Bab 2

24 1 0
                                    

Setelah mobil yang dikendarai adik-adikku menjauh dari pandangan, aku mulai mengusung langkah ke area kampus. Aku bersemangat hari ini karena hari ini kelas pertamaku, aku bersyukur tuhan merestuiku mengejar impianku menjadi seorang dokter.

"Cinta! Sinii...." teriak seseorang yang berdiri beberapa meter dariku.

Sontak aku pun menoleh kesamping karena posisiku tidak berhadapan langsung dengan Salwa, sahabatku yang manis itu.

Aku menggeleng seraya tersenyum karena sahabatku ini hobinya teriak-teriak. Aku segera melangkah menghampirinya sebelum teriakan selanjutnya menggema.

"Jangan teriak-teriak Wawa.. Kamu ini malu diliatin orang," ucapku setelah berada di dekatnya.

"Hehe.. Sorry Cin, gue repleks tadi," jawabnya cengengesan padaku.

"Yaudah yuk kelas, dari tadi gue nungguin lo Cin!" sambungnya.

Aku terkekeh, "Maaf, Yaudah yuk!"

Kami pun melangkah menuju kelas pertama kami di kampus ini, Ya aku dan Salwa mengambil jurusan yang sama. Kami bersahabat sejak duduk di bangku SMP, Alhamdulillah persahabatan kami berlanjut hingga sekarang, berharap kelak sampai ke surganya Allah. Aamiin Allahumma Aamiin..

Author pov...

Cinta dan Salwa mengikuti mata kuliah pertama dengan seksama, memperhatikan penjelasan dosen mereka yang membahas dasar kesehatan, hingga akhirnya kelas pun berakhir.

"Cinta, lo udah makan blom?" tanya Salwa ketika mereka menyusuri lorong kampus.

"Udah tadi sarapan Wa, kenapa? Kamu laper? Yuk aku temenin," senyum Cinta.

Salwa senyum pepsodent memperlihatkan deretan giginya yang rapi itu, Ya Salwa tidak bercadar seperti Cinta, ia hanya berhijab saja.

"Hehe.. Tau aja lo Cinta kuu.. Sahabat gue yang paling peka." sumringah Salwa seraya memeluk Cinta dengan gemas membuat yang dipeluk terkekeh.

Kini kedua gadis itu sudah berada di kantin, setelah memesan satu mangkuk bakso dan dua gelas jus jeruk mereka memilih duduk di bangku kosong sudut kantin sambil menunggu pesanan mereka datang.

Tiba-tiba...

"Eh.. Ninja!! Ngapain lo duduk di kawasan kita!! Ini tuh tempat duduk kita-kita!!" bentak seseorang.

Degh...

Cinta dan Salwa menoleh pada pemilik suara bariton itu, ada nyeri di hati Cinta mendengar kata "Ninja" yang dikatakan cowok itu. Meski ia telah terbiasa di ejek teman-temannya karena ia menggunakan cadar, tapi sakit itu pasti ada, ia juga punya perasaan bukan?

"Ck, malah diem nih Ninja!! Pergi gak lo!!" kali ini bukan cowok itu yang berbicara melainkan seorang wanita berpakaian minim yang sedari tadi bergelayut manja di lengan kekar cowok itu.

Salwa yang tidak terima sahabatnya diperolok-olok seperti itu, langsung menyerbu balik,

"Heh!! Tuh mulut pernah disekolahin gak sih, ngomong gak ngotak banget lu!" garang Salwa.

"Lo budeg!! Minggir kita semua mau duduk disini!" bentak perempuan itu lagi.

Cinta yang melihat itu segera menghentikan sahabatnya, ia tak ingin mencari masalah dihari pertama ia kuliah,

"Wawa udah.. yuk kita pindah, kakak ini mau duduk disini, kita pindah aja ya duduknya.. Ga baik ribut-ribut." ucapnya menggenggam tangan Salwa.

"Tapi Cin, mereka keterlaluan banget!!" kesal Salwa.

"Udah gapapa, yuk.." senyum Cinta dibalik cadarnya.

Salwa hanya menghela pelan, selalu begitu Cinta tidak akan membiarkan Salwa membalas perbuatan orang-orang yang jahat padanya. Entah dari apa hati Cinta terbuat pikir Salwa.

Mau tidak mau Salwa mengikuti Cinta untuk pindah duduk, tapi ketika melewati perempuan yang berpakaian minim tadi Salwa melirik sinis dan berkata, "Dasar tarzan!" ketusnya membuat perempuan itu berdecak kesal.

Saat Salwa tengah asik memakan bakso miliknya, Cinta hanya meminum jus jeruk tadi, Cinta masih kenyang karena belum saatnya juga untuk makan siang.

Byyuuurrrrr...

"Astaghfirullah.." lirih Cinta tatkala satu botol air mineral membasahi tubuhnya.

"Hahahaha rasain lo!! Makanya jangan belagu lo!! Sok suci!" tawa seorang perempuan tadi.

Salwa yang melihat itu sontak berdiri dan ingin membalas perempuan itu, tapi Cinta memberi kode agar Salwa diam.

"Maaf mbak, salah saya apa ya? kok mbak nyiram saya kayak gini.." tanya Cinta lembut berusaha untuk tidak menangis.

"Mbak.. Mbak.. Gue bukan mbak lo!!"

Cinta hanya ber-istighfar dalam hati supaya syaitan tidak meracuni hatinya dengan amarah.

"Lo tanya salah lo apa!! Salah lo itu... Haha lo gak ada salah, tapi gue jijik aja liat penampilan lo!! Fanatik, norak, sok suci!!"

Setetes air bening itu jatuh dari pelupuk mata Cinta, ia sedih tatkala pakaian mulianya dihina sedemikian rupa oleh seorang wanita berpakaian kurang bahan seperti itu.

"Maaf mbak kalau saya mengganggu anda, tapi jangan hina pakaian saya.. Karena pakaian saya jauh lebih baik dimata Allah dari pada baju yang anda kenakan sekarang

Kita wanita... Kodrat kita menjaga kemuliaan diri kita mbak. Setiap lekuk tubuh mbak yang mbak pertotonkan itu adalah dosa..

Allah memerintahkan kita untuk senantiasa menjulurkan hijab, berhijab hukumnya wajib mbak.. Jika mbak sayang pada ayah mbak, tolong berhijab karena kelak ayah mbak yang akan terseret ke neraka jika mbak menampakkan aurat seperti ini."

Perempuan itu tersenyum miring dan...

Plakkkk...

Perempuan itu menampar Cinta cukup keras, hingga pengunjung kantin yang ada disana semakin semangat menonton aksinya, tanpa berniat melerai.

"Siapa lo!! Sok alim lo!! Segala ceramahin gue!!" bentaknya pada Cinta.

Salwa tak terima, gadis itu berjalan mendekati perempuan itu, dan...

Plaakkkk...

Salwa menampar kuat pipi perempuan itu, "Gak ada otak lo!!" bentaknya, kali ini ia tak peduli Cinta yang menghalanginya.

Perempuan itu menatap tajam pada Salwa, tangannya melayang di udara ingin membalas tamparan Salwa.

Salwa memejamkan matanya, tapi entah ada apa tamparan perempuan itu tak kunjung mengenai wajahnya, perlahan gadis itu membuka matanya.

Ia terkejut mendapati cowok tampan tengah menahan tangan perempuan itu. Tampak perempuan itu gugup seketika.

"Raisa! Apa-apaan kamu!!" bentak cowok itu.

Ternyata perempuan itu bernama Raisa.

"K..k-ka-kak Ilham." ucap perempuan bernama Raisa itu terbata.

Ilham menghela pelan, ia tak habis pikir dengan adik kandungnya itu. Ilham melirik Cinta yang menunduk,

"Nama kamu siapa?"

Tapi Cinta diam dan tetap menunduk.

"Namanya Cinta." ucap Salwa seraya menghampiri sahabatnya, ia iba pada Cinta.

"Cinta, maafin adik saya.. Maaf jika perkataannya menyakitimu, sekali lagi saya minta maaf atas nama adik saya Cinta."

Cinta hanya mengangguk dan menggenggam tangan Salwa. Salwa pun membawa Cinta untuk segera pulang, Cinta pasti shock karena kejadian tadi. Ada rasa bersalah dihati Salwa karena ia yang lapar dan Cinta berbaik hati menemaninya tadi hingga kejadian ini menimpa Cinta.

Saat bersamaan disaat langkah Cinta menjauh bersama Salwa, Ilham tersenyum tipis, sangat tipis bahkan tidak ada yang tau cowok itu tersenyum.

"Cinta, nama yang Indah... Seperti pemiliknya," batin Ilham.

Dibalik Cadar CintaWhere stories live. Discover now