"Ih Jeno, namanya menikah harus bahagia dong." Jaemin memukul lengan Jeno. Entah apa alasannya.

"Nanti Nana menikah dengan Jeno ya. Biar bahagia juga."

"Ish, norak. Masih kecil uda ngomong nikah. Jeno kerja dulu yang benar, baru ngomong nikah." Jaemin mengerucutkan bibirnya.

"Gemas sama Nana nih. Jeno uda tidak sabar mau nikahin."

"Ehm." Yuta menginterupsi untuk menarik atensi dari dua lebah yang memadu asmara. "Jadi Taeyong Hyung belum pernah datang kemari?"

"Belum Hyung." Jeno menggelengkan kepalanya. "Apa ada masalah?"

"Tidak. Hyung pikir ada disini."

"Hyung bisa menghubungi ponselnya."

"Hm. Oke." Yuta tidak ingin membuat Jeno khawatir. "Hyung pulang dulu ya. Sampaikan salam untuk Appa dan Eomma nanti ya."

"Nde Hyung. Hati-hati."

"Nana cantik, nanti nikahnya sama Hyung saja ya." Yuta tidak lupa menggoda temannya Jeno.

"Yuta Hyung....!! Na Jaemin hanya punya Lee Jeno seorang!!"

"Hahaha... belajar yang benar, biar dapat pekerjaan yang bagus. Kalau tidak, nanti Nana cantik akan Hyung rebut."

Jeno membawa Jaemin ke dalam pelukannya. "Tidak ada yang boleh merebut Nana! Pokoknya Nana hanya boleh menikah dengan Jeno! Titik!"

Yuta sudah tidak tahan lagi. "Kecil-kecil sudah bucin. Sudah ya, Hyung pergi dulu."

Dengan langkah riang, Yuta meninggalkan rumah keluarga Lee. Mobilnya diparkirkan di depan gang, jadi Yuta harus berjalan sedikit untuk bisa menuju mobilnya.

Saat akan membuka mobilnya, Yuta melihat sebuah mobil berhenti di sebrang tempat mobilnya diparkir. Mobil itu terlihat familiar, tapi Yuta lupa pernah melihatnya dimana. Karena, berapa banyak mobil ferrari dengan warna merah muda metalik di Seoul?

"Ah... Om Kai..." Yuta akhirnya tau siapa  pemilik mobil itu tanpa harus bekerja keras untuk berfikir. "Mau apa dia disini?"

Beberapa detik kemudian, pertanyaan Yuta terkabul. Mark, putra kedua dari keluarga Lee keluar dari kursi penumpang. Menghampiri Kai dan membungkuk sebagai salam perpisahan. Tidak sampai disitu, mereka berdua juga berpelukan. Yuta sampai memicingkan matanya, memastikan apa yang dilihatnya tidak salah.

Setelah mobil mencolok itu pergi, Mark tampak mulai menyebrang jalan. Yuta pun bergegas menghampirinya.

"Kenapa kau turun dari mobil Om Kai?"

"Yuta Hyung? Kenapa kesini?"

"Lee Minhyung, jawab pertanyaan Hyung. Kenapa kau turun dari mobil Om Kai?"

"Apa urusannya dengan Hyung?" Mark menjawab dengan tidak peduli.

Yuta menarik lengan Mark dan membawa dengan paksa ke kursi penumpang. Dia butuh bicara dengan Mark sekarang. Bukan di tempat ini, karena akan banyak yang bisa mendengarnya.

Yuta membawa kendaraannya menuju sungai Han. Mencari sebuah tempat yang agak sepi agar bisa berbicara dengan leluasa dengan Mark saat ini.

"Kenapa kau bersama dengan Om Kai?" Yuta kembali menanyakan pertanyaan yang sama setelah mereka turun dari mobil.

"Kurasa kita punya batasan untuk saling mengetahui masalah orang lain, Hyung."

"Tapi kau adiknya Taeyong, Mark. Aku sudah menganggap kau seperti adikku juga. Aku juga akan memperhatikanmu seperti adikku sendiri."

"Disini letak masalahnya Hyung. Aku adiknya seorang Lee Taeyong dan Hyung hanya menggapku seorang adik."

"Maksudmu apa, Mark?"

"Tidak ada. Lupakan."

"Kenapa kau dari tadi tidak menjawab pertanyaanku Mark? Kau tidak menjual dirimu kan? Aku juga pernah melihatmu bersama Om Xiumin. Aku mengenal keduanya, karena mereka pernah berbelanja di butik ibuku."

Mark menatap Yuta dengan sengit. Sungguh, kalimat yang diucapkan Yuta sangat menyakiti perasaannya.

"Yuta Hyung menganggap aku menjual diriku?"

"Mark, sorry." Yuta sadar jika dia salah bicara. "Aku tidak bermaksud menyakiti perasaanmu. Aku hanya merasa kesal karena kau tidak menjawab pertanyaanku."

Mark mengeraskan rahangnya untuk menahan emosinya. "Aku tidak menjual diriku. Tidak mungkin. Kai Sajangnim adalah atasanku di tempatku part time. Dia mengantarkanku pulang, karena aku banyak membantunya. Xiumin Seonsaengnim adalah dosenku di kampus. Jika Hyung melihat kami bersama, itu karena kami mendiskusikan tentang beberapa materi. Lagipula, aku baru saja diangkat menjadi asisten dosen."

"Mianhe Mark, karena salah paham." Yuta tampak sangat menyesal.

"Dan Hyung paham soal maksudku tadi? Aku hanya Hyung anggap sebagai adik. Di mata Hyung hanya ada Taeyong Hyung."

"Mark, jangan bilang..."

"Hyung tidak menyadarinya? Aku orang yang paling senang jika Hyung datang berkunjung. Aku senang jika bertemu Hyung di kampus. Tapi tidak sedikitpun Hyung melihatku sebagai Lee Minhyung. Sampai detik ini aku hanya sebagai adiknya Lee Taeyong." Mark mengungkapkan segala perasaan yang tertanam di hatinya.

"Mark, mianhe. Kau tau kan kalau..."

"Aku tau Hyung. Aku memahami lebih banyak dari siapapun. Bahkan Taeyong Hyung saja tidak tau kalau Hyung menyukainya. Tapi Yuta Hyung tidak sedikitpun memahamiku. Ah, aku lupa. Aku hanya adik dari Lee Taeyong bukan? Orang yang sangat Nakamoto Yuta cintai."

Yuta kehabisan kata-kata. Pengakuan Mark sangat membuatnya terkejut. Selama ini Yuta sudah cukup banyak menerima pernyataan cinta dari pria ataupun perempuan. Tapi, hanya pengakuan dari Mark yang membuatnya tidak berkutik.

"Aku pergi Hyung. Jangan khawatir, aku tidak akan memaksa Hyung. Aku juga tidak akan mencampuri hubungan sepihak Hyung dan Taeyeong Hyung. Prinsipku, aku mencintai dengan caraku sendiri. Cinta juga tidak harus memiliki bukan?"

Bersambung...

Hopeless | JAEYONGWhere stories live. Discover now