Perpisahan

3.3K 502 248
                                    

Hari ini adalah hari kelulusan Tama dari SMA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini adalah hari kelulusan Tama dari SMA. Hasil belajar Tama membuahkan hasil, karena dia mendapat nilai paling tinggi di kelas. Yuta, Marsha, dan Yuma ikut menghadiri perpisahan Tama yang sebenarnya terbilang membosankan. Bahkan Tama saja sudah ingin pulang. Kalau tidak ada teman-teman yang menemaninya untuk bertahan sampai perpisahan selesai, Tama pasti akan ikut pulang lebih dulu bersama anggota keluarganya. Selain teman-temannya, ada orang lain yang membuat Tama bertahan hingga acara selesai.

Ya, Aqila. Gadis itu tampak sangat manis dengan kebayanya dan rambutnya yang disanggul. Meski ada yang lebih cantik dan menawan dibanding Aqila, tetapi fokus Tama hanya pada gadis yang ditaksirnya hingga sekarang. Saat memasuki kelas 12, Tama tidak berada di kelas yang sama dengan Aqila. Itulah kenapa Tama pun jadi tidak begitu dekat dengan Aqila. Apalagi setelah tahu Aqila memiliki pacar, Tama jadi canggung dan untuk menyapa pun rasanya sulit.

Namun, sekarang Tama sudah mengumpulkan nyalinya untuk bisa bicara dengan Aqila. Setidaknya sebelum Tama pergi ke Tokyo untuk kuliah, dia harus pamit pada Aqila dan jujur soal perasaannya. Oh, tenang saja. Tama sudah sempat berdiskusi dengan Marsha apakah dia harus melakukannya atau tidak. Dan menurut Marsha, Tama harus melakukannya karena itu bisa membuatnya tenang setelah pergi—meski perasaannya sudah pasti tak terbalas.

Saat band sekolah sedang tampil di atas panggung, Tama memberanikan diri untuk menghampiri Aqila yang sedang menonton bersama beberapa temannya. Tama menghela napas panjang, lalu mengembuskannya pelan agar nyali yang sudah ia kumpulkan benar-benar bertahan hingga bisa bicara dengan Aqila.

"Aqila." Sapaan pertama diberikan oleh Tama. Beruntungnya, Aqila langsung menoleh dan tersenyum pada Tama.

Ya ampun. Senyumnya manis banget.

"Kenapa?"

"Aku mau ngomong berdua. Boleh?"

Bolehin, dong. Please ....

"Iya, boleh. Di sini?"

Untung langsung dibolehin.

"Di tempat lain. Di sini berisik. Mau, 'kan?"

"Oke."

Aqila tampak pamit pada temannya yang sejak tadi fokus menonton penampilan band sekolah. Setelah pamit, Aqila pun ikut dengan Tama yang mengajaknya ke area depan gedung tempat perpisahan berlangsung. Meski area depan, tempat itu jarang dilewati dan menjadi tempat aman untuk bicara berdua dengan Aqila.

"Mau ngomongin apa?" tanya Aqila yang berinisiatif untuk bertanya.

Tama menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Tiba-tiba saja dia bingung harus memulainya dari mana. Rasanya akan sangat memalukan kalau Tama langsung mengatakan suka, dan bisa saja membuat Aqila jadi tidak nyaman. Setelah cukup lama diam, akhirnya nyali Tama kembali terkumpul dan hal pertama yang akan ia beri tahu adalah soal kepergiannya ke Tokyo.

Return Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang