Pukul sepuluh malam, Chan sedang duduk menyelonjorkan kaki dengan punggung bersandar ke kepala tempat tidur sembari membaca sebuah buku, kacamata membingkai wajahnya dengan sempurna, pemandangan itu membuat Hyunjin merapalkan syukur berulang kali selama tiga puluh menit ia menghabiskan waktunya untuk berbaring dengan paha Chan sebagai bantalnya.

Chan sesekali melirik ke bawah melewati buku yang sedang ia baca untuk melihat keadaan Hyunjin, "Belum mengantuk?"

Hyunjin menggeleng, sesekali ia mengucek hidungnya yang gatal terkena suhu dingin AC. Dia sudah sering melihat gaya hidup rajin dan disiplin suaminya, tetapi kali ini Hyunjin terpikir sesuatu saat melihat Chan yang bahkan masih sanggup membaca buku setebal ratusan halaman setelah seharian berurusan dengan pasien.

"Chan, seandainya aku jelek dan miskin apa kamu mau nikahin aku?" celetuknya tiba-tiba, Chan memandangnya lalu menjawab "Kenapa tiba-tiba nanya gitu,"

Pemuda yang sudah dinikahi Chan selama hampir setahun itu menghela nafas, "kepikiran aja, selain ganteng sama kaya kan aku nggak punya kelebihan,"

Chan memandangi Hyunjin lantas tersenyum, buku tebal yang membebani tangannya ia letakkan ke atas meja di dekat tempat tidur "Begini sayang—," mulainya, diselipkannya telapak tangannya di bawah ketiak Hyunjin lantas mengangkatnya supaya ia duduk di antara kakinya yang terbuka, "—aku lebih suka orang seperti kamu yang meskipun bodoh, pemalas, boros, tapi cantik,"

Hyunjin cemberut, bisa-bisanya dia dibilang bodoh, pemalas, dan boros di depan wajahnya sendiri.

"Kamu ngomong gitu cuma mau hibur aku kan?"

Chan menggeleng, "Tentu saja enggak, aku mikirnya begini, kalau istriku ini pemalas, bodoh sama boros tinggal ku didik sampai jadi sosok yang lebih baik kan, coba kalau kamu jelek, kalaupun kamu oplas tetap aja nggak akan jadi seganteng ini,"

"Ish," Hyunjin menyembunyikan wajahnya ke leher sang suami, "Dasar picik, biasanya orang lebih suka yang baik soal wajah itu nggak penting,"

Chan terkekeh, tangannya yang lebar menepuk-nepuk pantat besar kesayangannya, "Aku dulu juga begitu, tapi dapatnya yang seperti kamu, ya mau gimana lagi?"

Pemuda yang masih memeluknya itu tidak mengucapkan apapun untuk beberapa saat, sampai Chan sedikit menjauhkan tubuhnya supaya bisa melihat wajah Hyunjin yang ternyata sudah berkaca-kaca.

"Loh sayang, kok nangis?"

Hyunjin menggeleng, "Nggak papa,"

"Istriku kenapa hum?"

"Besok aku mau manggil guru privat, aku juga nggak mau boros lagi, pokoknya jangan tinggalin aku ya,"

Sekedar informasi saja, Hyunjin sudah mengatakan kalimat serupa hampir seratus kali sejak pernikahan mereka.

Chan terkikik, "Iya sayang,"

"Satu lagi, jangan sebut-sebut aku dengan panggilan istri, aku kan laki-laki,"

"Iyaa,"

Mereka berpelukan lagi, lengan Hyunjin melingkari punggung tegap Chan, perlahan jemarinya mulai membentuk pola abstrak di permukaan berotot itu.

"Aku pengin punya bayi," bisiknya.

"Eh? kok mendadak?" Chan keheranan, sebelumnya Hyunjin selalu keberatan kalau Chan tidak memakai pengaman saat mereka berhubungan karena dia belum ingin memiliki buah hati.

"Pengin aja, tadi waktu aku baru beli leather whip sama spanking paddle tiba-tiba kepikiran pengin punya bayi,"

Apa hubungannya coba? Chan membatin, tetapi ia lebih memilih untuk tidak menyuarakannya.

"Kalau kamu mau bayi dari aku, pasti aku kasih yang banyak dengan senang hati,"

Hyunjin langsung melepaskan diri dari pelukan Chan, matanya yang sipit nan menggemaskan menatap suaminya dengan binar antusias "Serius?"

"Iya, apa yang enggak buat kamu sih princess—"

"Aw makasiiih,"

"Tapi nggak ada leather whip sama spanking paddle,"

"Kenapa??"

"Nanti pantat kamu luka sayang,"

"Kan udah sering,"

Chan menghela nafas, "bukan luka yang seperti biasanya, nanti kamu beneran luka,"

Hyunjin akhirnya diam saja, tidak mengiyakan tidak juga membantah. Dia hanya diam sembari memandangi wajah tampan sang suami dengan sorot menyelidik, lama kelamaan senyumnya yang seperti malaikat itu muncul.

"Kamu lagi mikir aneh-aneh ya?" Ledeknya pada Chan.

Wajah Chan terlihat biasa saja, tetapi kalau lebih diperhatikan lagi, telinga sampai lehernya sudah terbakar merah sejak tadi.

"Memangnya siapa yang nggak akan mikir aneh-aneh kalau liat kamu?" Chan membela diri.

"Seungmin," jawab Hyunjin enteng, "Kemarin aku minta bantuan dia buat ganti baju karena maid sibuk semua dan aku males, dia biasa aja tuh,"

"Kamu minta dia ngapain sayang?"

"Bantuin aku ganti baju?"

Hening, Chan yang sejak tadi ternyata belum berhenti menepuk-nepuk pantat sintal Hyunjin mendadak meremasnya kuat-kuat, Hyunjin si setan cantik itu justru tertawa cerah sebagai reaksi.

"Tapi bohong," lanjutnya.

"Leather whip sama spanking paddle nya kamu taruh mana?" []

"Leather whip sama spanking paddle nya kamu taruh mana?" []

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

[Author's note]

Halo, jumpa lagi sama Dr Chris and The Heir :)
tadinya book ini nggak akan aku re-publish karena terlalu nsfw :v tapi ternyata yang minta aku repub book ini nggak cuma satu dua orang, karena aku capek jawab jadi mending aku repub aja. (Aku nggak tau kenapa banyak yang pengen baca cerita ini lagi padahal isinya cuma pengenalan karakter sama satu chapter unfaedah)

semoga tidak ada drama 'hey yo! mending lo apus cerita sub hj lo atau gue report akun lo seperti temen-temen lo' lagi ya.

mungkin book ini nggak akan terlalu sering update karena aku mau fokus ke Bad Guy dulu, kalian jangan lupa mampir ya.

Dadah. 💕

(√) Dr Chris and the Heir (Chanjin)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ