Beautiful Pain [Ilhoon]

9 0 0
                                    

Aku yang merelakanmu untuk pergi.

Ya, 'aku' yang memang me'rela'kanmu untuk pergi.

Tapi entah mengapa, walau sekuat hati aku berusaha melakukannya, masih saja ada perasaan lain yang membuatku semakin sulit untuk melupakanmu. Melupakan senyummu, melupakan suaramu, harum rambutmu, halus belaianmu.

Sungguh sulit ketika keadaan membuatku harus tersadar, jika memang sudah saatnya kau harus pergi meninggalkanku, tetapi ada tempat dihati kecilku yang menginginkan kau masih ada disini, disisiku.Terus bersamaku.

Dan sungguh sakit ketika akhirnya aku melihat wajah bahagia itu lagi, ketika kau akhirnya sudah bersama orang lain. Yang jauh lebih pantas untuk menemani waktumu dibanding denganku. Yang jauh lebih cocok bagiku dibanding denganku. Yang bisa memegang tanganmu setiap saat, yang bisa mengajakmu kemanapun kau mampu, yang bisa berdansa romantis denganmu, yang bisa membuatmu tertawa...... bukan sepertiku yang selalu membuatmu menangis dan khawatir.

Aku tahu, seharusnya aku bahagia. Seharusnya.

Kebahagiaan yang seharusnya indah, tapi jika denganmu, kebahagiaan ini menjadi sangat menyakitkan.

Bagiku, tidak ada yang lebih indah daripada pertemuanku denganmu. Tapi setiap pertemuan tetaplah pertemuan,yang selalu diakhiri dengan perpisahan.

Ya, akhirnya aku bahagia.

Saat kau datang, ketika aku benar-benar ingin melihat wajahmu lagi. Dan sempat untuk mengucapkan 'selamat tinggal.'

Ya, aku bahagia. Akhirnya aku hidup,  rasa sakit lagi.

Termasuk rasa sakit saat melihatmu menangis.

Dan aku tidak akan bisa melihat itu lagi.

#

"Ilhoon-ah!"

"Ne?"

"Mau ini?"

"Apa itu?"

"Kue buah buatanku. Ya.... kau tahu sendiri aku tidak pandai memasak sepertimu. Tapi kuharap rasanya enak dan kau suka."

"Baiklah, akan kumakan nanti."

Mendengar itu, perempuan yang tampak sangat muda walau sebenarnya dia sudah berumur lebih dari 20 tahun itu mengerucutkan mulutnya, membuat Ilhoon tertawa karena keimutan pacarnya itu dan menarik pipinya pelan karena gemas. "Arasso.. Arasso.. kumakan sekarang. Awas saja nanti aku keracunan!"

"Ye.... sini aku suapin!" Dengan semangat, perempuan itu menarik kursinya lebih dekat dan mendekatkan sepiring kecil kue berbentuk bulat itu dan menyendoknya sedikit dan mengarahkannya ke mulut Ilhoon yang terbuka. Ilhoon pun memakannya. Satu kunyah, dua kunyah....

"Hmm.... enak." Komentar Ilhoon setelah menelannya. Membuat sebuah senyuman terbit dari wajah perempuan itu. "Yeeey, aku akan membuatnya lagi kapan-kapan."

Ilhoon tersenyum.

Mereka lalu mengobrol lagi. Hal-hal random sih biasanya. Entah tentang keadaan kuliah pacarnya, atau tentang kemacetan kota Seoul yang seperti tak ada habisnya. Biasanya Ilhoon menanggapinya dengan tertawa atau malah menjitak kepala pacarnya itu karena gemas akan tingkah lucunya.

Dan seperti itulah keseharian mereka.

Mengingat keadaan mereka yang memaksakan hubungan yang seperti ini, terkadang Ilhoon merasa kasihan dan sedih. Tapi dia sendiri tidak bisa membantu banyak, malah ia yang banyak dibantu. Sudah beberapa kali Ilhoon menyuruh pacarnya itu untuk meninggalkannya. Mencari laki-laki lain yang jauh lebih layak, tapi setiap saat setelah Ilhoon mengatakannya, dia pasti akan membalas dengan 'amukan' yang tak kalah garang dari ibunya.

Songs of BTOBNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ