Bagian Satu

8.2K 168 7
                                    

Sebastian berjalan menyusuri jalanan yang cukup padat oleh orang-orang yang berlalu lalang.  Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri untuk memastikan tidak ada kendaraan yang lewat, ia menyebrang jalan dan menuju sebuah Kafe yang letaknya tidak jauh dari tempatnya sekarang berada.

Setelah ia masuk kedalam sebuah Kafe bergaya khas Italia, Ia mengedarkan pandangan mencari sosok manusia yang sudah membuat janji makan siang bersama kekasihnya.  Sebastian melambaikan tangan setelah menemukan sosok yang dicarinya dan ia menghampirinya.

"Sudah lama?" Sebastian bertanya setelah ia menarik kursi dan mendudukinya. Wanita yang berada di hadapannya menatap kearah minuman yang sudah berkurang setengah dari isi awalnya.

"Kau kesal?" Sebastian kembali bertanya.

"Jangan berani kau membuatku menunggu selama ini, Sebastian," gerutu Ilana pelan.

Wajar gadis itu merasa kesal, ia sudah menunggu lebih dari 30 menit terlebih Sebastian memaksanya agar mau makan siang dengannya.

Sebastian pun paham wanita cantik  yang berada di hadapannya sedang merasa sangat kesal.

"Kau boleh memesan apapun disini, sayang," bujuk Sebastian mengusap lembut tangan Ilana yang berada di atas meja. Wanita itu menatap Sebastian dengan pandangan tidak tertarik.

"Oh ayolah Ilana, baru sekali ini aku telat. Kau akan terus seperti ini?" ucap Sebastian lagi.

"Malam ini kau tidur di kamarmu sendiri. Aku tidak ingin tidur bersamamu," tegas Ilana. Sebenarnya Sebastian ingin protes, tetapi ia berfikir ini akan membuat Ilana semakin marah padanya, jadi lebih baik ia menuruti permintaan gadis itu.

*****

Rumah besar ini terlihat sangat luas untuk ditinggali berdua-Sebastian dan Ilana- sedangkan kedua orang tua mereka lebih tinggal di Jepang untuk melanjutkan bisnis mereka disana. Dalam setahun papa dan mama selalu menyempatkan pulang dan mengunjungi kedua anak mereka dan berlibur. Mereka berdua selalu berusaha untuk terlihat seperti sepasang kakak-adik saat bersama kedua orang tuanya.

Sebastian melempar tas kerjanya dan menjatuhkan tubuhnya keatas sofa, ia menghembuskan nafas pelan. Hari ini cukup melelahkan, pikirnya. Setelah tadi siang ia makan siang bersama Ilana dan kembali ke kantor, ia benar-benar disibukkan dengan pekerjaan yang menguras tenaga dan pikirannya. Tapi bukankah ini resiko?  Sebastian memilih bekerja di Perusahaan lain bukan melanjutkan bisnis papanya. Ia memiliki prinsip untuk mandiri, hal itu yang tidak bisa membuat papanya berhasil membujuknya dan pada akhirnya menerima keputusan anak sulungnya.

Keadaan rumah sepi sekali. Ia melirik jam dinding yang sudah menunjukkan waktu hampir tengah malam. Ilana pasti sudah tidur. Sebastian berjalan menaiki tangga dan langsung menuju kamar Ilana yang berada tepat di samping kamarnya, ia membuka pintu dan melihat gadis yang sangat dicintainya ini sudah terlelap dengan cahaya lampu tidur. Pria itu menghampiri Ilana dan duduk di sisi ranjang, tubuhnya bersandar dan pandangannya tidak lepas dari wajah adiknya yang tidur dengan pulas.

Sesekali-- saat malam hari-- ia merenung, takdir apa yang membuatnya bisa pada keadaan seperti ini. Konyol, sangat konyol sebenarnya. Sebastian tidak bisa terus menerus di keadaan seperti ini, ia merasa bersalah dengan kedua orang tuanya. Pasti sakit sekali melihat reaksi kedua orang tuanya saat tahu hubungan ia dan adiknya seperti apa.

Sebelum pergi dari kamar ilana, ia mengecup sayang keningnya. "Selamat malam sayang," ucapnya pelan dan meninggalkan kamar Ilana.

Malam ini ia harus tidur dikamarnya sendiri. Kamar ini sudah cukup lama ditinggalkan, bisa dihitung jari Sebastian tidur di ranjangnya semenjak kejadian itu. Ia lebih memilih tidur di kamar Ilana dan menemani gadis itu tidur, selayaknya suami-istri.
Setelah berganti pakaian yang cukup nyaman--kaos dan celana pendek--, Sebastian membaringkan tubuhnya diatas ranjang miliknya. Nyaman, meskipun tidak senyaman saat ia berbaring sambil memeluk tubuh Ilana. Perlahan ia memejamkan mata, ia tidak mau berfikiran macam-macam malam ini. Tubuhnya lelah, ia perlu istirahat.

----

Maaf baru upload 🙏

Semoga senang dengan ceritanya, dan beri aku semangat buat lanjutin cerita ini.  Terimakasih banyak yang selama ini sudah menunggu cerita ini.

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang