh ke orang yang salah seperti jeno.

"kayaknya gue pindah ke china aja ya? sekalian tinggal sama kakek nenek gue fel."

"apaan! gak, gue gak setuju ya njun. masa cuma gara-gara jeno lu jadi kayak gini hah? mana renjun yang gue kenal?"

Renjun terkekeh pelan, "gue emang ada niatan balik ke china bahkan sebelum gue kenal jeno, kakek sama nenek gue sering sakit makanya gue pengen ngerawat mereka berdua." Ujarnya, sedetik kemudian felix menarik renjun ke dalam pelukannya. Erat sekali, sampai renjun sesak napas dibuatnya.

asam manis || hwangminiحيث تعيش القصص. اكتشف الآن