19. Untuk Melepaskan

Start from the beginning
                                    

"Jangan deket-deket aku lagi flu, Baby," tolak Javas saat Nara mulai bergelayut kepadanya. Javas flu dua hari belakangan ini, demamnya memang sudah turun tapi kepalanya masih pusing. Sedari kemarin malam Javas menolak dekat-dekat Nara karena takut Nara tertular.

Nara cemberut. "Aku gak masalah ketularan kamu, asal kita bisa selalu dekat."

Javas menyembunyikan senyumnya. Untung dia pakai masker yang menutupi sudut bibir kalau tidak Nara akan mengejeknya murahan sebab begitu mudah dibuat salah tingkah.

"Aku yang merasa punya masalah kalau lihat kamu sakit," gumam Javas lalu batuk, ia menetralkan suaranya yang serak.

"Kenapa? Gak tega ya lihat aku demam?" Nara menggodanya.

Wah, sial. Javas mengumpat kepada dirinya yang mudah sekali dibuat berdebar-debar. Tolong, Javas ini playboy yang sudah diakui oleh khalayak luas, masa dia bisa begini berbunga-bunga hanya dengan ucapan gadis yang bahkan belum pernah berkencan. Javas merasa pengalamannya berkelana selama ini sia-sia.

"Sama kok Chatu aku juga gak tega lihat kamu sakit dan sedih. Tapi, pagi ini kamu gak senyum sama sekali ke aku jadi kamu lagi sedih ya?" Nara mengoceh.

"Aku senyum, tapi kamu gak lihat soalnya ketutupan masker."

Nara menggeleng. "Salah satu yang bikin aku bisa sayang ke kamu karena kamu kalau senyum, mata kamu juga ikut senyum melengkung."

Javas tiba-tiba berhenti. Dia menghadap ke Nara lalu tersenyum hingga matanya menyipit membentuk lengkungan yang sama dengan bibir, seolah netranya ikut tersenyum.

"Gimana? Kamu tambah sayang ke aku nggak habis lihat aku senyum berkali-kali gitu?" Ungkap Javas. Dia kembali mengulangi senyum itu, kurang lebih lima kali.

Nara terpaku di tempatnya. Tidak menyangka Javas bakal menganggap serius ucapannya. Kini pria dewasa itu justru mirip anak kecil yang minta diberikan penghargaan setelah ibunya menuruti perintah. Nara pun menghamburkan tawa.

"Hahahahaha," Nara sampai memegangi perut. "Aduh, aku ketawa sampai nangis," celetuknya.

Javas ternganga mendapati tawa nyaring Nayyara. Dia menatapnya dengan pandangan tak percaya. "Nayyara, you play on me?" Tanya Javas dengan getir yang terlalu berlebihan.

Nara menggeleng. "Sorry, Chatu. But you are so cute. I can't handle your cuteness."

Javas pun berbalik meninggalkan Nara tanpa mengatakan apa pun. Javas terlalu malu untuk merespons. Pria itu setengah berlari untuk menghindari kejaran si gadis. Sungguh, mereka sama sekali tidak sadar umur.

-oOo-

-oOo-

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
[Selesai] Perfectly Imperfect Where stories live. Discover now