2. Si Pemuda Manis & Toko Bunga

289 22 61
                                    

WARNING!

Cerita ini bergenre boyslove, BxB, homoseksual, yaoi, dan sejenisnya! Jika Anda adalah homofobia dan tidak nyaman dengan cerita percintaan antara 2 pria, harap meninggalkan cerita ini!

Penulisan cerita tidak baku dan tidak sesuai EYD! Bagi pembaca yang tidak menyukai gaya penulisan saya, harap mencari cerita lain yang sesuai selera Anda!

Author tidak bertanggung jawab jika di kemudian hari terjadi hal-hal yang tidak diinginkan!

I've warn you!

.

Segala media baik itu gambar, video, lagu, atau yang lainnya bukan milik author.

Cerita ini murni hasil pemikiran author sendiri. Bukan hasil jiplak atau yang sejenisnya.

.

Dan untuk pembaca yang mau meluangkan waktu untuk membaca ceritaku.. Happy Reading ya!


.

Ah.. betapa senangnya jika para pembaca tidak hanya menjadi silent reader...

.

.

.

Apakah kalian pernah merasa iri?

Aku yakin kalian semua pasti pernah iri kepada orang lain apapun itu.

Aku? Terkadang aku iri dengan kehidupan mereka yang lebih baik dariku.

Bagaimana tidak?

Coba lihat orang-orang yang berlalu lalang itu.

Beberapa di antaranya tampak senang saat sebuah mobil mewah menjemput mereka.

Beberapa yang lain terlihat bahagia bersama keluarga mereka.

Beberapa lagi menampilkan senyum indah mereka saat berjalan bersama seseorang di sebelahnya. Kekasihnya kah?

Entahlah.

Yang jelas aku iri dengan mereka semua dan itu seperti menampar keadaanku saat ini.

Ahh.. seandainya saja aku adalah mereka. Pasti hidupku tidak sesuram ini.

Hidup sebatang kara tanpa orang tua, saudara kandung, ataupun kerabat dekat lainnya di kota yang baru aku tinggali tepat 10 bulan ini.

Aku anak tunggal.

Sedangkan ayah dan ibuku meninggal dalam kecelakaan pesawat terbang saat sedang dalam perjalanan bisnis ke suatu negara di bagian benua Eropa lainnya.

Sebelumnya kami tinggal di kota yang lain. Kemudian kami pindah kesini karena tuntutan pekerjaan ayah dan aku pun harus melanjutkan sekolahku ke tingkat selanjutnya di kota ini.

Keluarga kami cukup berkecukupan dan mampu membeli rumah sederhana yang sekarang aku huni sendiri di kota kecil ini. Kurasa rumah ini adalah hadiah sekaligus kenangan-kenangan terakhir dari orang tuaku.

Sekarang, aku tak akan melihat gelak tawa kedua orang tuaku saat aku menceritakan sebuah cerita lucu ataupun ungkapan sayang di tiap pagi dan malam menjelang aku tidur.

Setelah upacara kematian kedua orang tuaku, rumah ini menjadi sepi.

Tak ada lagi kerabat jauh yang ikut berduka, rekan kerja orang tuaku yang datang mengucapkan bela sungkawa, ataupun tetangga yang sekedar memberi kata-kata penguat mengingat letak rumah kami yang sedikit berjauhan.

Me & The Nymphs [BxB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang