01- Andi dan Acha

41 5 1
                                    

Hiruk-pikuk ibu kota di pagi hari, membuat keramaian dan kesibukan tersendiri karena berbagai aktivitas di setiap paginya tak terkecuali di hari libur. Padahal jarum jam masih menunjukan pukul 06.00, lalu lintas sudah cukup ramai, begitulah kota metropolitan ini.

Begitupun dengan cowok tampan dan cewek manis berseragam SMA ini, mereka berangkat ke sekolah bersama. Sedari tadi si cowok tak hanya menyetir tapi juga sibuk membaweli si cewek yang sangat sulit minum obat. 

"Jangan bandel deh Cha, diminum obatnya! Gue takut lo drop lagi," kesal Andi.

"Pahit! Acha gak suka! Udah obatnya gede banget lagi, Acha serem liatnya Andi.."

Ya, cowok tampan dan cewek manis itu adalah Andi dan Acha.

Andi menghela sejenak dan memberhentikan mobilnya di depan minimarket.

"Acha liat gue!" ucap Andi seraya menghadap ke Acha.

Acha diam dan memutar tubuh mungilnya agar dapat menatap Andi, ia sudah tahu apa yang akan terjadi, Andi akan membujuknya lagi, lagi, dan lagi. Cih pemaksa pikir Acha.

Andi menggenggam tangan Acha,

"Acha, lo tahu kan gue sayang sama lo? gue cinta sama lo? dan gue sangat sangat takut lo pergi dari gue? lo tau kan Cha?"

Acha hanya tertunduk dan mengangguk tanpa mengeluarkan suara sedikit pun. Ia tahu Andi sangat mengkhawatirkan keadaannya, tapi Acha sudah mulai lelah menahan rasa takut nya minum obat, ia juga merasa bosan dengan benda itu.

"Please sayang! dengerin mama, papa, dan juga aku," ucap Andi yang mengubah panggilan 'lo-gue' jadi 'aku-kamu'.

"Kita semua gak mau kamu kenapa-napa Cha,"

"Please Acha.."

Andi menghela nafas lelah, "Minum obatnya sayang, sakit kamu bukan cuma demam biasa Acha! Kamu bisa... Ah" Andi tidak melanjutkan ucapannya karena mendengar isakan kecil dari bibir mungil Acha.

"Hiks... Acha cuma takut, hiks Acha takut sama obat itu, Acha gak suka, rasanya nggak enak!" tangis Acha yang masih tertunduk.

Andi pasrah, memaksa Acha sama saja dengan sia-sia, gadis itu sangat keras kepala. Andi menarik Acha ke dalam pelukannya, "Jangan nangis, maafin aku udah maksa kamu," ucap Andi lembut.

"Jangan nangis lagi," ucap Andi mengelus pelan punggung Acha.

Setelah Acha mulai tenang di pelukannya, Andi melerai pelukan itu.

"Maafin Acha.." lirih Acha bersalah.

"Udah, gapapa.." lembut Andi seraya menghapus sisa air mata di wajah putih Acha.

"Kita berangkat ya! Nanti telat, sebentar lagi bel," senyum Andi dan merapikan rambut Acha yang sedikit berantakan.

"Andi gak marah?"

"Nggak sayang!"

"Beneran Andi gak marah?"

"Nggak Acha..."

Acha tersenyum dan memeluk Andi lagi,

"Nanti Acha minum obat kok, tapi Andi temenin Acha ya!"

Andi tersenyum sangat tampan, "Iya sayang!"

Begitulah Acha, ia tidak suka dipaksa tapi akan menurut jika Andi bersikap lembut padanya. Tetapi, terkadang Andi merasa sangat takut Acha meninggalkannya tiba-tiba, kekhawatirannya membuat ia tak sengaja menjadi seorang pemaksa.

Cinta itu berfungsi sebagai obat, iya obat untuk saling mengisi kekurangan pasangan kita, dan obat itu adalah kelembutan hati.

Kini Andi dan Acha telah sampai diparkiran sekolah, Andi dengan sigap membukakan pintu mobil untuk Acha.

"Makasih Andi," senyum Acha.

Andi mengacak pelan rambut Acha, "Iya Aisyah," senyumnya.

Acha terkekeh mendengar Andi memanggil nama aslinya tidak nama panggilannya.

Mereka berjalan beriringan, banyak yang berdecak kagum melihat pasangan hits seantero sekolah itu, ada juga yang sangat iri pada Acha, dan ada juga yang mengumpat tak jelas, tapi Acha maupun Andi sama-sama tidak peduli.

Bagaimana tidak, Andi adalah most wanted SMA Garuda. Jika disekolah Andi akan bersikap dingin pada siapapun kecuali pada pacarnya, Aisyah Almeera alias Acha. Siapa yang tidak iri pada Acha?

Langit Cinta Kita Where stories live. Discover now