Chapter XVI Sekali Saja Tidak akan Cukup

Start from the beginning
                                    

"Tidak ada satupun yang merasa ini buruk, mereka memberikan pujian padaku"

"Brengsek!"

Type mengumpat seperti biasa. Sebenarnya dia ingin berdiri dan menendang leher pria itu atau paling tidak melemparkan botol yang dipegang ke kepalanya. Tapi karena rasa sakit yang belum bisa membuatnya terbiasa, dia berusaha untuk duduk setenang mungkin. Menggerakkan tubuhnya seminimum mungkin.

Mendengarnya berbicara seperti itu seolah menganggapku sebagai anak lemah dan kalah...

Bahkan dia tersenyum

"Aku senang kamu baik-baik saja"

"Aku ini pria. Kamu jangan memperlakukanku sebagai seorang wanita"

"Aku tidak pernah memperlakukan seseorang seperti wanita"

Type menatap kembali padanya, dia tahu kalau pria itu belum menyelesaikan ucapannya. Tharn meneruskan;

"Aku tidak pernah tidur bersama wanita. Pemikiran dan tindakanku ini biasa kulakukan pada setiap pria yang berbaring bersama"

Si pendengar menghentikan tindakan. Saat ini dia bisa merasakan perasaan aneh di dalam dada saat Tharn menyebutkan tentang mantan kekasihnya. Meskipun begitu, dia masih bertanya dengan nada menyindir;

"Apa mantanmu itu pria melambai?"

Kata-kata ininya membuat Tharn menatap ke arahnya, dengan mata berkilat dia bicara;

"Jangan menghina mantanku"

". . ."

Type langsung terdiam. Ini bukan karena rasa bersalah karena mulutnya yang asal menggonggong seperti anjing. Bukan juga karena perasaan cemburu tentang sesuatu yang berusaha Tharn lindungi. Tapi karena merasa frustasi dengan sikap welas asihnya pada sesama manusia, yang membuat dirinya telah terlibat lebih dalam pada orang itu.

Tentu saja, dia tahu jika Tharn berusaha menutup-nutupi tentang mantan pacarnya. Bahkan saat tahu kejadian masa kecilnya, pria itu tidak terlihat benci ataupun ingin muntah saat mendengarkan kisahnya. Padahal di awal dia tidak memberikan peringatan apapun, dia mungkin akan berpikir lebih baik menjaga semua itu dirinya.

Perasaan yang diberikan padanya ini bukan seperti perasaan yang dirasakannya saat seorang gadis menyukainya.

Saat Type terdiam, Tharn melonggarkan pegangan di lututnya, kemudian menyatukan kedua ibu jarinya dan memutarnya dengan lembut, seolah sedang memikirkan sesuatu. Tidak lama setelahnya pemuda itu mengatakan kalimatnya dengan nada yang terdengar serius;

"Sejujurnya, saat pertamaku tidur dengan seorang pria... Aku tidak dipaksa"

Type langsung memicingkan matanya, hampir saja dia mengumpat, kenapa kamu harus mengatakannya?

Tapi pandangan sepasang mata dingin itu membuatnya terdiam dan mendengarkannya dengan seksama apa yang ingin diungkapkan. Ketika melihat anak itu mau mendengarkan ucapannya, Tharn meneruskan berbicara;

"Saat pertamaku, waktu itu usiaku 14 tahun"

"Hanya terpaut dua tahun?"

"Kurang lebih" Thara mengangguk, setelah itu meneruskan;

"Waktu itu, aku belajar di sekolah khusus anak laki-laki. Cukup wajar terjadi, karena tidak ada seorang wanita manis di sana. Awalnya, aku sendiri tidak yakin kalau aku menyukai pria atau mungkin memang faktor lingkungan. Sampai pada akhirnya, seorang senior memanggilku ke sebuah ruang latihan musik, setelah itu dia menanyaiku, maukah aku tidur dengannya"

Kali ini si pendengar mendongak untuk menatap langsung wajah orang yang sedang menceritakan saat-saat pertamanya. Ketika melihat anak itu menatapnya, dia meneruskan perkataan;

🆃🅰🅼🅰🆃 Sangat Membenci Menjadi Sangat MencintaiWhere stories live. Discover now