Prologue

5 0 0
                                    

"Wah, Adira cantik banget yaa" Tante ku berucap setengah berteriak membuat seisi rumah menengok pada ku yang sedang menuruni tangga. Aku berusaha melemparkan senyum di hadapan saudara-saudara ku dan bersikap sopan pada tante ku yang sedang di rumah untuk arisan keluarga. "Nih kak, Adira kurus banget. Kamu kapan badannya segini?" Lanjutnya lagi setelah aku salim padanya sambil memegang pinggul ku. Ini tidak nyaman, ketika seseorang membanding-bandingkan satu dengan lainnya sebenarnya ada dua orang yang terluka. Seseorang yang dibandingkan dan seseorang yang menjadi pembanding. Kita bukan boneka, kenapa saling membandingkan?. Kak Cecil, sepupu ku, menengok sebentar lalu hanya tertawa dan tetap melanjutkan tontonannya. "Dia itu ya kalau dibilangin enggak pernah mau dengar! Kamu diet ya Dir?" Tanya nya kembali. "Engga, dia cuman engga mau makan malam aja" Jawab Mama ku sebelum aku sempat menjawabnya, dan aku hanya tersenyum mendengarnya.

***

Aku akhirnya berada di tengah-tengah saudara ku, beberapa membicarakan animasi jepang, bermain lego serta beberapa membicarakan idol korea. "Aku kan lagi beli album unit CRY ya tapi masa belum dateng-dateng" Ucap Ka Cecil dengan suara parau, sepertinya dia sangat sedih walau tidak ada air mata yang menetes. "Ketahan di bea cukai kali kak, biasanya kan suka begitu" Jawab ku sambil tertawa berusaha melegakan sedikit hati Kak Cecil. Aku tidak terlalu tertarik dengan dunia peridolan namun, aku cukup mengerti tenatng itu karena teman-teman ku pun menyukainya. Kalau dipikir juga, siapa yang tidak suka dengan berwujudan penampakan sempurna dari seorang manusia yang sudah oke tampangany tapi bakatnya juga jadi? Sehingga aku paham bagaimana perasaan mereka. "Bisa jadi, padahal merekanya udah promosi cobaa dan aku masih belum dapet albumnya" Ia kembali setengah berteriak geregetan dan aku tertawa melihatnya. There is something transferred when we see people love something so much just by hearing their stories. Energi yang terkuras karena bertemu orang, rasanya bertambah dengan energi positifi melihat seseorang begitu mencintai sesuatu. 

"Coba, aku mau liat MV nya kak" ucap ku menatap hp kak Cecil dan dengan cekatan ia langsung membukanya. "Kamu harus liat ini bener-bener bagus banget. Aku mungkin biasa tapi ini, aduh liat aja deh! aku bingung jelasinnya" Ucapnya dengan nada ceoat dan langsung membukakan MVnya. Grup tersebut berisi 12 orang, yang perlu kuakui masing-masing visualnya benar-benar mengalihkan. Tapi terlalu banyak nama untuk ku ingat, salah satu member berada sering di tengah sepertinya dia memang yang paling bagus dalam hal menari dan menyanyi. Terdapat member lain yang mengambil nada tinggi, waw aku takjub. Bisa ya suara laki-laki menyanyi setinggi itu dan dalam sekejap waktu 3 menit 54 detik pun berlalu. "Gimana menurut kamu?" Kak Cecil langsung mendorong ku dengan pertanyaan, aku pun tertawa terbahak-bahak melihat fangirlingannya. "Suaranya bagus-bagus, visualnya juga oke, banget malahan. Tapi aku gaterlalu suka lagunya kak, soalnya artinya aneh jadi cuman kayak lagu yang isinya beat dan nada tapi gaada pesan apa-apa" Jawab ku gamblang, jujur saja aku tidak pandai berbohong karena itu aku memilih menjawab sehalus mungkin saja. Ka Cecil mengangguk mendengar pendapat ku " Iya, emang lagu ini beatnya sama kayak lagu-lagu jaman sekarang sih. Tapi ini tetap enak sih di dengar!" Aku membalasnya dengan tawa, memang ya semua orang memiliki selera musik yang berbeda. 

***

"Tante pamit dulu ya, Adira" ucapnya sembari menjulurkan tangan. Aku mengambilnya dan mendudukan kepala "Iya hati-hati tante". "Jaga tubuhnya kamu jangan terlalu kurus jangan gemuk, jaga muka juga tetap bersih ya. Nanti gaada yang mau sama kamu kayak Cecil tuh!" Ucapnya kembali setengah berteriak ke arah Kak Cecil yang sudah berjalan ke mobil. Ah, aku harap kak Cecil tidak mendengarnya. "Ah, udahlah anak itu benar-benar tidak bisa diharapkan. yasudah tante pulang dulu ya" Ucapnya lagi dan akhirnya kali ini dia benar-benar berjalan ke arah mobil untuk pulang.

Setelah mobilnya menghilang di ujung jalan, aku menutup pintu pagar dan masuk ke rumah mengikuti Mama, lalu menutup pintu rumah. "Ara, jangan lupa beresin ruang tamu ya, cuci piringnya juga" Ucapnya lalu langsung masuk ke kamarnya, meninggalkan aku di ruang tamu yang berantakan dan gelap. 

****

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 05, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Flower RoadWhere stories live. Discover now