"Aku tidak tahu, tapi berita itu menyebar cepat sekali."

Winwin mengangguk paham. "Sampaikanlah pada penyebar berita itu, jangan suka bergosip."

Kalimat Winwin yang persis sama dengan Xiaojun itu membuat Lucas berpikir, 'wah, mereka benar-benar ibu dan anak.'

Yangyang terkulai lemah di kursi rodanya

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Yangyang terkulai lemah di kursi rodanya. Ia butuh makan, ia sangat lemas. Pemeriksaan baru saja selesai dan ia sedang didorong kembali ke kamar oleh Kun.

"Gege," ujarnya pada Kun. "Aku lapar."

"Sebentar sayang, kita sebentar lagi sampai. Perawat bilang makananmu sudah siap di kamar," jelas Kun.

Yangyang mengangguk kepadanya. Lalu kepalanya tergolek di sandaran kursi roda. Kun menatapnya prihatin. Dorongannya ia percepat.

Sesampainya di kamar, Kun langsung memindahkan Yangyang ke kasur dan menyiapkan makanannya. Mata Yangyang terpejam. Rasanya energi yang biasanya selalu tersedia berlebih dalam tubuhnya kini hilang entah kemana.

Kun menyuapkan sesendok ke mulut Yangyang dan mengusap ujung bibirnya dengan penuh perhatian. Yangyang memerhatikan kegiatan yang dilakukan oleh Kun itu.

"Ge," panggilnya. "Apa aku merepotkan gege?"

"Tentu saja tidak, sayang. Kenapa kau berpikir begitu?" jawab Kun tanpa menghentikan kegiatan -menyuapkan makanan kepada Yangyang- nya.

Ketika sendok itu hampir mengenai ujung bibir Yangyang, lelaki yang lebih muda itu membuang wajahnya. "Aku selalu berpikir begitu."

Kun tertegun. Ia menarik kembali sendoknya. "Kenapa kau selalu berpikir begitu?"

"Karena aku memang selalu merepotkan gege," Yangyang kembali membalikkan wajahnya ke arah Kun. "Benar begitu?"

Kedua alis Kun bertaut, "tidak. Aku tidak pernah merasa direpotkan olehmu."

Yangyang tertawa pahit. "Lalu mengapa gege masih menderita?"

Kun terhenyak. Ia lalu berdeham. "Yangyang, sebaiknya kau habiskan dulu makananmu."

"Tidak ada alasan bagiku untuk hadir di kehidupan gege, kecuali itu untuk membahagiakan gege," ujar Yangyang mengabaikan perkataan Kun.

"Tentu saja gege sudah bahagia karenamu," tukas Kun.

"Bohong," Yangyang mulai terisak. "Gege selama ini menderita, dan mirisnya aku tidak pernah tahu soal itu."

"Yangyang," nada Kun melembut. "Kaulah alasanku kenapa semua ini tidak bisa disebut penderitaan."

"Berarti gege memang menderita," isakan Yangyang bertambah kencang. "Katakanlah kepadaku apa yang membuat gege menderita, biarkanlah aku membantumu."

"Soal itu-" Kun menarik nafas panjang-panjang. "Kau tahu kau berharga bagiku, jangan pernah rusak hal berharga ini apapun alasannya."

"Tidak. Aku akan merusak semua ini jika memang bisa membuatmu bahagia. Kau banyak berkorban dan membuatku seolah tak berguna."

Sorry That I Walked Away ● HenXiao ●Donde viven las historias. Descúbrelo ahora