Day 22: Competing

61 7 2
                                    


Guyuran air hujan yang sangat deras ditambah dengan hembusan angin yang cukup kencang menghantam kaca jendela rumah Taiga. Kilatan petir yang menyambar pun tampak begitu membahana.

Taiga dan Hokuto duduk berdua di sofa, berdempetan sambil bergelung di bawah satu selimut, mata keduanya tampak fokus menatap layar televisi. Sebuah teriakan melengking tinggi yang dibarengi dengan kilatan petir, membuat kedua pemuda itu semakin bergelung erat.

"...Ah sudah selesai..." ucap Taiga sambil mengambil remote tv dan mematikan tv. "Tidur, yuk."

Hokuto mengangguk dan berjalan mengekor di belakang Taiga menuju kamar Taiga. 

Malam itu, Hokuto menginap di rumah Taiga karena orang tua Taiga sedang pergi. Dan untuk mengisi waktu, mereka memutuskan untuk menonton film horor. Plus juga karena cuacanya sedang sangat mendukung. Hujan badai.

"...Taiga belum tidur?" tanya Hokuto, matanya menatap lurus ke langit-langit kamar Taiga.

"Belum, kenapa?" tanya Taiga yang juga sedang menatap langit-langit kamarnya. 

hm? sejak kapan ada noda seperti itu di plafon?

"Kenapa belum tidur? Besok kita mau belanja pagi-pagi, kan?" Hokuto mulai mengerjapkan matanya.

"Hokuto sendiri kenapa belum tidur?" Taiga mengernyitkan alisnya menatap plafon.

"Belum ngantuk saja..." sebuah petir besar menggelegar begitu Hokuto menjawab Taiga.

Keduanya langsung saling berpegangan tangan di bawah selimut.

"Hm? Hokuto takut , ya? Makanya jadi tidak bisa tidur."

"A-apaan, sih, siapa juga yang takut?! Taiga juga kenapa tidak tidur? Takut, ya?"

"Sejak kapan aku takut sama film?"

"Lalu kenapa Taiga memegang tanganku ketika ada petir?"

"Bukannya Hokuto yang memegang tanganku karena ada petir?"

"Apa sih, aku tidak..."

-pats-

Seketika ruangan menjadi gelap gulita.

"Taiga...?" Hokuto semakin kuat menggenggam tangan Taiga.

"Sial mati lampu..." Taiga pun semakin kuat menggenggam tangan Hokuto.

"...kau nggak mau mengecek sekeringnya?" tanya Hokuto.

"Sendirian?" tanya balik Taiga.

"Takut, ya?" tebak Hokuto.

"Hokuto juga berarti sendirian di kamar, lho." ucap Taiga.

"..."

"Sudahlah, kita tidur saja, yuk." ucap Taiga sambil bergerak menempel badan Hokuto.

Hokuto pun beringsut bergerak menempelkan badannya ke Taiga. Namun keduanya tetap terjaga. 

"Hokuto, besok pagi-pagi kita ke kuil dulu, yuk."

dan Hokuto pun langsung mengiyakan sambil menggenggam erat-erat tangan Taiga. 


Drabbletober : Week 4Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora