"Tinggalkan saya sendiri,"

Asisten dan manajernya dengan sergap hendak mengambil berbagai benda tajam yang ada di meja kerja Seungyoun namun terlambat karena Seungyoun membanting semua benda diatasnya. Barang-barang itu berjatuhan meninggalkan bunyi yang cukup menganggu. Ia memeganginya kepalanya yang seperti mau pecah. Matanya memerah. Ia berusaha mengendalikan napasnya yang terseok-seok. Sesak akan amarah pun dengan kenangan masa lalunya.

Dohyon baru saja masuk, pemandangan di depannya membuatnya bergegas memeluk kakak lelakinya itu. Ia memeluk kakaknya erat, mengusap-usap punggung pria itu dengan cepat.

"Hyung, enggak hyung. Jangan hyung. Ini salah Dohyon. Salah Dohyon ada di dunia,"

Tangan Seungyoun masih mengepal menahan amarah. Dohyon terus memeluknya dengan bahu yang bergetar karena menangis.

"Dohyon minta maaf karena sudah lahir. Gara-gara Dohyon Eomma berubah. Gara-gara Dohyon orangtua kalian pisah. Dohyon minta maaf karena masuk ke kehidupan hyung. Please, calm down."

Seungyoun terkesiap. Perlahan kepalan tangannya melunak. Dengan perlahan, tangannya menyentuh puncak kepala Dohyon, mengelusnya dengan kasih.

Dohyon masih menangis, bahunya bergetar hebat. Ia takut kakaknya itu kembali kalut. Kembali menjadi orang lain. Kembali menyakiti dirinya sendiri.

Perlahan air mata Seungyoun keluar. Ia memeluk Dohyon lebih erat dan membenamkan kepalanya di bahu Dohyon.

Anak umur 16 tahun ini justru harus menanggung kesedihannya. Merasa bersalah karena telah lahir di dunia. Seungyoun membenci situasi ini.

"No, Dohyon, look at me,"

Dohyon mendongakkan kepalanya, menatap kakaknya dengan muka yang basah oleh air mata. Wajah Seungyoun melunak, tangannya menyentuh pipi Dohyon yang chubby.

"Don't ever say that word anymore. Hyung nggak suka,"

Seungyoun mengusap air mata Dohyon yang masih deras mengalir.

"Dohyon lahir buat kasih warna di hidup hyung. Ingat yah. Bukan kamu yang harusnya ngerasa bersalah. Hyung juga minta maaf tadi lepas kendali,"

"Jangan sentuh gunting lagi. Pisau juga. Apapun itu. Sentuh pipi Dohyon aja. Dohyon rela jerawatan karena diunyel-unyel pipinya sama tangan Hyung yang kotor,"

Seungyoun memegangi wajah Dohyon dengan gemas sambil memainkan pipinya.

Seungyoun memandangi adik tirinya itu dengan penuh kasih. Ayah dan ibunya yang brengsek. Kenapa mereka harus berlindung dibalik anak sepolos ini?

***

Sena memang luar biasa friendly. Baru sebentar saja tapi Hari sudah merasa nyaman bercengkrama dengannya. Pun dengan duo Boyfriend itu. Hari tak menyangka jika ketiganya memiliki hidup yang menyenangkan. Hari bahkan kaget karena Seungwoo bisa lebih lepas berada disini.

Hari lega karena mungkin yang membuat Seungwoo bisa tersenyum adalah mereka. Lantas ia menyalahkan dirinya sendiri yang terus diliputi rasa benci tak berkesudahan. Yang justru membuat dirinya menutup pintu maafnya untuk Seungwoo.

"Jangan dikira Oppa orang yang sempurna, Eonni. Gara-gara dia kita semua pernah sabunan sama sabun cuci piring!"

"Hah kok bisa?"

Wooseok menyela. "Dia nggak pernah sama sekali ngurus perintilan rumah ini. Selalu aku. Suatu hari aku lagi pulang kampung, sabun cuci piring kami habis. Trus dia refill sabun cuci piring yang dia baru beli ke botol sabun mandi. Ditaruh begitu saja di meja,"

Dilema Diana (Han Seungwoo AU)Where stories live. Discover now