Skenario Lockdown Elite Global

164 9 2
                                    

Sebuah dokumen kredibel yang berasal dari The Rockefeller Foundation, secara tersurat & tersirat mengungkap, bahwa situasi darurat Covid 19 yang terjadi di negara-negara di dunia sejatinya sudah direncanakan sejak 2010 atau 10 tahun silam. Dokumen itu adalah bukti otentik yang juga diarsipkan di United Nations University.

Kondisi panik global saat ini, dimana semua orang diharuskan mengenakan masker, cek suhu sebelum masuk ke gedung-gedung, toko-toko/pusat perbelanjaan tutup, kebijakan lockdown domestik dan internasional oleh pemerintah, ekonomi macet, semua itu tersurat dan tersirat di dalam dokumen “Scenarios for the Future of Technology and International Development” yang di rilis oleh yayasan ber-branding nama pentolan salah satu dinasti Elite Global tersebut (Rockefeller).

Secara umum, dokumen ini dialibikan sebagai kajian akademis, dan untuk menguatkan alibi itu, The Rockefeller Foundation mengundang universitas-universitas terkemuka di AS yang sebetulnya mereka danai, untuk menjadi nara sumber yang diantaranya adalah Massachusetts Institute of Technology (MIT), New York University (NYU), Boston University, University Of California Berkeley dan The George Washington University.

Dalam skenario tersebut, kondisi darurat akibat adanya virus mematikan terjadi pada tahun 2012, namun yang menjadi unik, semua kalimat yang tertulis dibuat seolah sudah terjadi (Past Tense). Nama Covid 19 memang tidak disebut, namun mereka menuliskan virus ini sebagai virus influenza baru yang sebelumnya belum pernah ada, dan sangat mematikan. Disebutkan bahwa wabah yang menjangkit negara-negara di dunia akan melumpuhkan perekonomian, industri mati dan rantai suply menjadi tersendat bahkan hancur. Aktivitas perkantoran dan usaha berhenti alias tutup, banyak pengangguran dan korban PHK, persis seperti yang saat ini telah terjadi.

Dokumen itu juga menyebutkan secara spesifik, bahwa akibat pandemi virus ini, China yang merupakan negara dengan penduduk terbanyak di dunia, akan menjadi negara pertama yang melakukan kebijakan lockdown, dan ini selaras dengan yang terjadi di Wuhan beberapa waktu lalu (2020). Tidak hanya itu, pulihnya China dari Coivid 19 lebih dulu dibandingkan dengan negara lain, juga merupakan bagian yang dituliskan sebagai skenario. Hal ini bertujuan agar China yang melakukan kebijakan lockdown, dianggap menjadi contoh baik bagi negara-negara lain untuk membuat kebijakan serupa, hingga skenario lockdown di seluruh negara dapat berjalan. Berkebalikan dengan itu, AS justru akan menjadi negara yang terlambat melakukan kebijakan lockdown (contoh buruk), dan nantinya akan disalahkan sebagai penyebab makin mewabahnya virus baru tersebut.

Dalam skenario lockdown, kondisi mengendalikan umat sedunia secara otoriter melalui lembaga-lembaga buatan mereka (PBB, WHO,World Bank,IMF) seperti ini akan terus berjalan, bahkan akan terus ditingkatkan, meski nantinya wabah virus tersebut sudah lenyap. Hal ini lah yang menjadi target kebijakan lockdown dunia yang sesungguhnya, yakni Perbudakan Global. Masyarakat dunia menjadi tawanan di rumah-rumah mereka sendiri, frustasi, pasrah akibat runtuhnya ekonomi dan akhirnya menyerah untuk diatur oleh Elite Global yang otoriter dan tergiring keadaannya menuju penjajahan gaya baru, berjargon One World, One Goverment alias New World Order.

Disebutkan pula dalam dokumen tersebut, bahwa dengan alasan keamanan dan kesehatan, mereka akan menawarkan solusi pemasangan Biometric ID berupa chip yang berisi data KTP, paspor, Riwayat Kesehatan, Uang Digital sebagai One World Currency, dimana chip tersebut akan dimasukan kedalam tubuh setiap masyarakat.

Rakyat yang kondisinya telah melemah, akan pasrah mengikuti solusi tersebut, tanpa pikir panjang dan tanpa menyadari bahaya yang ada setelahnya kelak. Dengan begitu, skenario konspirasi The Human Microchipping Agenda yang mereka rencanakan, akan betul-betul terealisasi.

Virus Corona dan Stabilitas Ekonomi Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum