"Renjun..." Renjun yang tengah melumuri kapas dengan obat merah pun menghentikan kegiatannya dan memandang Jeno.

"Hm?"

"Thanks ya,"

Renjun hanya tersenyum dan berjalan ke ranjang tempat Jeno duduk. Ia tempelkan kapas itu serta merekatkannya menggunakan plester.

Jeno nervous karena melihat wajah Renjun sedekat ini. Ia berharap Renjun tidak mendengar detak jantungnya yang tengah menggila ini.

Padahal jantung Renjun sendiri juga tengah konser didalam sana, bagaimana tidak? Saat selesai merekatkan plester tersebut matanya tak sengaja memandang rahang tajam serta belahan bibir Jeno.

Renjun juga tidak tau kenapa jantungnya sangat berisik.

"Lain kali lawan aja orang-orang kayak Siyeon." Renjun berbicara sambil merapikan kembali kotak obat yang beberapa waktu lalu ia buat berantakan.

"Gue nggak tau bakalan nabrak kaki dia."

"Gimana dagu lo? Masih sakit?"

Jeno menggeleng dan tersenyum. Membuat jantung Renjun semakin berulah.

"Ngomong-ngomong thanks ya ranselnya, gue suka."

Renjun menganggukkan kepalanya,

"Tapi, apa nggak terlalu mahal itu tas?"

"Jangan dilihat harganya, yang penting lo nyaman dan suka kan?"

Jeno meringis dan mengangguk.

Jeno meringis dan mengangguk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Siyeon emang udah gila." Haechan memandang keadaan Jeno yang dagunya ditempel kapas dan juga plester. Hasil karya Renjun.

Saat ini mereka berempat tengah berada di didepan ruang musik.

Haechan duduk dengan kepalanya yang menyender pada pundak Mark. Sedangkan Renjun berdiri menyenderkan badannya pada pilar gedung. Jeno duduk dengan nyaman di kursi depan ruang musik.

"Lo lihat nggak sih Ren, kayaknya Nancy jahat nya tuh karena kepaksa?"

"Gue tau, tapi gue nggak mau ngurusin urusan mereka."

Haechan hanya geleng-geleng kepala. Urusan orang lain saja bodo amat, sedangkan urusan soal Jeno? Entahlah.

Renjun tiba-tiba saja berjalan mendekat kearah Jeno dan langsung membuka plester yang membalut dagu Jeno itu. Dan ternyata darahnya masih tetap keluar.

"Pendarahan nya nggak berhenti, ke rumah sakit aja ya?" Renjun berkata dengan nada panik yang tidak sengaja ia lontarkan.

"Nggak usah deh Ren,"

"Tapi ini harus dijahit Jen lukanya, biar pendarahan nya berhenti."

"Jeno takut jarum Ren," Tau-tau, Mark menyahut dengan kekehan menyebalkan menurut Jeno.

"Beneran Jen?" Jeno terpaksa mengangguk dan menahan malu.

"Nanti kan dibius biar nggak sakit, gue temenin deh gimana?" Tanpa ragu Jeno langsung mengangguk. Membuat Mark menatap Renjun dengan pandangan takjub.

Baru Choi Renjun yang bisa membujuk Jeno untuk berurusan dengan jarum.

Renjun ingin tertawa karena melihat wajah konyol Jeno yang tengah menahan diri untuk terlihat biasa saja saat dokter menyiapkan alat untuk menjahit lukanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Renjun ingin tertawa karena melihat wajah konyol Jeno yang tengah menahan diri untuk terlihat biasa saja saat dokter menyiapkan alat untuk menjahit lukanya.

Dahinya yang berkeringat dan juga ia tidak berhenti menggigit bibirnya. Tak lupa Jeno meremat kuat kedua tangannya.

"Hey, relaks." Renjun menyentuh punggung tangan Jeno dengan lembut sambil tersenyum geli.

"Hehe," Jeno tersenyum paksa dan itu terlihat lucu di mata Renjun.

Omong-omong, Mark dan Haechan menunggu di luar ruangan.

Dokter mulai membius Jeno dan menjahit lukanya. Renjun melihat bagaimana luka Jeno perlahan menutup karena jahitan nya sudah selesai. Jujur ia sedikit bergidik. Tetapi demi Jeno, ah apa yang baru saja Renjun pikirkan? Tidak tidak.

Setelah selesai, mereka berempat pulang dengan Jeno yang menebeng pada mobil Renjun karena Haechan mengajak Mark untuk kencan.

Setelah selesai, mereka berempat pulang dengan Jeno yang menebeng pada mobil Renjun karena Haechan mengajak Mark untuk kencan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Bener kata kamu Ren, agak enakan setelah dijahit." Jeno berbicara dengan pelan karena dagunya masih sedikit ngilu.

"Jangan lupa lepas jahitannya."

Jeno hanya diam. Ia terlihat berpikir dan akhirnya,

"T-temenin ya?" Renjun menatap Jeno yang memasang senyum canggung.

"Gue lihat jadwal dulu ya, takutnya nanti barengan sama acara christmas keluarga besar."

Jeno mengangguk dan tersenyum, akhirnya mereka berdua sampai di rumah Jeno dengan selamat.

"Gue langsung aja ya Jen?"

"Iya, makasih ya buat hari ini." Renjun tersenyum dan mengangguk.

Renjun pun menutup pintu mobil dan langsung meninggalkan rumah Jeno.




—tbc

Gue mau curhat dikit,

Maaf kalo updateannya pendek-pendek soalnya lagi sibuk dan ribet banget nih beb. Keluarga besarku gatau kenapa ya punya acara yang beruntun.

Dan gue sebagai kaum rebahan kaget karena banyak jadwal kea gini ea.

Maafin ya kalo misal beberapa hari ini atau selanjutnya update sedikit ngaret😭

Dahlah segitu aja, btw HAPPY HOLIDAY KALIAN!!💓

Dadah!

Distance [JenoxRenjun] ✔Where stories live. Discover now