Chapter XII Mati Akibat Ucapan

Start from the beginning
                                    

Tentu saja, pria itu mengakui telah melakukan kesalahan, tapi anak itu 'kan yang merebut bajunya. Paling tidak bantu sedikit dengan masukkan pakaian itu di keranjang, tindakannya ini sangat tidak benar.

Saat ini orang yang setuju ikut masuk ke dalam bilik kamar mandi bersamanya memutar kepala, sedangkan orang yang sedang berdiri menatapnya berjalan mendekat ke arahnya.

Saat ini dia berhenti di sebelah tempat tidur orang yang tubuhnya tertutup selimut. Pada kenyataannya dia telah menenangkan anak itu setiap malam sehingga dia merasa punya hak untuk mendekat. Dia tahu orang yang sedang marah padanya itu jika benar-benar tertidur lelap, akan menjejakkan kaki untuk menendang selimutnya seperti saat itu. Jadi bisa dipastikan...

Sekarang dia belum tertidur.

Tharn dengan tenang memikirkan konsekuensi apa yang akan terjadi, dan apapun yang akan diutarakan oleh orang itu nantinya tentu sesuatu yang bagus 'kan. Pada akhirnya, kesimpulannya pun benar-benar terjadi...

"Tidurlah Type"

UGHH!

Sebuah pukulan berat sekarang menghantam perutnya, membuat orang yang dipukul mundur dan melenguh pelan, tubuhnya hampir saja jatuh ke atas lantai, di saat yang sama anak yang tertidur di tempat tidur sudah duduk dan memperlihatkan senyumnya. Dengan nada puas anak itu berkata;

"Jangan diam-diam mendekat lagi, karena setelah ini bukan hanya sebuah pukulan"

Anak itu terlihat tidak perduli sambil mengangkat kepalan tangannya. Saat Tharn ingin bereaksi, rasa sakit akibat pukulan terasa sampai ke tulang rusuknya, sehingga dia hanya bisa membungkukkan tubuh. Menyalahkan dirinya, lupa kalau dia hanya mampu melakukan pendekatan saat Thiwat sedang dalam kondisi buruk, sedangkan saat dalam kondisi normal dia akan bersikap.... Sulit untuk di dekati.

Untuk meredakan rasa sakit, pria itu duduk di atas lantai sambil menatap ke arah anak yang sekarang sudah membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur sekali lagi, kemudian menatap wajahnya sejenak sebelum menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya. Pria itu hanya bisa menepuk dengan lembut perutnya untuk meredakan rasa sakit, lalu dengan suara ringan diapun berbicara;

"Kalau begitu, lain waktu jangan memintaku melakukannya lagi"

Suara teredam terdengar dari balik selimut;

"Memang siapa yang mau!"

"Kalau memang terpesona, katakan secara langsung"

"Dasar anjing brengsek!"

Mulutnya yang jelek itu bekerja lagi

Karena anak itu berteriak sambil bersembunyi di bawah selimut, maka pria bertubuh jenjang itu melepaskannya kali ini dan pergi untuk memakai baju, setelah itu dia duduk sambil memegangi perutnya yang masih terasa sakit. Kedua matanya terus melihat ke arah anak yang terlihat seperti bola dengan tubuh tertutup selimut. Anak itu meringkuk dengan tenang, tidak tahu saat ini sedang merasa marah atau terhibur. Dia tidak dapat memastikan apa yang sedang dirasakannya.

Tentu saat melihat kenyataan bahwa anak itu tidak menolaknya, siapapun pasti akan merasa bersemangat untuk melanjutkan semua ini apalagi mereka sudah sampai pada tahap ini. Tharn tentu tidak akan berpikir untuk mundur.

Tapi setelah melangkah ke jenjang berikutnya... Sialan, sulit sekali membuatnya tertarik

***

"Setelah ini, bagi tim menjadi kelompok yang menerima dan mengirim bola.. Pembagian tim disesuaikan dengan dasar Three-set"

Sekarang Type merasa berterimakasih pada Techno yang terus menerus mengajaknya untuk masuk ke dalam tim sepak bola. Karena setelah latihan *Cheer up Standing [1], latihan dalam kelompoknya menjadi sangat intens, sehingga dia sekarang sedang berlari untuk pemanasan, kemudian meregangkan tubuh, lalu melatih tubuh untuk berlari sambil menghindar serta melompat, melewati rintangan yang diarahkan oleh pelatih setiap hari. Kegiatan ini membutuhkan banyak sekali energi yang tentunya cocok untuk melupakan teman sekamarnya.

🆃🅰🅼🅰🆃 Sangat Membenci Menjadi Sangat MencintaiWhere stories live. Discover now