Nathan - 1

12K 293 14
                                    

"Siap untuk pesta sampai pagi, Nath?" tanya William penuh semangat.

Sorot lampu, suara blits camera dan lantunan musik yang membuat hati berdetak cepat, serta sorot mata yang tiada henti memandangi tiap sudut ruangan yang penuh warna. Pesta bertabur wanita-wanita cantik nan seksi. Namun tak satu pun yang membuat seorang Nathan Stephenson berminat. Meski mereka berlomba-lomba untuk menarik perhatiannya. Bahkan ada yang sengaja mendekat lalu memamerkan tubuh setengah telanjangnya di hadapan Nathan.

"Nathan, kenapa kau hanya disini? Ayolah kita berpesta," ajak Jack usai usaha William gagal membawa Nathan untuk turun ke lantai dansa.

"Aku tidak berminat," timpal Nathan dengan enggan. Danisha, gadis cantik nan seksi yang selama ini selalu berusaha mendekati Nathan tersenyum mencibir. Ia memandangi Nathan sejak kehadirannya di dalam klub. Nathan tampak bagai mangsa yang lezat dan menggiurkan.

"Ya Tuhan, Nath. Yang benar saja, kau datang bukan untuk meditasi disini, kan," racau Jack yang hanya menghasilkan senyuman datar di wajah tampan Nathan diantara musik yang terus menghentak.

"Yang kalian lakukan terlalu lamban," timpal Danisha sambil menarik lengan Nathan.

"Dan, apa yang kau lakukan?" Nathan memprotes.

"Mengajakmu bersenang-senang, Nathan."

Apa yang dilakukan Danisha dengan menarik Nathan dari kursi yang ia duduki, menyeretnya ke lantai dansa tampaknya membuat ia tak mampu menolak. Meski ia mendengus kesal pada awalnya. Dengan cepat Danisha menyodorkan minuman dan keduanya berjoget dilantai dansa.

Tubuh mereka terus bergerak, dan mata hijau Nathan tak dapat menampik pesona tubuh Danisha yang molek. Ia terus memandangi Danisha yang tampilannya malam ini sungguh cantik dan seksi tentunya. Dentuman musik yang terus memacu hingga membuat Nathan lupa akan segalanya. Entah gelas yang keberapa minuman-minuman itu masuk kedalam tubuhnya. Yang Nathan ingat kepalanya mulai terasa berat dan hari kian malam mendekati pergantian.

Dengan langkah sempoyongan Nathan menepi dari lantai dansa.

"Hey, kau akan kemana?" tanya Danisha sambil meraih tangan Nathan. Danisha sama mabuknya dengan Nathan. Gadis cantik itu bergelayut di bahu Nathan dengan kesadaran yang tinggal setengah.

"Aku...aku akan pulang."

"Oh, noooo, darling."

Danisha merajuk, dan tidak melepaskan lengan Nathan dari lilitan tangannya. Ia meraih wajah Nathan sebelum mendorong tubuhnya yang sepoyongan ke sebuah sofa.

"Lepaskan Dan," kata Nathan setegah sadar.

"Tidak akan pernah." Danisha mengatakannya sebelum ia membungkam Nathan dengan ciumannya dan ia berada diatas tubuh Nathan. Dan Nathan lupa apa yang terjadi setelahnya sampai tragedi naas itu terjadi.

Malang tak dapat ditampik, takdir tak dapat di cegah. Kesadaran yang menghilang, Nathan mengemudikan mobilnya bersama William. Mobil sedan mewah dipacu Nathan dengan kecepatan luar biasa melintasi jalanan dengan laju yang tanpa arah. Lampu jalanan seakan tak mereka hiraukan, mobil terus melaju di keheningan malam. Meski denyut kehidupan tak seutuhnya berhenti.

Mobil melaju diatas jalanan beraspal, berbelok tajam dan tanpa diduga sesosok muncul dari sebuah gedung dan melintas diatas jalanan bercat hitam putih. Saat kematian datang menghampiri, pedal rem yang tak seutuhnya berfungsi, mobil melaju bagai malaikat pencabut nyawa. "Nathaaaaaaa!!!!!" Pekik William kencang dengan tubuh menempel pada jok mobil dan matanya terbelalak. Sesuatu telah membentur kaca mobil dan terdengar jatuh di jalanan, terlempar jauh. Decitan ban mobil yang berhenti seketika.

"Kau...Kau menabraknya, Nathan." Ucap William dengan wajah ketakutan.

Nathan masih terperangah dengan apa yang terjadi di hadapannya. Mereka menoleh kebelakang, dan tampak seorang gadis yang menjerit histeris sambil memeluk tubuh seorang pria yang bersimbah darah. "Ayah, Ayaaaaahhh!!!"

NATHAN - Boston Series #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang