1 • Awal Mula

Começar do início
                                    

"...."

"Jika itu berarti karena kau tidak memiliki calon pendamping yang pas, aku bisa membantumu mencarikan, atau kalau kau tidak keberatan, aku juga bisa menghubungi Jaeh--"

"Tidak perlu!"

Donghyuck meninggikan dagunya, menatap Taeyong dan saudaranya yang lain dengan sangsi.

"Tidak perlu ada yang ikut campur!"

Kata-katanya yang penuh penekanan. Sangat kontras dengan suara lembutnya.

"Dan jangan bawa-bawa nama orang itu lagi, Hyung!"
Dia mencoba menggertak kakak tertuanya. Bukan bermaksud tidak sopan, karena itu sama sekali tak pernah diajarkan Ayah maupun Ibu. Tapi dia perlu membungkam mulut kakaknya itu karena telah berani menyebut nama orang itu.

"Aku selesai!"

Donghyuck bangkit dari tempatnya, belum sempat maid memberinya sapu tangan, dia sudah beranjak ke lantai atas; dimana ruang kerja ayahnya berada.

••

Donghyuck dan Dongwook. Karakter keduanya sama. Sama-sama ambisius dalam segala hal. Sama-sama pandai memanipulasi lawan. Darah Dongwook seratus persen mengalir pada Donghyuck.

"Ingin langsung mengatakan pembelaan atau menyampaikan pada Ayah jika kau sudah punya calon?"

Donghyuck menatap wajah sang Ayah. Pria yang menjadi kiblatnya dalam hal apapun. Tapi tidak dengan perasaan!

"Aku disini bukan demi sebuah pembelaan ataupun berdiskusi perihal pernikahan!"

Dongwook menaikan sebelah alisnya.

"Lantas?"

"Aku hanya akan berbicara sebagai Donghyuck anak ayah!"

Mendengar penuturan anaknya, tatapan Dongwook melembut. Bahunya yang tegang ia lemaskan sembari bersandar pada kursi kebesarannya.

"Apa yang ingin kau bicarakan, nak?"

Kelereng sedalam jelaga milik sang putera menatapnya penuh binar. Hanya karena sebuah kata, "nak!", perasaan rindu sebagai seorang anak Ayah yang paling nakal membuncah tanpa permisi.

Donghyuck rindu ayahnya yang seperti ini, Ayah yang menjadi pria di dunia yang paling Donghyuck cintai, bukan CEO LEE's Corp maupun saingan bisnisnya.

"Ayah?"

"Hmm?"

"Aku tahu, ada yang ingin Ayah sampaikan padaku. Katakanlah!"

Dongwook terhenyak. Seperti biasa, anaknya yang satu ini memang paling bisa membacanya seperti sebuah buku yang terbuka.

"Baiklah, sepertinya bertele-tele pun tidak ada gunanya jika itu kau!"

"Memang!"

"Ayah telah memiliki kesepakatan dengan Keluarga Jung, lebih tepatnya Jung Yunho!
Kita setuju menjadikanmu dan anaknya sebagai pasangan suami-istri, tahun ini!"

Harusnya Donghyuck tidak usah terlalu terkejut.

Tentu saja Gelagat sang Ayah yang akhir-akhir ini kembali sering bersama dengan Jung Yunho itu mau tidak mau membuatnya curiga.
Dan kecurigaannya mengerucut hanya pada satu nama, Jung Jaehyun.

Tetapi tetap saja, ia belum terbiasa --lagi-- dengan nama pria tersebut.

Donghyuck tak lantas merespon; tidak menolak maupun menerima.

"Apa ayah tahu alasanku mendirikan perusahaan sendiri?"

Dongwook menatap anaknya bingung.
Fikirannya berkecamuk. Selama ini, setelah usaha yang dibangun sang anak bahkan hampir mengungguli perusahaannya, Dongwook tak tahu menahu alasan sang anak lebih memilih mendirikan usahanya sendiri, dari nol, benar-benar dari nol, tanpa campur tangannya.

"Kenapa?"

Donghyuck mengalihkan tatapannya pada sebuah replika pohon bonsai dalam pot disudut ruangan kerja sang Ayah.

"Ada seseorang yang menjanjikanku sebuah kebebasan dari belenggu otoritas dua keluarga paling berpengaruh se-Korea.
Dia bilang, kita harus mendirikan kerajaan sendiri jika ingin terbebas dari sangkar emas. Kita harus bahagia dengan jalan dan cara kita sendiri.
Dia menjanjikan sebuah kebahagiaan tanpa tetek-bengek kekuasaan. Maka dari itu aku berani melepaskan diri dari Ayah, dari keluarga.
Aku rela Daehwi menikah terlebih dahulu dengan Somi, karena wanita itulah yang akan meneruskan Lee untuk seterusnya.
Aku ingin bebas, Ayah!"

Ia bertutur, tanpa mengalihkan kembali pandangannya pada Dongwook.

Raut penuh penyesalan dan tekanan tak bisa lagi disembunyikan oleh Donghyuck. Sudah sejak lama, Ia lelah berada dalam belenggu keluarganya.
Tapi kini, setelah Ia berhasil membangun sangkarnya sendiri, Donghyuck juga tak merasa menang dan bebas.
Sebab, orang yang menjanjikan berbagai hal memikat tersebut nyatanya sudah tak berada disampingnya.
Dia pergi, bahkan sebelum Donghyuck sempat menunjukan bahwa ia bisa keluar dari sangkar emas nya.

"Dia--- Jung Jaehyun?"

Ragu-ragu Dongwook bertanya.

Donghyuck menatap kembali manik sang ayah yang serupa dengan miliknya itu.

"Ya! Dia Jung Jaehyun. Seseorang yang enggan aku temui lagi, mungkin!"

Dongwook menatap prihatin anaknya, pundak sempit itu mengkerut, mendadak lemas pasca bibirnya mengucap kembali nama sang Mantan Kekasih.

"Andai kau tahu, nak!"

Lirih Dongwook.

Sebagai seorang Ayah, se-otoriter apapun dia dalam mendidik dan mengatur keluarganya. Tapi, kebahagiaan anaknya tetap yang utama.
Meskipun dia tahu, kebahagiaan menurutnya dan kebahagiaan menurut anaknya memiliki definisi yang berbeda.

"Maafkan ayah, Donghyuck. Ayah sudah terlanjur berjanji dengan Jung Yunho!"

"--dan juga Jung Jaehyun!"
Lanjutnya dalam hati.





TBC

-----
Eaea, sudah keluar.
maaf karena melewati janji huhuh, ternyata selama bulan puasa ini sama sekali gabisa ngatur jadwal eaaaa

Before end, makasih buat Tante imoy77 yang sudah berpartisipasi huhuyy.

Last Question nih, sudah streaming NCT Dream - Ridin' belum?

Goodbye👋
With Love,
Adm C

kulamar dirimu | jaedongOnde histórias criam vida. Descubra agora