Terasa berat bagi Nara, apabila dia memikirkan lagi semua hal yang orang lain berikan untuknya. Dia merasa berhutang budi, pada satu sisi lain Nara ingin terlepas dari semuanya. Namun, gadis itu telah sampai pada zona nyaman. Nara nyaman terus merepotkan Damar. Nara nyaman memiliki Wira yang seperti vitamin tertawanya. Nara nyaman sebagai kekasih Javas.

Aku akan tetap menjadi benalu bagi mereka, batin Nayyara.

"Hah," Nara menghela nafas panjang, mengakhiri pikirannya yang terus berputar. Nara masih sempat melamun, padahal dirinya sedang berada di tengah keramaian.

Nara datang ke acara pertunangan putri dari Manggala Mavendra yang dihadiri oleh kolega bisnis keluarga itu. Ternyata tidak banyak keluarga Mavendra yang ke sini, hanya Theo dan Thiery sebagai wakil dari ayahnya, Ariadna, Lituhaya serta Sydney. Kakek dan nenek Mavendra enggan datang sebab hubungan mereka dengan anak termuda―Manggala Mavendra memang tidak cukup baik. Nara bersyukur akan hal itu karena dia juga belum siap bertemu dengan pion utama dari Mavendra.

Nara sungguhan merasa terasing di sini. Memang banyak undangan yang hadir. Akan tetapi, mereka adalah manusia-manusia yang biasa Nara lihat di televisi. Kalangan artis dan desainer baik dari dalam negeri mau pun luar negeri. Sementara Javas sedang sibuk menemani ibunya berkeliling menyapa koleganya, meninggalkan Nara di meja melingkar yang berisi para sepupu. Masalahnya, sepupu-sepupu Javas sama gilanya dengan kekasih Nara. Mereka ingin tahu sejauh mana hubungan antara Javas dan Nara. Bahkan sepupu yang paling kecil―Leandra Harley Mavendra yang bertunangan hari ini menanyakan kiat khusus agar pria tidak bisa berpaling darinya. Leandra sangat mengagumi Javas yang menyukai Nara hampir seumur hidupnya tanpa berusaha mencintai wanita lain.

Young lady, kamu tidak tahu kalau si Javas ini sudah berkali-kali tidur dengan banyak wanita, rutuk Nara dalam serebrumnya.

"Kalau dilihat dari wajahnya Jason tipe pemuda culun. Jadi, dia pasti gak aneh-aneh, Baby Girl," kata Ariadna, dia memotong kecil-kecil steak. "Kalau dia berani berpaling darimu, Lea ... aku akan langsung meledakkan kepalanya," lanjut Aria dengan suara santai dan seringai.

Nara terperangah ketika Aria mengerling kepadanya. Nara merasa jika tatapan Aria juga ditujukan untuknya―artinya sama dengan 'jika kamu berani berpaling dari Javas, aku akan meledakkan kepalamu juga'.

"Hayolo hayolo," kata Theo yang hari ini sedikit menyerupai manusia terhormat karena memakai jas. Walaupun, mulutnya tetap saja cabul. "Hayolo kalau berani selingkuh didor sama Aria," sambung Theo yang langsung mendapatkan perhatian para sepupu.

"Theo bilang lo pernah selingkuh sama si pemain piano itu ya, Kak?" Thiery yang sedari tadi sibuk makan es krim pada akhirnya ikut bicara. Thiery adalah adik laki-laki Theo yang berusia sembilan belas tahun. Tak seperti Theo yang bodoh, Thiery lebih pintar―dia kuliah di Jepang untuk menyalurkan kewibuannya. Thiery mendapatkan beasiswa full sebab orang tuanya tidak ingin mengeluarkan sepeser pun uang sebagai hukuman atas sikap melawannya.

Nara bingung harus menjawab apa, dia hanya menggeleng.

"Oh, si dada ayam itu ya?" Leandra sang sepupu cantik pun ikut bertanya penasaran.

Alis Nara bertaut. Dada ayam?

"Adyasta, Baby Girl. Namanya gak ada sangkut pautnya sama dada ayam―"

"―Tapi Kak Aria bilang Adyasta rasanya yummy kayak dada ayam mekdi," potong Lea yang terlampau jujur.

Nara menatap Aria yang bersemu merah. Dia jarang sekali menangkap ekspresi malu-malu kucing pada wajah Aria. Ariadna Arkadewi lebih mirip predator, bukan gadis muda yang seharusnya tersipu.

[Selesai] Perfectly Imperfect Where stories live. Discover now