OUR SERENDIPITY 07

Start from the beginning
                                    

"Hei, hei!! Aku tahu kalau bulan depan kalian akan menyusul pasangan yang menikah hari ini! Tapi jangan PDA sembarangan begitu, jangan membuat iri!" Seruan ketus Lucas membuat seluruh perhatian terfokus pada mereka.

Bukannya menjaga jarak, Jeno malah dengan berani mendaratkan satu kecup basah di bibir Renjun, kemudian disusul dengan ciuman lain yang lebih panas. Untung saja meja para orang tua lumayan jauh dari posisi mereka, kalau tidak, ceramah panjang pasti bakalan bergema dengan segera.

Sebagian hadirin pasang sikap maklum, sebagian lagi menahan hasrat untuk tidak mengamuk dan membalikkan meja secara bar-bar sebagai bentuk respon para manusia single.

Protes Renjun perlahan pudar, jiwa dan raganya meluruh akibat aksi Jeno barusan. Tidak ada yang dapat menghalangi jika mereka sudah bersama. Dunia hanya milik berdua, manusia lain silakan jadi pengontrak saja...

"Malu, Jeno-ya...."

"Tidak perlu. Kan mereka sudah tahu, kalau Renjun adalah milikku."

Dan selanjutnya, sudah bisa dipastikan kalau kehebohan kedua kembali melanda meja tempat dimana mereka berada.


.


.


.


Once upon a time...



Renjun kecil tidak punya banyak teman di sekolah, mereka mungkin dapat dihitung dengan sebelah jari tangannya. Di rumah, paling-paling ia hanya bermain dengan Junkai dan Lulu-anjing pomeranian jantan berbulu coklat muda lembut peliharaan Mina.

Jadi, berada di tengah kerumunan orang asing, di tempat yang juga sama-sama asing, membuat dirinya merasa canggung luar biasa. Rumah kenalan sang ayah ada di luar kota, dan mereka diundang kemari untuk menghadiri acara makan malam 'masih' dalam rangka perayaan Natal bersama. Junkai tidak ikut-beruntung sekali kakaknya itu-karena dia ada di rumah nenek mereka di Shanghai selama libur musim dingin berlangsung. Alhasil, Renjun mesti rela ikut serta, walau dengan konsekuensi bakal kesepian selama berada di sana.

Berulang kali Mina membuat Renjun agar mau berinteraksi dengan anak lain dalam ruangan, namun malah berakhir sia-sia. Sewaktu ibunya lengah karena berbincang dengan istri para rekanan bisnis sang suami, Renjun akan hilang dari pengawasan, lalu memilih untuk menyendiri di balik sofa besar dekat pohon terang penuh ornamen natal. Di sana ia menemukan satu set puzzle raksasa sederhana, setumpuk buku cerita bergambar, dan dua teddy bear besar yang melebihi tingginya. Jemari Renjun baru meraih kepingan terakhir untuk melengkapi puzzle-nya, saat sesuatu yang berbulu tiba-tiba saja menggelitik geli di wajah.

"Woof!!"

"Eh?"

Seekor samoyed dengan hiasan kepala berupa headband berwujud tanduk rusa muncul di sebelah Renjun. Tanpa peringatan, anjing besar berbulu putih itu menggigit puzzle dalam genggamannya, kemudian kabur secepat kilat sebelum ia sempat berkata apa-apa. Bocah lima tahun itu baru menyadari kalau kepingan puzzle terakhirnya berhasil dicuri, setelah melihat genggaman tangannya yang kosong. Ia buru-buru bangkit dan mulai mengikuti kemana langkah samoyed itu menuju.

"Tu-tunggu dulu, doggie-ya!"

"Bongshik, berhenti!!"

Langkah Renjun ikut berhenti begitu mendengar seruan tadi. Ia melihat keping puzzle yang dicuri tergeletak begitu saja, karena sang anjing mendadak sibuk melahap segenggam biskuit berbentuk tulang yang disodorkan oleh seorang anak laki-laki di hadapan.

Our SerendipityWhere stories live. Discover now