10. Meragukan dan Diragukan

Start from the beginning
                                    

Semua jawaban tersebut Nara ungkapkan melalui hatinya, lantaran bibir itu hanya mengucapkan maaf yang semakin membuat Javas jengkel. Kerja pikiran, hati, dan vokalnya tidak berkorelasi dengan baik.

Javas memejamkan mata. Permasalahan sederhana, kenapa Nara memandangnya secara rumit?

Pria itu beranjak dari ranjang. Javas sedang lelah, Nara terlampau emosional―bukan waktu yang tepat untuk berbincang. Jadi, Javas memutuskan pergi.

"Darling, listen carefully. Aku sayang kamu, Nara. Itu menjadi alasan kuat, aku tetap di sisimu sampai saat ini dan nanti," ucap Javas tegas, kemudian mengecup puncak kepala Nara sebelum meninggalkan rumah Keluarga Hartadi.

Javas harus mencari cara, memperbaiki segalanya. Dia tak akan dengan mudah menyerah terhadap hubungan ini. Narayya yang sempurna di matanya harus tetap demikian sampai nanti.

Javas menghubungi Tante Lituhaya, dokter terhebat yang dimiliki Keluarga Mavendra sekaligus adik dari ayahnya. Seberapa pun sakit hatinya, Javas harus bertindak berdasarkan logika.

-oOo-

Wira sendiri enggan mengerti cara logikanya bekerja. Dia langsung menyesali keputusannya untuk menceritakan keadaan Nara kepada Javas tadi pagi. Wira hanya ingin semuanya belum terlanjur jauh ―karena akan lebih menyakitkan hubungan antara Javas dan Nara berakhir setelah banyak cinta yang diungkapkan.

Wira awalnya yakin apabila Javas tidak akan memutuskan Nara semudah itu. Namun, yakinnya meluruh ketika ia melihat Javas meninggalkan kamar Nara begitu saja sementara gadis itu menangis keras. Wira tertegun di depan pintu kamar Nara yang terbuka, hanya dapat menatap dari jauh. Hati Wira ikut berduka mendapati cara menangis Nara yang tergugu.

Wira paling tidak sanggup mendapati perempuan menangis. Terlalu banyak air mata wanita yang telah dilihatnya, baik dari Maminya yang dulu menunggu sepanjang malam karena sang suami jarang pulang dan Violetta yang terus saja berharap. Semua air mata yang mereka jatuhkan memang bukan untuk diri Wira. Lantaran begitu, Wira merasa selalu bertanggung jawab menghapusnya.

Alasan tersebut yang memaksa langkah Wira perlahan mendekati Nara. Dia menyentuh bahu Nara yang bergetar, kemudian memeluknya erat. Gadis itu tidak menolak, seolah membutuhkan seseorang agar dirinya tak pecah berantakan.

"Ada gue di sini," kata Wira pelan.

Wira paham jika ucapannya mungkin tidak berarti apa-apa bagi Nayyara. Wira adalah orang luar yang kebetulan mampir dalam hidup gadis ini. Akan tetapi Wira tahu apabila Nayyara benci ditanggalkan sendiri. Dia berkata begitu agar si gadis tahu masih ada Wira yang berada di sisinya, siap membelanya apa pun yang terjadi.

"Kamu jahat, Wira," kata Nara di tengah isakannya. "Tapi aku tidak bisa marah sama kamu karena cepat atau lambat Javas pasti akan tahu," lanjutnya.

Wira tak menjawab dia hanya menepuk lembut punggung Nara. Wira tidak minta maaf sebab kesalahannya ini memang sukar untuk dimaafkan.

Berlainan dengan Nara yang hanya bisa menangis. Wira harus menerima pukulan telak di wajahnya dari Damar. Satu hantaman keras yang sukses membuat hidung dan ujung bibirnya berdarah.

"Itu karena lo terlalu ikut campur," desis Damar yang masih memakai Snelli, tampaknya sang kakak bergegas pulang setelah mendapatkan kabar dari Javas.

[Selesai] Perfectly Imperfect Where stories live. Discover now