Kota Orang-Orang Buta

49 6 0
                                    

Prompt:
4. Suatu hari pohon-pohon sakura mulai berbisik dan berbicara kepadamu.

9. Ada anak yang sering dikerjai teman sekelasnya. Saat mencoba kabur dengan memanjat pohon sakura dan tergelincir. Dia diberi satu permohonan untuk membalas mereka.

•⊰✿🌸💮✿⊱가라⊰✿💮🌸✿⊱•

Bunga liar yang mekar
Kumohon, beritahuku aku
Mengapa orang-orang bertarung dan saling menyakiti?

Bunga liar yang mekar dengan berani
Apa yang bisa kau lihat dari sana?
Mengapa orang-orang tak bisa saling memaafkan?

Dari seluruh waktu yang ada di muka Bumi ini, sepertinya hanya musim ini yang paling banyak membuat orang-orang bahagia. Melihat segala warna yang indah dengan paduan langit cerah. Mata-mata yang indah beradu pandang dengan dunia yang tak pernah menjadi tempat antah berantah apabila mata itu sempurna. Sempurna seperti bagaimana fungsinya dan sempurna seperti bagaimana kekurangannya yang tak selalu melihat segalanya.

Pats! Pats! Pats!
Suara sol sepatu beradu dengan tanah becek berlumpur di sepanjang jalan rute 166.

"Mengapa hujan turun di musim semi?!"

Orang-orang berlalu lalang dengan tawa ceria di sepanjang jalan yang ia lalui sejak beberapa puluh menit ia berlari. Kaki yang ia harap tetap kuat, bahkan untuk mendaki gunung dengan cepat, atau melangkah dan menyembunyikannya di suatu tempat. Napasnya tersengal, dengan rambut hitam kecoklatan sepinggang yang terurai melambai menawan. Seragam sekolah lusuh dan penampilan yang berantakan, luka-luka di tubuhnya tak sebanding dengan sakit di hatinya.

Gadis itu memanjat pohon sakura besar satu-satunya yang ia lihat di halaman dan tak peduli dengan tatapan aneh orang-orang yang melihatnya seperti kehujanan sendirian, heboh sendirian, dan seperti anjing kesepian.

Bruk!
Rasanya seluruh takdir telah membuatnya menjadi manusia terkutuk. Ia tertawa dan seluruh dunia di sekitarnya seolah hilang ditelan dunia lainnya. Ia tertawa sumbang, perlahan air matanya menangis di tengah hujan deras yang mendadak bergemuruh suara petir.

"Aku sendirian ... lagi."

Gemuruh petir yang sebelumnya terdengar kian menjadi, angin berpusar di sekitar tubuhnya yang masih telentang di tanah basah setelah jatuh dan tergelincir.

Udara terasa semakin mencekam dan aura yang menguar dari pohon-pohon di sekitarnya terasa aneh. Ia bangun dan bersimpuh. Mata sembapnya melihat sebuah pohon sakura yang mekar dengan indahnya memenuhi pandangannya yang berharap melihat langit. Entah mengapa, memanjat pohon sakura membuatnya bisa merasa aman dari manusia-manusia di sekelilingnya. Walau ia pun manusia juga dan tak buta.

Bumi yang seakan bergejolak beberapa waktu itu, menjadi stabil lagi. Hujan berhenti turun, petir berhenti menyambar, dan angin berhenti berpusar. Perlahan kelopak-kelopak sakura yang sedari tadi berguguran karena angin menjadi berputar sesuai arah angin, membentuk pusaran di atas kepalanya.

Ia mendongak, hingga mendapati seorang laki-laki muncul di balik pusaran kelopak sakura itu mengambang dan mendekatinya. Laki-laki itu mengulurkan tangan dan menangkup pipi kanannya.

"Matamu indah sekali. Seperti milikku."

Ia terpaku. Pikirannya mendadak kosong dan menghilang dari tempat yang seharusnya. Dan lagi ia merasa tak pernah melihat seseorang dengan wajah yang begitu rupawan, kulit pucat, dan rambut perak kebiruan, dengan dua mata yang menyorot tanpa kebencian.

"Sampai kapan kamu mau menangis sendirian?"

Ia berkedip.

"Sampai kapan kamu menderita sendirian?"

Kota Orang-Orang ButaWhere stories live. Discover now