Chapter VII Menempelkan Daun Emas ke Belakang Patung Buddha

Mulai dari awal
                                    

Bukannya mengambil buku catatan kemudian buru-buru keluar dari ruangan, Tharn malah duduk di atas tempat tidurnya.

Duduk dulu sambil menunggu sebentar, kenapa harus buru-buru.

Sekali lagi Tharn membuat alasan untuk dirinya sendiri sambil mengambil ipod miliknya, kemudian memasang headphone di telinganya, menyalakan lagu yang nadanya bergetar di kepalanya yang kacau, meskipun begitu pandangan matanya masih menatap ke arah tempat tidur teman sekamarnya yang terlihat begitu tenang sejak dia bangun tidur.

Benarkah dia baik-baik saja?

Pemuda itu menggelengkan kepalanya sambil melempar jauh-jauh pemikiran yang terbesit dihatinya. Padahal, dia mendengarkan musik saat ini sambil berusaha untuk menenangkan dirinya. Meskipun begitu, sekarang dia mulai tidak tahan, dia sekarang menolak untuk berhenti mencari alasan meskipun tahu bahwa tindakannya sekarang ini begitu bodoh... Dia memutuskan untuk tetap menunggu di dalam ruangan, memastikan bahwa kondisinya benar-benar tidak ada apa-apa, setelah itu berangkat kuliah.

Hah, pada akhirnya dia yang malah menjadi seseorang yang lemah

Tik...Tik... Tik...

Jarum jam terus bergerak, dari jam 7 lebih 30 menit, kemudian lebih 45 menit, dan pada akhirnya terhenti di 47 menit. Belum ada tanda-tanda bahwa orang itu akan terbangun.

Kali ini ekspresi wajah pemuda itu mulai terlihat cemas, diapun menunduk untuk melihat jam.

Segera saja dia menarik ponselnya dan memasukkannya ke dalam saku, dia sadar jika dia tidak pergi sekarang, maka dia tidak akan punya waktu untuk sarapan.

Mungkin terlambat di angka 50 menit bukan masalah, tidak bisakah orang yang tidak punya kelas pagi itu menggerakkan tubuhnya sedikit saja, dia benar-benar tidak apa-apa 'kan?

"Ah sialan, ayolah!"

Pada akhirnya orang yang baru saja mengaku tidak perduli itu berdiri dari tempatnya, kemudian maju dua langkah dan berhenti di depan seseorang yang terbaring di atas tempat tidur dengan tenang sambil menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut .

"Type, sebentar lagi jam 8! "

Pemuda itu pada akhirnya berbicara dengan suara keras sambil memegangi bahunya, setelah itu menggoyangkan tubuhnya.

"JANGAN MENGGANGGUKU!!!"

Suara teriakan yang sama dengan kemarin kembali masuk di kepalanya. Sampai pada akhirnya sebuah tangan keluar dari dalam selimut sambil memegangi udara, segera saja Tharn menarik tangan ke sisi tubuhnya, dia kali ini berbicara padanya dengan nada yang sedikit lebih keras;

"Bangun, mau tidur sampai kapan?"

Suaranya terdengar suram dan tidak bahagia, dia terdengar marah karena membangunkan musuhnya. Tapi siapapun yang melihat ke mata Thara saat ini, mereka akan menemukan. Perasaan yang terpancar jelas di matanya... Menggambarkan perasaan cemas.

"Type, sudah bangun 'kan!"

"Em"

Suaranya cukup membuat perasaan Tharn menjadi sedikit lebih baik. Dengan jelas dia bisa melihat anak itu bergerak, setelah itu dia berbicara dengan suaranya yang dalam dan tegas;

"Bangunlah dari tempat tidur. Aku membangunkanmu bukan karena aku suka padamu, tapi karena sedang beramal padamu"

"Em"

Suara serak seseorang yang baru bangun tidur terdengar keras dari bawah selimut. Membuat orang yang mau pergi kuliah tidak tahan untuk berbicara lagi;

🆃🅰🅼🅰🆃 Sangat Membenci Menjadi Sangat MencintaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang