Lembar Satu

10.8K 773 87
                                    

Pemuda itu tampak tidak terusik dalam tidurnya, semakin tenggelam dalam gulungan selimut yang melilit tubuhnya. Nafas yang teratur menandakan ia benar-benar lelap dalam mimpinya.

Pintu kamarnya terbuka, sosok si sulung berada di depan pintu memperhatikan suasana kamar adiknya yang masih gelap.

Berjalan masuk, ia buka tirai yang menutupi jendela, membiarkan binar sang surya membias menerangi ruangan itu.

"dek, bangun. Katanya mau sekolah" Altair bersuara, namun mata elangnya masih menelisik sudut-sudut kamar adiknya.

"dek, ayo bangun" lagi, ia berseru.
Tolehkan kepala, Altair menemukan adiknya yang masih tidak bergerak dari tempatnya.

Merutuk dalam hati, teringat bahwa adiknya tidak akan bangun hanya dengan suara. Memutuskan mendekat, ia tepuk pelan lengan sang adik.

"Langit, ayo bangun"

Hanya dengungan yang ia dapat. Senyum kecil, ia tarik tangan sang adik untuk duduk. Tepuk pelan pipi Langit untuk menyadarkannya.

Perlahan Langit buka matanya yang semula terpejam. Hal pertama yang ia dapati ketika membuka mata adalah, sang kakak yang berada di hadapannya tengah tersenyum manis.

"apa?" retoris, tanya Langit.

"bangun. Katanya mau sekolah, atau gak usah sekolah aja?"

Butuh beberapa detik untuk Langit memproses ucapan Altair selagi mengumpulkan nyawanya yang hilang entah kemana.

"oh iya sekolah!" kesadarannya terkumpul seketika kala ingat bahwa hari ini adalah hari pertamanya masuk sekolah.

Kekehan kecil keluar dari bibir Altair, usak rambut Langit sengaja, membuat sang empunya mengerang tertahan.

"cepet mandi, abis itu sarapan bareng" Altair dorong pelan adiknya menuju kamar mandi.

Setelah memastikan adiknya sudah memasuki kamar mandi, Altair segera keluar dari kamar Langit menuju dapur.

.

.

.

.

Mematut dirinya di depan cermin, Langit merasa puas dengan penampilannya. Akhirnya ia bisa mengenakan seragam sekolah seperti remaja pada umumnya.

Pemuda berumur 15 tahun itu segera turun menuju ke dapur untuk sarapan bersama anggota keluarga lainnya.

Baru saja ia membuka pintu, ia langsung dihadapkan dengan sosok kakak ketiganya, Aldebaran.

"ngapain pake seragam?" tanya Aldebaran.

"ya mau sekolah lah"

"Ututututu udah gede nih ya adeknya kakak" aldebaran memang gemar menjaili adiknya itu.

"berisik!" ketus Langit.

"bentar, ada yang kurang" berjalan mendekat, Aldebaran justru mengacak rambut Langit yang sudah tertata rapi.

"KAK ALEEEEEE!!!" Langit geram.

Dan suara gelak tawa Aldebaran menjadi awal dari pagi hari yang hangat untuk mereka.

"pagi kesayangannya mama" sapa mama cerita.

Langit duduk di ujung meja makan, berhadapan langsung dengan Altair. Wajahnya tertekuk.

"kenapa kok mukanya cemberut gitu?" mama bertanya ketika melihat putra bungsunya yang tampak kesal.

"kak Ale tuh nyebelin" adunya.

Cerita Langit Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ