Bayang Masa Lalu part 2

544 20 0
                                    

Bulek Lulik menyodorkan sebuah amplop coklat kepadaku.

"Dibawa Sahrul tempo hari, katanya surat cerai dari Firman" jelas bulik.

Aku merasa biasa mendengarnya, bagiku mas Firman sudah tiada dan rasa ini sudah mati.

"Tingal tanda tangan saja kan bulek?"

Kubuka aplop itu dan menandatangani yang ada tulisan namaku tanpa membaca isi lainnya.

Kumasukkan kembali berkas berkas itu dan mengembalikannya ke bulik Lulik.

Meninggalkan Armand untuk kembali melanjutkan kuliahku, terasa sangat berat. Walaupun dia mengenalku bukan sebagai ibunya tapi tetap kami merasakan ikatan bathin yang kuat. Menjelang keberangkatanku Armand mendadak panas.

"Nggak apa-apa Bil, Armand baik baik saja. Cuma mau pinter" ucap bulik Lulik. "Ya gimanapun kan kalian ibu dan anak pastilah ada ikatan perasaan, bisa jadi karena kamu mau pergi". Lanjut bulik kemudian.

Dengan perasaan berat dan kuatir aku berpamitan dengan lelaki kecilku itu. Dia sedang terlelap dengan kompres didahinya.

----
"Bil, orderan kamu yang masuk kemarin sudah dikirim sama mas Wawan. Nanti minta resi resinya ke dia ya. Mba ada acara di Bandung 3 harian, mba titip kamu handle toko ya". Ucap mba Wina " eh ini dibawain manga sama Astri panen dirumahnya" lanjutnya sambil meletakkan piring yang berisi mangga yang sudah dikupas.

"Iya mba Win, siap. Oh ya nanti aku transfer kalo sudah aku WD ya" jawabku

"Astri manis banget mangganya" lanjutku setelah menyomot satu iris mangga didepanku. Gadis manis itu tersenyum merekah tanpa bersuara.

Ya mba Wina adalah teman kuliah bulik Lulik. Dia punya usaha toko pakaian. Dulu aku hanya bantu beres-beres dan terkadang jaga tokonya.

Tapi sudah satu tahun terakhir aku berjualan online dan hasilnya sangat cukup untuk biaya hidupku. Malah lebih.

Bulik Lulik juga masih terus mengirimi aku uang bulanan. Padahal sudah kubilang aku sudah ada uang sendiri dan sudah lebih dari cukup. Tapi dia tetap saja mentransfer bulananku.
Entah terbuat dari apa hati bulikku itu. Dia bagaikan malaikat bagiku, dan sahabatnya mba Winapun juga sama baiknya. Dia selalu memperkenalkanku sebagai adiknya.

Perkuliahan dimulai tempat baru teman baru dan suasana baru. Ini salah satu jalan untuk merubah kehidupanku, semangatku begitu membara.

Semester awal aku cukup cepat beradaptasi, sudah memiliki sahabat sahabat baru. Walaupun aku jarang untung keluar bersama mereka tapi aku cukup bisa mengimbangi obrolan mereka.

"Iya nih, sekali kali ikut kita kita kenapa" protes Vivian ketika aku menolak halus ajakan mereka untuk ke bioskop.

Aku merasa tak enak untuk sekarang, karena aku selalu banyak alasan untuk tidak pergi sebelumnya.

Akhirnya aku menganguk setuju. Suara riuh teman temanku mengundang mata mahasiswa lainnya.

"Sudah sudah ... ayokk" aku menarik tangan Anisa menuju ke tempat parkir.

"Mi pake mobilmu ajha yah, punyaku ga muat" Vivian merangkul gadis berbadan besar yang selalu kami pangil Mami itu. Nama aslinya sih Naomi.

"Lu yang nyetir yes, sekali kali mau jadi penumpang". Pinta mami, Vivian menganguk setuju.

Anis, Naomi, Vivian, Iche, Alin itulah teman teman dekatku sekarang.

Diantara kami Vivian dan Alin yang paling menonjol, kulit putih bersih, wajah cantik kinclong. Vivian tinggi langsing. Alin lebih mungil.

Bayang Masa LaluWhere stories live. Discover now