Missing Pieces - 1/2

187 17 5
                                    

Prekuel Rhapsody - Part 1 of 2

.

Tentang jeda dalam sebuah kekosongan hati

.

Beomgyu menarik nafas perlahan. Tumpukan buku-buku terbuka sembarangan. Sesekali jari-jemarinya mengacak kasar surai legamnya. Beberapa orang menatapnya ingin tahu, walau langsung memalingkan muka begitu yang bersangkutan menatap sekitarnya galak.

Beomgyu itu laki-laki manis, tapi biasanya kepribadian si manis kadang berubah galak macam kucing yang ekornya diinjak kalau mendekati deadline tugas.

Pemuda awal dua puluhan itu menatap frustasi pada laptop yang terbuka, beberapa kali mengetuk meja menimbulkan suara statis yang sebenarnya terasa sangat mengganggu. Jeongin menatap Beomgyu prihatin, tapi pemuda yang duduk di hadapannya ini lebih memilih untuk diam. Beomgyu itu galak, seriusan. Apalagi kalau sedang mode begini. Sasaran kekesalannya biasanya Hyunjin, atau Yeonjun---kakak tingkat mereka, tapi yang paling sering kena ya Hyunjin.

"Jeongin, menurutmu filsafat cinta itu apa?"

Yang dipanggil mendongakkan kepala, mengerjapkan kedua mata berkali-kali. Ia beberapa kali bergantian menatap Beomgyu yang sedang menopang dagu dan tumpukan literasi sastra yang sungguhan rasanya menyakitkan mata. Heran saja, temannya ini betah sekali berada di jurusan yang bisa membuatnya berkelana ke alam mimpi dalam waktu lima detik.

"Hah?"

Dilihat dari keadaannya Beomgyu sudah tidak berminat mengerjakan tugasnya. Lagipula Jeongin juga tidak heran sih, jurusan sastra tapi referensi mereka tebalnya sudah nyaris menyaingi referensi mahasiswa kedokteran.

"Seingatku kau ini jurusan sastra, dan kalau aku tidak salah lihat tumpukan buku di depanmu ini adalah literasi sastra, hubungannya dengan filsafat itu apa?"

Jeongin nyaris ingin berteriak kalau saja ia tidak ingat mereka saat ini ada di perpustakaan.

Tidak, tidak. Suara melengkingnya akan membuat heboh satu ruangan, dan mereka bisa saja jadi terancam kena blacklist penjaga perpustakaan. Tempat ini nyaman digunakan untuk mengerjakan tugas, sesekali untuk tidur atau juga merenungi hidup---

---yang terakhir itu biasanya dilakukan oleh Beomgyu, kalau yang bersangkutan sudah lelah dengan tugas dan isi otaknya mulai melanglang buana ke dunia lain, parallel lain atau malah luar angkasa sana.

Seperti sekarang.

"Aku hanya kepikiran."

Tapi kepikiranmu itu sungguhan bikin emosi. Batin Jeongin---rasanya ingin menghujat, tapi diurungkan, karena kembali, yang bersangkutan sudah seperti mayat hidup. Raga kosong tanpa jiwa karena jiwanya sedang berkelana dengan tidak tahu diri.

"Antara cinta dan rapsodi, harusnya bisa berdampingan kan? Toh lebih menyenangkan seperti itu."

Jeongin sudah yakin sekali, kalau saat ini si teman dekat sedang kerasukan. Apa ini karena Beomgyu nyaris gila karena tugas-tugasnya atau dasarnya anak ini memang kelakuannya tidak jelas di saat-saat seperti ini?

"Kalau perlu kuingatkan, aku ini asalnya dari fakultas ekonomi, mana tahu dengan segala macam urusan soal filsafat cinta terlebih lagi yang menanyakannya malah orang yang masih belum move on dari cinta pertama. Kau ini sedang berpikir atau hanya ingin sekalian curhat saja?"

Jeongin menatapnya datar, dan Beomgyu yang sudah kembali ke kesadarannya menatapnya kesal. Terima kasih pada kalimat terakhir Yang Jeongin, yang sukses membawanya kembali pada realita padahal ia masih ingin tenggelam dalam kubangan mimpi tanpa ujung.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 08, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Rhapsody || SooGyuWhere stories live. Discover now