LIKE A STAR

127 12 1
                                    

Our Sweet Memories has faded away

Sepertinya ini sudah akan berakhir...

Angin musim gugur menerpa wajahnya, seolah menggoda manusia dengan aroma kesepian dan keputusasaan. Udara semakin dingin dan malam perlahan turun membawa memori tentang kisah cinta masa lalu.

Kedua netranya yang jernih seperti mata air bergerak perlahan menelusuri keindahan langit malam. Bintang-bintang terlihat seperti titik-titik bersinar di atas langit. Pandangannya sendu, seolah menyiratkan sebuah perasaan rindu yang dalam. Perasaan rindu itu memaksanya untuk keluar dari persembunyiannya untuk berkeluh-kesah pada penguasa malam.

Dia adalah Kim Ryeowook, pemuda berusia tiga puluh tahun yang putus asa. Dia duduk bernaung di bawah lukisan Tuhan nan Agung. Coat merah yang menyelimuti tubuh kurusnya mempertegas bahwa udara malam ini tidak cukup bersahabat. Angin bertiup dengan kencang dan mengibaskan helaian rambutnya. Tapi sepertinya Ryeowook tidak peduli. Dia tetap bergeming di tempatnya sambil menautkan kedua tangannya.

Duduk di bawah pohon mapple yang hampir ranggas, Ryeowook mulai mencurahkan perasaannya pada titik-titik bersinar di atas langit. Sendirian, di tengah cuaca dingin di bulan November, Ryeowook mulai mengisahkan kisahnya pada langit musim gugur.

***

"Ryeonggu-ah! Disini!!"

Ryeowook mengangkat wajahnya dan menemukan Yesung di pintu gerbang sekolahnya. Pria itu melambai-lambaikan tangannya dengan wajah ceria pada Ryeowook, membuat semua rasa lelah yang dirasakannya meluap begitu saja. Pria itu masih mengenakan seragam sekolahnya, menunjukkan bahwa dia sengaja menunggu kedatangan Ryeowook. Ryeowook balas melambaikan tangannya pada Yesung kemudian berlari melintasi lapangan sekolahnya yang luas.

Senja telah lama lewat dan kini lampu-lampu jalan menyoroti wajah Yesung yang ramah. Suara-suara malam berdengung nyaring, berlomba menghidupkan suasana di kota Seoul. Bangunan-bangunan tinggi menjulang berjejer disepanjang jalan dan berbagai macam aroma makanan yang membingungkan ikut bergabung. Ryeowook dan Yesung bersama-sama melangkahkan kaki meraka di trotoar jalan.

"Hyung kenapa tidak pulang duluan?" tanya Ryeowook sambil membenarkan ranselnya yang merosot dari bahunya. "Bukannya aku sudah pernah bilang jangan menungguku kalau kau sudah tidak ada kelas. Tidak usah menungguku."

Yesung tertawa. Ryeowook selalu lucu saat sedang bersungut-sungut. "Yang menunggumu itu siapa?"

Ryeowook mendelik kesal. "Aku tahu kau sedang beralasan saja sekarang. Dengar, aku tahu kelasmu sudah selesai sore tadi. Hanya kelasku yang mendapat tambahan pelajaran. Kenapa sulit sekali mengakui kalau kau menungguku sih?"

Yesung membuat ekspresi lucu dengan bibirnya lalu mencondongkan tubuhnya ke arah Ryeowook. "Dan kenapa kau sulit sekali mengizinkanku untuk menunggumu, huh?"

"Bukan seperti itu!"

"Lalu seperti apa?" Yesung mengaitkan lengannya pada leher Ryeowook.

"Seperti ... Ah! Pokoknya Hyung tidak boleh menungguku lagi!"

"Aku tidak mendengar apa-apa, Ryeonggu-ah~"

"Hyung~"

Merengek dan bersungut-sungut adalah kebiasaan Ryeowook saat bersama Yesung. Yesung tertawa keras lalu melepaskan tangannya dari leher Ryeowook. Mereka berjalan melewati kerumunan gadis-gadis berseragam lalu berhenti di halte bus. Yesung yang pertama duduk di kursi halte diikuti Ryeowook yang menempati sisi kosong disampingnya.

"Aku selalu suka langit malam seperti hari ini," ujar Yesung mengalihkan pembicaraan sambil tersenyum. Yesung memiliki senyum yang menular sehingga Ryeowook melupakan perdebatan kecil mereka dan ikut tersenyum.

CARAMEL PUDDINGWhere stories live. Discover now