ii

797 93 48
                                    

katanya part ini nggak bisa d komen ya?

Coba dong sekarang komen disini bisa atau nggak

Minta tolong dm atau tulis d wall aku ya kalo blm bisa komen

Sedih bat njir pdhal komen kalian yg bikin semangat up :(












Vote
















Ruangan yang sebelumnya penuh dengan desahan kini sudah kembali tenang. Pihak bawah sudah mencapai klimaksnya tiga kali sedangkan pihak atas dua kali.

Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari saat laki-laki dengan tubuh lebih tinggi itu menyingkap tirai pintu yang menghubungkan kamarnya dengan balkon. Ia menyalakan pemantik lalu membakar rokoknya, menikmati sebatang rokok dalam diam. Matanya menjelajah gemerlap lampu kota.

Bibir Kuanlin terangkat membentuk sebuah senyum tipis begitu otaknya memutar memori beberapa jam lalu saat dia dan Jihoon bermain begitu liarnya. Bahkan ia yakin bahu Jihoon memiliki satu bekas gigitan yang entah akan hilang berapa hari ke depan.

Ia akui permainan Jihoon hebat, tidak salah banyak gadis yang mengantri hanya untuk menghabiskan satu malam dengannya. Jika saat bermain dengan seorang gadis Kuanlin akan hati-hati dan menahan diri lain dengan Jihoon, bahkan ia tidak perlu repot-repot memakai pelindung. Toh Jihoon juga tidak akan hamil mau sebanyak apapun ia mengeluarkan cairannya di dalam Jihoon. Selain itu, Kuanlin juga merasa sangat puas karena Jihoon bisa menerima sekeras apapun dirinya ingin menggagahi. Lagi-lagi ia harus mengatakan bahwa saat berhubungan dengan gadis dia tidak akan mendapatkan itu, bahkan saat berhubungan dengan lelaki pun.

Yah dia sudah lumayan sering berhubungan dengan laki-laki tapi benar-benar tidak ada yang sememuaskan Jihoon. Jihoon tidak mau di dominasi tapi juga tidak mau mendominasi. Sejauh ini hanya Jihoon yang bisa mengimbangi permainan gilanya saat di ranjang. Dan tentu saja, Kuanlin suka.

"Guan"

Kepala Kuanlin otomatis menoleh saat mendengar suara serak memanggil namanya. Ia segera mematikan rokoknya dan membuangnya ke asbak. Kakinya dengan cepat menuju ke ranjang dimana Jihoon sedang berbaring tengkurap.

"terbangun?"

"hm. Dingin. Kau membuka pintunya"

"oh maaf"

Kuanlin buru-buru menutup pintu dan tirainya kemudian bergabung dengan Jihoon masuk ke dalam selimut.

Jihoon merubah posisinya menjadi terlentang kemudian menoleh pada Kuanlin yang tidur menyamping menghadapnya. Laki-laki itu tersenyum.

"kenapa tersenyum?"

Yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya, bingung juga kenapa ia tersenyum saat melihat wajah laki-laki di depannya ini, "masih sakit?"

"serius kau bertanya seperti itu?" jawab Jihoon malas.

Kuanlin tertawa kecil, "aku sudah memperingatkanmu. Aku tidak mudah ditangani"

"tapi aku suka" gumam Jihoon sambil memejamkan matanya.

"lain kali mau mencoba denganku lagi?"

Jihoon terkikik, "yang namanya mencoba itu hanya sekali"

"jadi, tidak mau?"

Menghela napas dalam, Jihoon menghadap Kuanlin lalu mencium bibir pria itu sekilas, "bagaimana kalau sekarang saja?"

My PARTNER!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang