Project#22

9 0 0
                                    

Pada suatu hari di tahun 2031, sebuah konflik antar negara terjadi, konflik itu berujung kepada suatu perang nuklir yang mengerikan. Suara roket terdengar di langit setiap negara, tidak lama, sebuah guncangan. Orang-orang kebingungan berlari di jalanan setelah melihat sebuah ledakan nyawa yang menghilang di kejauhan, pemerintah menyuruh rakyatnya untuk segera berlari ke bunker yang sudah disediakan pemerintah jauh sebelum perang melewati megafon dan broadcast dari TV dan Radio. Orang-orang berlari sangat cepat jika nyawa mereka terancam, mereka sudah tidak berpikir dua kali untuk sebuah keamanan yang tidak pasti. Di setiap kota, standarnya harus ada 5 bunker umum dan 2 bunker khusus. Di kerumunan warga yang sedang berlari, terdapat satu keluarga yang terdiri dari seorang anak kecil yang berumur 14 tahun dan sepasang orang tua, keluarga Sterling. Ayahnya, seorang pria misterius dari Inggris menikah dengan seorang wanita dari Bandung.

Mereka berlari ke sebuah bunker umum, nama bunker tersebut adalah Bunker 72, tidak ada yang spesial dengan bunker itu, sama seperti bunker umum yang lain. Orang yang memasuki bunker itu tidak terlalu banyak, yang masuk bunker tersebut hanya sekitar 28 orang per menit. Saat keluarga tersebut memasuki bunker itu, sang ibu berkata "Nak, kita perlu pergi dulu, mungkin untuk jangka panjang, kami bersepakat akan menitipkanmu ke orang yang kami percayai, namanya Budi, tolong ramah kepadanya dan turutilah apa yang dia katakan.", sang anak bertanya "Mah, Pah, apa semuanya akan baik-baik saja tanpa kalian? Aku merasa takut dan sendiri, aku gak mau kalian pergi..." rengek anak tersebut. Kedua orang tua bertatapan satu sama lain, sang ayah pun menggenggam tangan sang anak "Ayah berjanji, jika kami masih hidup, kami akan mencarimu bahkan sampai ke ujung dunia. Untuk sementara itu, ayah mempunyai hadiah perpisahan.", sang ayah membuka genggaman anaknya dan membuka kepalan tangannya, ia memberikan sesuatu kepada sang anak "Ini adalah koin keberuntunganmu, jika kamu merasa takut, merasa sedih, atau sebagainya, kamu bisa memegang koin ini untuk menenangkan perasaanmu. Itu saja untuk sekarang, ayah dan ibu benar-benar harus pergi. Selamat tinggal, Wir lieben dich!" "ich liebe dich auch"

Mereka meninggalkan sang anak berdiri melihat mereka berjalan berdua. Tidak lama, anak tersebut mengintip keluar bunker, yang dia lihat adalah ledakan besar yang menimbulkan angin dengan kekuatan besar dan kedua orang tuanya yang berlari melawan angin tersebut dengan susah payah. Sang anak pun mulai berlari keluar, saat sudah diujung turunan ke bunker, seorang lelaki menarik anak tersebut dari belakang, anak tersebut berteriak memanggil kedua orang tuanya tanpa dibalas oleh keduanya dikarenakan suara angin yang terlalu besar. "Tutup gerbangnya demi tuhan!" kata seseorang dari dalam bunker, "Ada seorang anak lelaki diluar bersama seorang lelaki!"

"Tutup saja, atau kita semua akan mati!"

Gerbang tersebut mulai tertutup, dengan cepat lelaki tersebut memeluk sang anak dan dan mengangkatnya masuk ke dalam bunker sebelum gerbangnya tertutup. "Lepaskan aku dari tangan kotormu!", "Nak, mereka sudah pergi nak, kita berdua tidak bisa melakukan apa-apa...", sang anak pun menangis."Terkadang dunia memang tidak adil, dia merenggut yang engkau miliki, yang engkau cintai. Tapi hey, kita masih punya kesempatan untuk bangkit dan melawan dunia, kita bisa beradaptasi. Perkenalkan nama saya Budi, saya akan mengurus kamu sampai entah kapan." Sang anak pun merasa terhibur sedikit, dia mulai lebih tenang."Nama saya Alastor Green, senang bertemu denganmu, Budi..." jawabnya dengan suara yang serak, "Oh, kamu sudah merasa senang lagi, well, senang juga bertemu denganmu, ayo kita bicara lebih banyak di rumah.", Alastor kebingungan apa yang dimaksudnya dengan rumah.

Mereka berjalan melewati banyak kerumunan orang, hebatnya tidak ada yang sadar atas kejadian gerbang tadi. Alastor dan Budi sampai ke sebuah rumah yang menyatu dengan dinding baja bunker. Rumahnya sederhana, hanya ada dinding baja, lebarnya sekitar 5 meter, 2 jendela horizontal dipisah dengan satu pintu baja yang kelihatannya sangat kuat. Pintunya tidak memiliki gagang, tapi memakai sidik jari, Budi pun menempelkan sidik jarinya di sebuah tempat berbentuk persegi panjang dan berwarna kuning yang terletak di sebelah kanan pintu dari sisi mereka, pintunya pun tidak lama terbuka, "Lumayan keren kan?" Tanya Budi ke Alastor, tetapi Alastor hanya murung dan tidak membalas pertanyaannya. Budi itu orangnya tinggi, sekitaran 1,75 meter, badannya kurus, rambutnya sedikit berantakan, sepertinya potongannya adalah undercut, tetapi tadi terkena angin, warna rambutnya hitam. Usianya masih muda, paling 25 tahunan, tidak ada yang spesial dengannya. Rumah tersebut terasa lega, tidak luas, tetapi lega. Budi mengantar Alastor ke kamarnya,"Budi, tolong keluar dari kamar ini, aku masih memerlukan waktu untuk sendirian.","Apapun yang kau inginkan tuan muda.". Budi keluar dari kamarnya Alastor, Alastor dengan perlahan menidurkan tubuhnya di sebuah tempat tidur. Alastor tahu, bahwa saat dunia hancur, orang tuanya pergi, hidupnya akan berubah total.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Project#22Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang