"Tidak apa-apa, itu hanya perasaan sesaat. Sebentar lagi kalian menikah. Memang, setiap pasangan punya cobaan masing-masing. Ini akan berlalu. Kamu juga mencintai Changmin, 'kan? Sudah, tidak perlu diperpanjang," cerocos Bada sambil menggenggam tangan Jisoo. Bertanya tapi seakan tidak mau tahu jawaban yang ditanya.

"Sooya, kamu benar-benar menyukainya?" tanya Kakek Shim lembut.

"Ya," jawab Jisoo dengan suara bergetar.

"Itu hanya perasaan sesaat."

"Bada," tegur Kakek Shim karena ia ingin mendengar pengakuan Jisoo, bukan pendapat Bada soal perasaan perempuan itu. "Biar Sooya memilih, sebelum semuanya terlambat. Perasaannya, itu miliknya."

"Memilih?! Tidak. Maksudku, kita sudah membicarakan ini. Kita sudah sepakat. Kamu bisa menolong kami. Kamu akan menikah dengan Changmin. Kamu akan membuka hati untuk dia. Kalian akan ...."

"Apa maksud ibu?" tanya Changmin dengan alis menyatu. "Kalian membuat kesepakatan tanpa sepengetahuanku?"

Bada gelagapan. Kilat kemarahan terlihat jelas di mata Changmin. Tidak mengetahui selama ini banyak yang Bada tutupi darinya.

"Kesepakatan apa? Ibu memaksanya mendekatiku dan menikah denganku?!"

"Bukan, bukan begitu. Ibu tidak memaksa. Sooya memang menyukaimu. Dia ... Ayolah, Changmin. Jangan membuat keributan menjelang pernikahan kalian. Setelah berpisah dari Victoria, akhirnya kamu punya Sooya yang bisa menemani dan mengurusmu."

"IBU YANG MENGINGINKAN PERNIKAHAN INI, BUKAN DIA!" bentak Changmin. "Bagaimana bisa ibu menyuruhnya membuka hati untukku dan menikah denganku sementara perasaannya untuk pria lain?"

"Dia mau melakukannya. Dia juga punya perasaan padamu!" bentak Bada balik. "Akhirnya ada perempuan yang mau menikah denganmu, tapi sikapmu justru seperti ini?!"

"BADA!" bentak Kakek Shim.

Changmin kehabisan kata-kata. Terluka atas ucapan Bada. Bada seakan-akan mempertegas kekurangan Changmin dan memperjelas bahwa tidak akan ada perempuan yang bisa dengan tulus menerimanya selain Jisoo. Tidak ada perempuan yang mau menikahi Changmin tanpa belas kasihan atau tanpa mengincar harta dan kekuasaanya.

Jisoo menatap nanar Changmin yang tersenyum hambar dengan bibir bergetar menahan diri. Tanpa sepatah katapun, Changmin meninggalkan ruangan itu.

Bada sendiri menutup wajah dan merutuki ucapannya. Dia hanya ingin Changmin melupakan Victoria dan hidup bahagia seperti dulu. Dia kira Jisoo bisa memperbaiki hati Changmin yang rapuh. Nyatanya, Bada sendiri bahkan tidak bisa menjaga perasaan Changmin. Dia merasa bersalah, pada Changmin dan Jisoo.

"Maaf," lirih Jisoo pada Kakek Shim. Dia keluar ruangan mengejar Changmin. Napas Jisoo terengah. Begitu sampai di luar, Changmin sudah melajukan mobil dengan kencang. Kepala Jisoo kembali pusing. Lututnya melemas. Terduduk di jalan dengan wajah yang pucat pasi. Sekali lagi, Jisoo mengacaukan semuanya.
   
  
   
   

***

"Sejak kapan kalian berhubungan di belakangku?"

Setelah semalaman mencoba menenangkan diri dari pertengkaran dengan Bada, juga kebenaran bahwa Jisoo menikahinya bukan murni karena kemauannya sendiri, di sinilah Changmin berada.

Pagi ini dia mengunjungi anak bungsu Lee Jaejoong di rumah sakit. Dia kesini hanya untuk menemui Taeyong karena tahu Jisoo tidak akan memberinya banyak penjelasan. Changmin tahu hati Jisoo sangat baik. Jisoo tidak akan bisa melukai mereka, terutama Kakek. Perempuan itu sangat menyayangi Kakek Shim melebihi Changmin.

Fakta bahwa Bada meminta tolong pada Jisoo untuk membuka hati dan bersedia menikahinya pun membuat Changmin kian merasa bersalah pada Jisoo. Jelas Jisoo tidak sanggup menolak keinginan Bada. Pasti tidak mudah untuk berkata tidak, karena merasa mereka sudah banyak membantu Jisoo dan ibunya.

Hate U, Love UWhere stories live. Discover now